.......
Alunan musik klasik terdengar disatu ruangan itu, di ruangan yang hanya mendapat pencahayaan dari lampu belajar dengan laptop menyala dan kertas serta buku memenuhi meja. Seseorang yang duduk disana terlihat seperti anak teladan dan cerdas. Perempuan yang menggelung rambut dengan kaca mata bertengger di hidung itu terlihat fokus pada kegiatannya, tidak menyadari bahwa seseorang masuk, berjalan mendekatinya.
"Fokus banget belajarnya."
Suara itu membuat Dara menoleh dan seketika tersenyum melihatnya, tepatnya pada apa yang dia bawa.
"Cemilann!" sorak Dara senang.
"Kayanya lebih suka sama cemilannya ya?"
"Dara juga suka liat mama... Yang bawain cemilan." Dada nyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Kamu ya, pikirannya cuman makanan terus."
"Habisnya itu salah satu cara bisa mood Dara tetap bagus kalau lagi nugas."
Mama hanya tersenyum. Meletakkan cemilan di atas meja dan memperhatikan tugas apa yang sedang dikerjakan anaknya itu.
"Kamu lagi ngerjain apa?" tanya mama yang mengambil salah satu buku bertulisakan Komunikasi.
"Ini tugas mata kuliah komunikasi, kemarin Dara lupa ngumpulin tugas jadi di hukum deh."
"Kok gitu? Kan kamu tinggak kumpulin besoknya."
"Dosennya gak percaya kalau Dara udah ngerjain, nih liat. Padahal Dara udah bikin tugasnya, ma. Cuma ketinggalan aja."
"Killer ya dosenmu?"
"Bangett! Dara gak suka, dia galak banget, so ganteng, kejam." Dara mengungkapkan ketidak sukaannya di depan sang mama.
"Siapa namanya?"
"Gilang, namanya Gilang Ghaffar Aprianto."
Mendengar nama lengkap itu membuat mama terkejut, seolah sudah mengenal sosok itu dan apa yang di katakan Dara tidak benar.
"Lho, jadi dia dosen kamu?"
Dara mengerjap bingung dengan ucapan mamanya.
"Mama kenal?" Dara semakin bingung ketika mama tertawa dan tersenyum lembut.
"Ya ampun sayang, kamu jangan benci berlebihan. Bagaimana pun dia itu calon suami kamu."
"Hah?! Mama apaan sih? Calon suami apa? Dia itu dosen Dara, dosen paling nyebelin pokoknya!"
Dara yang masih teguh pendirian membenci dosen bernama Gilang. Sedangkan mama hanya terkekeh, lalu tangannya terangkat mengelus kepala Dara.
"Dia baik kok. Agamanya bagus, sopan juga. Berasal dari keluarga baik-baik. Kalau kamu ketemu sama orang tuanya pasti kamu bakalan suka banget. Mama aja suka, apalagi anaknya juga ganteng kan?" mama sedikit menggoda Dara.
"Mama apaan sih, Dara gak mau ya di jodohin. Dara masih kuliah. Dia juga dosen pasti udah tua. Dara gak mau nikah sama om-om." Dara ngambek, menyingkirkan tangan mama yang masih mengelus kepalanya.
"Kamu harus kenal dulu deh. Mama akan senang kalau kamu sama Gilang. Dia pasti bisa jagain kamu."
"Mama! Pokoknya Dara gak mau!"
"Dara."
Dara mengabaikan bisikan lembut itu, tubuhnya kembali menghadap meja belajar dan melanjutkan tugasnya.
"Dara..."
"Adara..."
"Adara, bangun sayang.."
Dara mengerjap bingung. Yang tadi itu mimpi, jadi Dara bermimpi. Kenapa baru kali ini ia bisa melihat mama dalam mimpinya. Jika tahu itu adalah mimpi, Dara tidak akan bersikap seperti itu pada mama. Tiba-tiba matanya memanas ketika kembali mengingat terakhir kali sikapnya pada mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Kasih
Romance#2 Wedding Series Gilang&Adara _______________ Adara kira menyanggupi tantangan dari teman-temannya bisa menjadikannya bukti bahwa seorang Adara Zahira mampu menaklukkan semua lelaki termasuk dosennya sendiri. Namun, apa yang menjadi power dirinya s...