HK 25 - Tugas memuliakan istri

19 5 0
                                    

"Sudah tugas saya untuk memuliakan kamu, karena kamu adalah bidadari yang dikirimkan oleh Tuhan."
~Gilang Ghaffar Aprianto~

Selamat membaca

▪︎▪︎▪︎

"Kondisi istri bapa tidak apa-apa, ini umum terjadi pada wanita hamil."

Mereka berdua saling memandang mengisyaratkan kebingungan. Merasa situasi ini sangat mencekam, tanpa sadar Dara meremas tangan Gilang yang berdiri di sampingnya. Tidak ada yang bersuara sampai akhirnya dokterpun keluar dan saat itulah keadaan semakin horror.

"Kamu hamil sama siapa?"

Tubuh Dara menegang, cengkramannya semakin kuat. Mereka sama-sama menahan napas.

"JAWAB. KAMU HAMIL SAMA SIAPA?!"

"Sayang aku bisa jelasin, kamu tenang dulu ya."

"SIAPA YANG BISA TENANG KALAU TUNANGANKU HAMIL SEMENTARA AKU GAK PERNAH SENTUH KAMU SEDIKITPUN!"

"Yang, aku mohon tenang. Disini masih ada orang."

Seketika itu baik Dara maupun Gilang salah tingkah karena telah menguping perdebatan pasangan yang ada di ruangan yang sama dengan mereka. Gilang memutar tubuhnya menghadap Dara dengan sempurna untuk menghindari situasi canggung itu.

Dara sangat berterima kasih, berkat gerakan reflek Gilang, ia berhasil menyelamatkannya dari pandangan lelaki yang ada di samping mereka.
Tidak berapa lama lelaki itu pergi meninggalkan sang wanita yang tengah menangis.

"Tidak apa-apa bu, pak. Situasi seperti itu sudah biasa terjadi di sini." Ucap Dokter yang sedang memeriksa Dara sambil tersenyum.

Mereka hanya mengangguk sebagai respon untuk dokter itu.

"Apa kalian sudah menikah?"

"Sudah dok." Jawab Gilang cepat.

"Syukur kalau begitu. Tapi mohon maaf, istri anda ini belum di kasih rezeki untuk hamil. Mba nya hanya sakit perut biasa karena terlalu banyak memakan makanan yang berakibat pada pencernaannya. Tidak perlu khawatir, saya akan buatkan resep obatnya."

Dara yang mendengar penjelasan dokter hanya terdiam, di sini Gilang-lah yang lebih banyak menanggapi dokter sampai akhirnya dokter itu keluar. Dara menurut saja saat Gilang membantunya untuk turun dan memapahnya keluar.

"Tunggu di sini sebentar, saya ambil dulu obatnya." Dara hanya mengangguk setelah dirinya duduk di salah satu kursi panjang.

Dari posisinya sekarang, bisa ia lihat Gilang yang menyerahkan resep obat pada penugasan farmasi. Lelaki itu hanya duduk menunggu tanpa melakukan apapun, sesekali memang menatap kearahnya dan tersenyum. Ntah kenapa Dara merasa situasi ini sangat aneh, terlebih ucapan dokter yang mengabarkan bahwa dirinya belum diberi rezeki untuk hamil sedikit mengganggu pikirannya. Tanpa sadar tangannya bergerak mengelus perut rata ini.

"Selamat Ya mba." Seketika Dara menoleh saat mendengar suara yang sepertinya di tujukan padanya. Di kursi itu tidak ada yang duduk selain dirinya dan seorang perempuan paruh baya.

"Maksud ibu apa ya?" Tanya Dara sopan.

"Itu suami mbanya?" Ibu itu malah berbalik tanya sambil menunjuk kearah Gilang yang duduk lumayan jauh dari mereka.

"Iya bu."

"Kalian pasangan baru ya. Suaminya keliatan bahagia banget, mba lagi hamil kan?"

"Hah? Enggak bu, saya gak hamil." Dara meringis, bagaimana bisa ibu ini menyimpulkan hal semacam itu.

Hijrah Kasih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang