Dara berdiri menghadap pintu ruangan Gilang, dia sedang mempersiapkan mental dan mengendalikan emosi agar tidak meledak saat sedang berbicara denga dosen so kegantengan itu. Dara sudah tau maksud dari Gilang yang menyuruh mengemuinya di ruangan lelaki itu apa, pasti tidak jauh dari kata diomeli. Jelas orang satu-satunya yang tidak lulus mata kuliah Gilang itu adalah dirinya, karena teman-teman satu kelasnya tidak punya banyak nyali untuk bolos seperti dirinya.
Dengan emosi yang sudah cukup terkendali, Dara siap menemui Gilang, tangannya sudah bersiap mengetuk pintu besar itu sebelum suara notifikasi ponselnya berbunyi dan saat dia lihat ada satu voice note dari Zara.
"Jangan terlalu diambil hati ya Dar. Dengan lo yang diundang secara pribadi ke ruangannya udah menjadi nilai plus dari misi lo. Tanpa harus berusaha susah payah, lo bisa masuk keruangan itu dengan langkah yang ringan hahahaha!"
"Teman gak ada akhlak!" setelah mengumpati Zara yang entah dimana keberadaannya, Dara kembali menatap pintu besar dan mengetuknya tanpa ragu. Dara mengernyit ketika tidak ada tanda-tanda Gilang menyuruhnya masuk. Sekali lagi Dara mengetuk pintu itu . namun tetap tidak ada yang menyuruhnya masuk seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam sana.
"Gimana sih, katanya nyuruh temuin di ruangannya!" kali ini Dara menggedor pintu itu sampai beberapa orang yang lewat menoleh menatap ngeri pada Dara. Jelas saja, siapa mahasiswa yang seberani diriinya menggedor pintu keagungan Gilang.
"Ini dosen ngerjain gue ya?!" sudah habis kesabarannya, kalau seperti ini terus bisa-bisa dia melewatkan makan siang dan mengikuti kelas kedua dengan perut kosong. Dara memutuskan untuk kembali lagi nanti, tubuhnya berbalik----
"Astagfirullah, Allahuakbar, Lailahailallah." Dara seketika berdzikir, syok melihat Gilang yang sudah berdiri tepat dibelakangnya.
"Ngapain kamu dzikir setelah melihat saya? Menyesal sudah membuat keributan di depan ruangan saya?" ucap Gilang datar. Dara hanya bisa menelan ludah lalu menggeleng kuat.
"Jangan bikin keributan, cepat masuk."
Dara mengepalkan tangannya siap meninju kepala Gilang yang sudah berjalan melewatinya. kalau bukan dosen udah gue toyor pala lo!
.............
Ruangan yang sangat simple cocok dengan kepribadian Gilang yang kaku dan tidak banyak bicara. Saking tidak banyak bicaranya, sudah sepuluh menit dia duduk dihadapan Gilang tanpa mengatakan apapun. Sejak mengikuti masuk, Gilang langsung membuka laptopnya dan diam tanpa mengatakan apapun pada Dara. Dara sesekali memperhatikan Gilang yang tampak fokus, entah apa yang dikerjakannya tapi tampaknya laptop lebih menarik dari pada dirinya.
Emang mahasiswa teladan gue, demi dosen terhormat gue mengabaikan cacing-cacing diperut gue yang sedang berkaroke ini.
"Ekhm, maaf pak, tujuan bapak panggil saya kesini apa ya?"
Hubungan yang baik itu terjalin karena komunikasi yang sehat, dan sekarang Dara mencoba menjalin hubungan baik dengan dosennya ini. Agar tidak terjadi kesalah pahaman, dia mempertanyaan maksud dari keterdiaman Gilang. Sumpah kalau gak ada yang mau di bicarakan, tidak usah memanggilnya kemari atau setidaknya biarkan dia makan siang terlebih dulu.
"Jadi dari tadi kamu belum menyadari kesalahan kamu?"
Lah kok malah balik tanya, gue laper pak, kadang gak peka kalau lagi laper!
"Maaf pak, saya rasa kesalahan saya banyak, jadi saya tidak tau kesalahan mana yang bapak maksud."
"Bagus kalau kamu mengakui kesalahan kamu banyak, itu satu langkah lebih maju untuk menyadari kesalahan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Kasih
Romance#2 Wedding Series Gilang&Adara _______________ Adara kira menyanggupi tantangan dari teman-temannya bisa menjadikannya bukti bahwa seorang Adara Zahira mampu menaklukkan semua lelaki termasuk dosennya sendiri. Namun, apa yang menjadi power dirinya s...