HK 16 - Lamaran

52 12 0
                                    

Selamat membaca

...............

Ketika merasa bimbang dan tidak bisa menentukan pilihan yang terjadi dalam hidup, Gilang selalu duduk di atas sejadah di waktu sepertiga malam. Ini adalah ke tiga kalinya ia melakukan sholat istikharah, dengan pilihan yang sama dan doa yang tertuju pada seorang wanita yang sudah seminggu ini tidak pernah ia lihat lagi di sekitar kampus.

Setelah berdzikir, Gilang mengangkat kedua tangannya, berdoa, meminta pertolongan dengan serius.

“Ya Allah, aku meminta petunjuk kebaikan-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon keputusan-Mu dengan qudrat-Mu dan aku meminta dengan karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya Engkau yang berkuasa sedangkan aku tida berkuasa. Engkau Yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib."

“Ya Allah, sekiranya engkau ketahui bahwa perempuan bernama Adara Zahira baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir dari perkaraku ini, maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia, lalu berkahilah aku padanya.”

“Ya Allah, dan sekiranya engkau mengetahui buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir dari perkaraku ini, maka hindarkanlah aku darinya, kemudian takdirkanlah untukku kebaikan bagaimanapun adanya, lalu berilah aku keridhaan dengannya. Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina adzabannar."

Gilang bersandar pada tempat tidur di belakangnya, ia merasa lega setiap kali sudah melakukan sholat sunnah. Pikirannya kembali teringat pada kondisi terakhri ia dan Dara bertemu, semenjak itu Gilang selalu memikirkannya namun tak pernah sekalipun ia menghubungi Dara.

Gilang sempat bertanya pada Zara, namun sama dengannya, perempuan itu juga tidak terlalu mengetahui kabar Dara. Dara seolah menutup diri dari lingkungan luar dan itu membuat Gilang khawatir.

Sempat sekali Gilang diberi jawaban dari sholat istikharahnya lewat mimpi dan jawaban lainnya adalah hati Gilang semakin yakin pada Dara. Mengenai orang tua, Gilang sudah memberi tahu bunda dan ayah. Mereka setuju jika memang ia ingin melamar Dara.

"Besok malam, semoga semuanya berjalan lancar ya." gumamnya entah pada siapa.

.........

Ditempat yang berbeda, Dara yang sampai sekarang masih ingat kejadian itu membuatnya frustasi. Dirinya merasa kotor dan tidak percaya diri untuk menunjukan diri di depan orang lain, ketakutan yang besar melanda dirinya.

Dara yang sedang duduk balkon kamar seketika menoleh ketika suara papa memanggilnya, dari tempatnya duduk, bisa Dara lihat papa menatapnya dengan raut putus asa.

"Sayang, gimana hari kamu?" tanya papa lembut, jelas sekali pria tua itu menunjukan senyuman yang dipaksakan.

"Seperti biasa pa."

"Kamu gak bosen di kamar terus?" tanyanya yang sudah duduk di samping Dara sembari mengelus kepalanya.

Senyum itu luntur ketika Dara hanya menggeleng dan kembali memandang keluar. Sudah berbagai cara papa membujuk Dara, bahkan Lucy -ibu tirinya juga sampai mencoba membujuk. Tapi yang mereka dapatkan tidak sesuai ekspektasi. Dara memang tidak meledak-ledak, bahkan ketika Lucy mendekatinya. Tidak ada lagi tatapan tajam dan bermusuhan, namun entah kenapa sikapnya yang seperti ini lebih menyayat hati pasangan suami istri itu.

Setiap malam, selalu terdengar suara tangisan dari dalam kamar anaknya. Harus dengan cara apa lagi, mereka mengembalikan Daranya yang angkuh dan percaya diri. Dia lebih suka Dara yang seperti itu ketimbang Dara yang hanya diam melamun di balkon kamar lalu menangis di malam hari.

Hijrah Kasih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang