HK 3 - Siapa nama kamu?

365 38 2
                                    

Selamat membaca🌺

Entah sudah berapa lama Dara berdiam diri dibawah pohon besar dekat ruangan dosen, matanya terus memperhatikan sebuah pintu yang menjadi ruangan Gilang. Dari beberapa info yang Dara dapat bahwa dosennya itu tidak ada jadwal mengajar namun sejak tadi ia berdiri disini tidak sekalipun matanya melihat seseorang yang keluar atau masuk kedalam sana.

Kepalanya menengadah melihat langit yang mulai berubah warna, Dara mengendus dan hampir putus asa menunggu Gilang keluar dari ruangannya. Bukan tanpa alasan Dara rela menunggu berjam-jam dibawah pohon ini, Dara melakukan sesuai dengan rencananya dengan Cecil kemarin, tidak juga dengan tangan kosong dan alasan yang tidak masuk akal Dara akan menemui dosennya itu.

Ditangannya ia sudah memegang jas milik Gilang yang kemarin lelaki itu pinjamkan padanya, ternyata niat baik Gilang bisa membuat Dara memiliki alasan untuk kembali bertemu secara privasi. Dara sebenarnya tidak ingin berurusan dengan dosen satu itu hanya saja ucapan Cecil dan tindakan pengusiran masih belum bisa ia lupakan seratus persen.

Ditengah pikirannya yang berkelana ke kejadian kemarin, tiba-tiba dari tempatnya berada Dara bisa melihat sosok Gilang yang keluar dan melangkah menuju parkiran dengan terburu-buru. Dara mengernyit melihat wajah Gilang yang sangat gelisah, tanpa mengulur waktu Dara pun menghampiri lelaki itu dengan berlari.

"Pak Gilang."

Suara Dara mampu menghentikan langkah Gilang, terlebih memang posisinya yang sudah akan sampai jadi memudahkan suara Dara terdengar oleh dosennya itu.

"Ada apa ya?"

Dara tersenyum sopan dengan tangan yang bersembunyi dibelakang tubuhnya guna menyembunyikan jas milik Gilang karena sepertinya lelaki itu tidak menyadari dengan apa yang Dara bawa. Lihatlah sekarang wajahnya tetap gelisah dan berkali-kali mengecek sesuatu di ponselnya. Ada apa?

"Kalau kamu masih mau berdiam diri disini silahkan, tapi maaf saya tidak punya waktu untuk melakukan hal seperti kamu."

Dara panik ketika menyadari pergerakan Gilang yang akan membuka pintu mobilnya.

"Pak Gilang tunggu."

"Ada apa lagi? Jika kamu ada perlu sama saya nanti saja ya, saya sedang buru-buru."

"Saya ikut sama bapak boleh?"

Seketika tangan Gilang yang akan meraih pintu terjeda akibat perkataan mahasiswi nya. Gilang menoleh dan tatapannya jatuh pada lengannya yang ditahan oleh wanita yang bahkan tidak Gilang ketahui namanya. Gilang memang pernah melihat gadis itu dua kali namun ia sama sekali tidak mengingat namanya, mungkin ini efek muridnya yang terlalu banyak jadi ia tidak sempat mengingat setiap nama dikelas yang ia pegang.

"Boleh kan pak?"

Suara wanita itu kembali mengambil kesadarannya. Gilang membuang muka dan melepaskan lengannya dari pegangan tangan wanita itu lalu beristigfar berulang kali karena tidak langsung melepaskannya.

"Gak bisa, lagi pula saya tidak akan mengantar kamu pulang. Sebaiknya kamu pulang naik taxi..." beberapa lembar uang Gilang sodorkan pada wanita itu, "Ini saya kasih uangnya, sekarang kamu bisa pergi."

"Tapi pak-"

"Kamu tidak perlu khawatir, saya ikhlas jadi kamu tidak perlu menggantinya."

"Enggak! Saya gak mau uang bapak. Saya cuman mau ikut bapak aja, saya kira tujuan kita sama jadi tidak masalahka kalau saya ikut?"

"Yang benar saja? Tau dari mana kamu kalau arah tujuan kita sama?"

"Ya saya tau, coba bapak sekarang buru-buru gini pasti ada hal penting kan?"

Hijrah Kasih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang