Singgah sebentar itu mungkin ungkapan yang dapat mendiskripsikan Sagara saat ini, setelah acara utama yang kemudian dilanjut dengan acara makan malam singkat bersama anggota keluarganya saat ini Sagara telah berencana pulang kembali ke hotel. Ayunda kini tiada henti menatap figur kakak yang sangat ia sukai, terasa seperti mimpi Sagara mau kembali ke dalam rumah, mengingat penolakan secara terang-terangan Sagara sebelumnya yang selalu menolak mentah-mentah segala hal yang berkaitan dengan keluarganya.
Keadaan heaning dan kaku menyelimuti meja makan, tidak ada satupun yang berani berbicara disana. Tidak ada suara lain, hanya suara piring yang bergesekan dengan sendok yang ditekan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara gesekan tiada pula suara mengunyah. Seperti peraturan yang berlaku ketika makan tidak ada yang boleh bicara. Mungkin tidak ada yang tau bahwa malam ini Sagara kembali menjalani makan malam dengan segala aturan yang sangat kaku ini. Rasa sesak kembali muncul, hingga tanpa sengaja Sagara menjatuhkan sendok digenggamannya. Semua mata yang ada dimeja kini menatap kearahnya yang menimbulkan suara.
"Mas.. mas kenapa? Pusing? Balik ke kamar aja ya?" Ajak Ayunda,
Puspa Kinasih yang berseberangan dengan Sagara pun lantas berdiri dan menghampiri kedua anaknya,
"Mas.. kalo sampean pusing ayo biar Bunda antar ya ke kamar." Ajak Puspa,
Sagara menolak uluran tangan Puspa, rasanya masih begitu sesak melihat yang saat ini di depannya adalah Puspa, bukan mommy nya. Melihat tangan puspa yang ditepis Sagara menyulutkan emosi si pemilik rumah,
"Raden Mas Sagara! Sopan kamu begitu? semua kembali ke tempat." Titah dari Kanjeng Gusti Ranuspati membuat keadaan makin mencekam.
Puspa kembali ketempat, sementara Sagara kini berdiri, dia rasa hanya sampai sini batasnya dia belum sepenuhnya kuat berdamai dengan dirinya sendiri.
"Maaf, tapi Sagara izin pamit pulang duluan." Kata Sagara,
Atmosfer didalam ruangan itu tak lagi hangat rasa panas dan aura hitam abu-abu mulai menyelimuti,
"Mas.. mas janji mau tidur disini.. nggak boleh mas nggak boleh tinggalin adek." Kata Ayunda,
"Semuanya duduk. Sagara,kembali ke tempat, tidak ada yang boleh pergi sebelum semuanya selesai dengan makan malam." Ucap Bima Ranuspati yang kini baru angkat bicara,
"ROMO!!" Ucap Ayunda sambil menggikan suaranya.
"DUDUK KALIAN." Kini Kanjeng Gusti Ranuspati yang kembali angkat bicara, tidak ada yang berani menentang bahkan dengan susah payah Sagara kembali duduk meskipun dengan menahan.
Sedangkan Nyimas Ratu yang saat ini berada di sebelah Gusti Ranuspati yang mulai suasana yang mulai mencengkam, beliau melemparkan kode pada sang suami. Yang diberi kode mulai mengerti. Tidak dipungkiri dengan berat hati, kini pihak keluarga kembali kalah dengan suara Sagara. Wajah pucat dan tangan yang gemetar itu lagi-lagi yang membuat sang keluarga tak tega menahannya lebih lama disini.
"Mari kita sudahi makan malam hari ini, kalian boleh kembali." Ucap Gusti Ranuspati yang kemudian meninggalkan meja. Karena mungkin ia tak akan lebih sanggup melepas kepergian cucunya malam ini. Kedatangan Sagara saja sudah sangat baik dan cukup, membuat Sagara agar kembali mungkin akan memerlukan waktu.
Sagara kembali bernafas setelah kepergian eyangnya, dengan cepat ia mulai merogoh sakunya dan mencari nama Haikal, agar segera menjemputnya. Baru selangkah hendak keluar kini ia dihadang oleh Ayunda.
"Nggak, mas nggak boleh pulang. Mas harus nginep disini." Ucap Ayunda memaksa,
"Minggir Mas mau pamit ke Eyang dan Romo."
"Nggak mau! Mas nggak boleh pergi!!" Kini suara Ayunda mulai menjerit dan menangis, Bima Ranuspati mengalihkan pandangan kepada kedua anaknya yang kini berselisih. Melihat raut Sagara yang tenang kini mulai menahan diri. Dengan cepat ia mulai berdiri dan memisahkan keduanya sebelum Sagara benar-benar kembali meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELEBRITY SOULMATE
ChickLitSagara, artis papan atas yang selalu jadi perbincangan hangat kaum hawa karena paras nya yang nampak sempurna. Deretan prestasi menjadi nilai tambah dalam kariernya. Hampir tidak ada gosip miring yang mengotori jalannya, sebab tidak ada satupun piha...