Bab 3

219 20 1
                                    

~CLIFF~

Untuk beberapa saat, aku memperhatikan wanita yang sedang duduk di bangku taman sambil menangis itu. Karena terlalu lama memperhatikan, kini aku jadi paham tentang alasan kenapa dia bertelepon sambil menangis seperti ini.

Jika aku tidak salah, sepertinya, wanita bernama Irene, yang beberapa kali dia sebut dalam percakapannya dalam telepon tadi, memiliki sejumlah hutang. Lalu, Irene kabur. Dan entah bagaimana ceritanya, sepertinya wanita itu yang sekarang harus menanggung hutang wanita bernama Irene tadi. Dan kalau aku tidak salah dengar, hutang yang dia sebutkan tadi adalah sekitar seratus lima puluh ribu dollar.

Walaupun aku dapat dengan mudah menghasilkan uang sejumlah itu, tapi menurutku uang senilai seratus lima puluh ribu dollar tetaplah bernilai besar. Dan jika dilihat dari wanita itu yang sampai menangis, sepertinya dia tidak punya uang untuk melunasi hutang tersebut.

Entah kenapa, tanpa sadar aku tiba-tiba melangkah menuju ke arahnya. Padahal, menghampiri atau menyapa seseorang yang tidak kukenal bukanlah kebiasaanku. Mungkin, itu karena aku merasa kasihan padanya. Lagipula, aku juga perlu memastikan bahwa wanita itu bukanlah termasuk dalam salah satu dari sekelompok penggemar fanatik yang selalu menguntitku. Karena jika sampai aku memergokinya sedang menguntit, maka aku tidak akan segan-segan membawanya ke kantor polisi.

Wanita itu masih menunduk sambil menangis. Hingga kini aku sudah berdiri di hadapannya, barulah dia mengangkat kepala dan menatapku. Seketika, tangisnya berhenti. Untuk beberapa saat, dia masih diam sambil memperhatikanku. Hingga beberapa detik kemudian, matanya langsung melebar.

"K...kau.... Bukankah... kau adalah... Cliff Warren?", tanyanya terkejut dengan suara yang terdengar parau. Kemudian, dia langsung berdiri dari posisi duduknya.

Aku tersenyum tipis atas tebakannya yang benar. Sudah kukatakan, bukan? Aku adalah seorang penyanyi terkenal di negeri ini. Jadi, sudah dapat dipastikan bahwa hampir semua orang di kota ini pasti mengenaliku, termasuk wanita ini.

Dan setelah kuperhatikan bagaimana reaksinya saat pertama kali melihatku tadi yang tampak terkejut, sepertinya wanita ini bukanlah seorang penguntit. Jadi, kurasa aku tidak perlu membawanya ke polisi.

"Kenapa kau menangis di sini? Di taman yang sepi, sendirian dan saat tengah malam pula.", aku bertanya padanya. Selain itu, nada bicaraku juga terdengar tidak ramah padanya, justru terkesan menyindir. Biarlah dia menilaiku sebagai seorang penyanyi yang berperilaku buruk. Siapa suruh dia ikut datang ke taman ini? Padahal, taman ini adalah satu-satunya tempat umum di kota ini yang dapat kukunjungi pada malam hari tanpa khawatir akan diikuti oleh paparazzi. Tapi, dia malah ikut datang ke sini.

Wanita itu sudah sepenuhnya berhenti menangis, tapi dia masih sedikit terisak kecil. Lalu, dia segera mengusap sisa air mata yang membasahi wajahnya.

"R...rumahku berada di sekitar sini. Aku datang ke taman yang sepi ini karena butuh ruang untuk bertelepon dengan seseorang.", jawabnya dengan terbata.

Untuk beberapa saat, aku memperhatikan dirinya. Namun, karena suasana di sekitar kami yang temaram, aku jadi tidak bisa memperhatikan wajahnya dengan jelas. Tapi, aku tahu bahwa dia adalah seorang wanita muda. Mungkin, dia sepantaran denganku, atau beberapa tahun sedikit lebih muda daripada aku.

"Siapa namamu?", aku bertanya lagi.

"A...aku... Sherina. Namaku... Sherina Quinton.", jawabnya kembali tergagap.

Ada apa dengan wanita ini? Kenapa sejak tadi dia terbata dan tergagap setiap kali menjawab pertanyaanku? Apakah dia takut padaku? Biasanya, para wanita selalu kegirangan saat bertemu denganku. Bukan malah ketakutan seperti wanita ini. Dasar wanita aneh.

Aku hendak beralih pergi darinya setelah dia menjawab pertanyaanku tentang namanya tadi. Namun, kemudian aku jadi terpikir akan sesuatu.

Sherina...

Nama Sherina berawalan huruf 'S'. Dan itu sesuai dengan huruf pada liontin yang kumiliki, yang mana liontin itu membuatku merasa pusing akibat artikel yang muncul sejak siang tadi. Sepertinya, wanita bernama Sherina ini bisa kuajak bekerja sama untuk membantu menyelesaikan skandal yang mencuat tentang diriku. Terlebih, jika mengingat alasan kenapa dia menangis saat dia bertelepon tadi, kemungkinan besar dia akan bersedia untuk kuajak bekerja sama bila kutawarkan sejumlah besar uang. Dan sekarang, aku mendapatkan ide.

"Sherina, kau butuh banyak uang, bukan?", aku langsung bertanya tanpa basa basi padanya.

Sherina tampak terkejut dan matanya kembali melebar saat mendengar pertanyaanku.

"B...bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku mendengarkan sebagian besar percakapanmu saat kau bertelepon tadi. Dari situ, aku bisa menyimpulkan bahwa saat ini kau sedang membutuhkan uang dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang cepat.", aku sengaja berbicara seperti itu untuk mengintimidasinya.

Sherina langsung menunduk setelah mendengar jawabanku. Sepertinya, dia merasa malu karena aku mengetahui masalahnya.

"Jika kau memang butuh uang, aku bisa memberimu uang sebanyak dua ratus ribu dollar.", aku berbicara lagi.

Sherina kembali mendongak menatapku.

"Dua ratus ribu dollar?", tanyanya terkejut dan memastikan.

Aku mengangguk pasti.

"Ya. Aku bisa memberimu uang sejumlah itu secepat yang kau inginkan. Tapi, kau harus melakukan sesuatu untukku."

Untuk beberapa saat, dia tampak ragu. Dia seperti sedang menilai apakah yang kukatakan ini benar atau tidak.

"Ap... apa yang harus kulakukan untukmu?"

Aku tersenyum tipis karena sudah menduga bahwa dia akan tertarik pada tawaranku.

"Menikahlah denganku.", aku langsung menjawab juga tanpa basa basi.

"Apa katamu? Menikah?", untuk ke-sekian kalinya, dia terkejut hingga mengulangi ucapanku.

Sepertinya, dia masih merasa sulit untuk mempercayai semua ini. Bagaimana tidak? Dia adalah seorang wanita biasa. Dan bisa jadi, dia mungkin adalah salah seorang penggemarku. Lalu, aku yang merupakan seorang penyanyi tampan, terkenal dan kaya raya ini, tiba-tiba datang dan menawarkan pernikahan padanya. Jadi, wajar jika dia terkejut.

Tapi, aku bersungguh-sungguh dengan apa yang kutawarkan pada Sherina ini. Dia adalah wanita yang memiliki nama berinisial 'S'. Dia bisa kujadikan sebagai alasan dan umpan bagi para wartawan yang masih berani mengorek informasi mengenai inisial huruf pada liontin yang kukenakan. Selain itu, jika aku menikah dengan Sherina, para wartawan juga pasti akan langsung melupakan Selly. Dengan begitu, aku bisa tetap melindunginya. Lagipula, aku hanya berencana menawarkan pernikahan kontrak pada Sherina. Dan jika dia setuju, maka aku akan menjelaskan rincian secara lebih lanjut padanya nanti.

Untuk sekarang, Sherina masih diam. Dia masih terkejut dan belum memberikan jawaban atas tawaranku tadi. Tapi, aku yakin bahwa dia pasti akan menerima tawaranku. Karena dia membutuhkan uang dengan jumlah yang banyak serta dalam waktu yang cepat.

Sedangkan, aku membutuhkan seorang wanita yang dapat kujadikan sebagai umpan bagi para wartawan. Dengan begitu, wanita yang kucintai bisa tetap aman.

Aku dan Sherina sama-sama membutuhkan dalam hal ini. Dan jika dia setuju, itu akan sangat menguntungkan bagi kami. Atau dia lebih tepatnya. Sebenarnya, jika dia tidak setuju pun, aku bisa dengan mudah mencari wanita lain yang memiliki nama dengan awalan huruf 'S'. Hanya saja, aku akan lebih senang jika Sherina yang menerima tawaran itu. Karena kondisinya akan lebih menguntungkan bagiku. Jika Sherina bersedia, lalu aku memberinya uang senilai dua ratus juta, maka dia akan merasa berhutang padaku karena aku telah membantu melunasi hutangnya. Perasaan hutang budi pada dirinya itu, akan membuatku jadi lebih mudah dalam mengontrol dirinya. Dengan begitu, dia tidak akan membuat keributan di kemudian hari nanti terkait dengan perjanjian kontrak kami.

***

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang