Bab 19

110 16 2
                                    

~CLIFF~

"Di sini kau rupanya.", aku berkata setelah melihat Sherina sedang duduk termenung di teras belakang rumah menghadap ke taman.

"Cliff, kau sudah datang?", Sherina yang tadi tampak melamun, kini terkejut saat melihatku.

"Belakangan ini, kenapa kau sering sekali duduk sendirian di tempat ini? Setiap aku sampai di rumah, aku tidak melihatmu hingga harus berkeliling dulu untuk mencarimu.", protesku sambil berjalan mendekat ke arahnya.

Sherina tersenyum tipis.

"Maaf, sepertinya aku terlalu larut dalam pikiranku hingga tidak menyadari bahwa kau sudah pulang ke rumah.", dia menjawab seraya menatapku sendu.

"Kenapa? Apakah kau sedang ada masalah?", aku bertanya dan duduk di kursi panjang bersebelahan dengannya.

Sherina menggeleng.

"Tidak ada.", jawabnya singkat seraya tersenyum tipis.

Aku memperhatikan ekspresi Sherina sejenak. Saat ini, dia tampak lesu dan gelisah. Dia seperti sedang ada masalah. Tapi, jika melihat dari jawabannya tadi, dia seperti tidak ingin membahasnya. Dan berkaca pada kejadian saat dia menyembunyikan perihal pemecatannya dariku, kini aku sebisa mungkin membuatnya terbuka agar dia tidak menyimpan sendiri masalah yang dihadapinya.

"Jika kau ingin bercerita, aku bersedia mendengarnya.", tawarku.

Sementara, Sherina hanya membalas ucapanku dengan tersenyum tipis.

"Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana persiapan album barumu?", tanyanya seperti ingin mengalihkan topik pembicaraan.

"Persiapannya baru lima puluh persen. Ada sepuluh lagu yang akan kurilis pada album baruku nanti. Dan aku baru melakukan rekaman setengahnya. Selain itu, beberapa minggu ini aku akan sibuk berlatih menari untuk beberapa lagu yang membutuhkan koreografi."

"Semoga perilisan album barumu nanti berjalan lancar dan penjualan albumnya meledak di pasaran."

Aku tersenyum atas ucapan baiknya.

"Ya, semoga saja."

Berawal dari beberapa topik obrolan tersebut, aku dan Sherina lanjut berbincang membahas banyak hal. Bahkan, sedikit demi sedikit kami juga mulai bercerita tentang diri kami masing-masing.

Sebenarnya, aku bukan tipe orang yang mudah bercerita atau suka berbicara banyak hal dengan orang lain. Hanya pada beberapa orang tertentu saja aku bisa berbicara sebanyak ini, seperti kepada orang tuaku atau pada Selly, misalnya. Tapi, saat merasakan bagaimana aku merasa nyaman saat bercerita dengan Sherina, sepertinya Sherina ini adalah tipe orang yang akan cocok denganku. Kurasa, itu adalah hal yang baik. Apalagi, kami tinggal serumah. Jika kami merasa cocok, aku akan jadi merasa seperti memiliki teman yang bisa kuajak berbagi keluh kesah dan bercerita di rumah ini.

***

Saat ini, aku sedang berolahraga dengan berlari di atas treadmill yang ada di salah satu sisi ruang tengah rumahku. Sambil berlari, sesekali aku memperhatikan Sherina yang kini juga berada di ruang tengah. Dia sedang duduk bersantai di sofa yang terletak tidak jauh dariku sambil membaca sebuah buku. Tapi, tidak lama kemudian, dia meletakkan buku itu dengan asal ke atas meja. Lalu, dia berbaring di sofa sambil menghela napas lelah.

"Kau kenapa?", aku bertanya padanya.

Sherina menoleh ke arahku.

"Aku bosan.", dia menjawab dengan nada mengeluh. "Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Bila ingin memasak pun, jam makan siang masih lama. Aku merasa bosan karena tidak melakukan kegiatan apapun sejak tadi. Bahkan, membaca buku pun malah membuatku merasa mengantuk."

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang