Bab 5

131 19 0
                                    

~CLIFF~

"Pernikahan kontrak?", Sherina bertanya padaku ketika dia baru saja membaca poin pertama dari dokumen kesepakatan yang sedang dipegangnya.

"Ya. Seperti yang tertulis pada poin pertama dalam dokumen itu, kita hanya akan menikah secara kontrak selama dua tahun. Dan selama dua tahun itu, kita harus tampak seperti pasangan suami istri yang sesungguhnya, baik di hadapan keluarga, teman, kenalan dan khususnya awak media. Jangan sampai ada orang yang tahu atau curiga bahwa kita hanya menikah secara kontrak.", jawabku.

Setelah mendengar penjelasanku, Sherina membaca kembali dokumen yang sedang dia pegang.

"Kenapa kau membuat rencana pernikahan kontrak seperti ini? Maksudku, kau adalah seorang pria yang punya segalanya. Penampilanmu juga menarik. Dengan segala kelebihanmu itu, aku yakin bahwa kau pasti bisa dengan mudah mendapatkan wanita mana pun yang kau inginkan. Bukannya menikah dengan wanita yang kau cintai, kenapa kau justru memilih menikah kontrak dengan wanita asing seperti diriku?"

"Apapun alasan yang kumiliki, itu bukan urusanmu.", aku menjawab dengan ketus karena tidak suka bila wanita ini terus bertanya padaku. "Sebaiknya, sekarang kau lanjutkan saja membaca setiap poin yang ada dalam dokumen itu daripada terus penasaran akan urusan pribadiku. Kau bisa bertanya padaku jika ada poin yang tidak mengerti. Dan jika kau sudah paham, kau bisa langsung menandatanganinya."

Sherina mencebikkan bibirnya seperti tidak senang atas omelanku. Kemudian, dia lanjut membaca.

Sementara, aku hanya diam memperhatikannya. Selain itu, kini aku juga sedang menilainya. Semalam, karena pencahayaan di taman kurang memadai, aku jadi tidak bisa menilai bagaimana rupa asli dan penampilannya. Tapi, sekarang, begitu aku bertemu lagi dengannya pada saat siang hari seperti ini, aku jadi tahu bahwa sebenarnya Sherina adalah wanita yang cantik. Dia memiliki kulit yang halus dan putih, mata coklat dan rambut yang hitam dan sedikit bergelombang. Selain itu, postur tubuhnya juga bagus. Jika dilihat dari penampilannya secara keseluruhan, dia cukup cantik dan menarik.

Baguslah. Dengan begitu, ketika hubungan kami sudah diketahui oleh publik nanti, orang-orang tidak akan menilai kami sebagai pasangan yang berbanding terbalik. Dengan penampilannya yang cantik seperti itu, dia akan cocok bila disandingkan denganku.

"Ngomong-ngomong, apa pekerjaanmu, Ms. Quinton?", aku bertanya padanya.

Sherina beralih dari dokumen yang dia baca lalu menatapku.

"Panggil aku Sherina, tolong...", dia mengoreksi panggilanku padanya. "Dan soal pekerjaanku, aku adalah seorang editor lepas dari sebuah penerbit yang ada di kota ini.", dia menjawab pertanyaanku tadi.

"Oke, Sherina. Lalu, apakah pekerjaanmu itu membuatmu harus datang ke kantor setiap hari?"

Dia menggeleng.

"Tidak. Karena aku adalah editor lepas, maka aku bisa bekerja dari mana pun. Aku tidak harus ke kantor, kecuali jika ada pertemuan seluruh editor yang dijadwalkan oleh pihak penerbit. Itu pun tidak pasti, bisa setiap dua minggu atau sebulan sekali."

Aku mengangguk paham.

"Itu bagus. Dengan pekerjaanmu yang fleksibel itu, kau jadi tidak perlu terlalu sering keluar dari rumah."

Sherina menatapku dengan dahi berkerut.

"Apakah kau berencana mengurungku di rumah setelah kita menikah nanti?"

"Silly! Tentu saja tidak.", aku mengatainya dengan kesal karena dia buru-buru dan salah menyimpulkan maksud ucapanku. "Maksudku adalah kau tidak perlu setiap hari keluar dari rumah. Karena senang atau tidak, setelah kau menikah denganku nanti, para awak media pasti juga akan ikut menyorotmu. Kau bisa tetap keluar rumah atau menjalankan aktivitasmu seperti biasa. Hanya saja, yang berbeda setelah kita menikah nanti adalah kau akan sering diikuti oleh para wartawan karena kau memiliki hubungan yang dekat denganku. Jadi, jika kau tidak ingin terus dikejar-kejar oleh para wartawan itu, akan lebih baik jika kau tidak sering keluar rumah."

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang