Bab 7

122 18 6
                                    

~CLIFF~

Ini adalah pertama kalinya aku dan Sherina muncul sebagai pasangan suami istri dalam sebuah acara resmi sejak kami menikah. Sebenarnya, aku tidak ingin mengajaknya. Karena aku tahu bahwa dia pasti masih belum siap dalam menghadapi ketenaran yang kini baru dia dapatkan. Namun, karena acara ini adalah salah satu acara penghargaan dalam dunia hiburan yang paling bergengsi di Amerika, jadi aku terpaksa mengajaknya. Kalau tidak, orang-orang pasti akan mempertanyakan hubungan kami.

"Aku gugup, Cliff.", Sherina berbicara saat kami sudah sampai di area parkir.

"Belajarlah untuk mengontrol ekspresi wajahmu. Jangan sampai kegugupanmu itu membuat dirimu tampak konyol di hadapan semua orang nanti. Apalagi, di sana ada banyak kamera.", aku memperingatkan.

"Aku juga sedang berusaha. Tapi, aku tetap tidak bisa mengontrolnya. Apalagi, setelah melihat ramainya tempat ini. Sekarang, perutku jadi ikut mulas."

Aku menghela napas karena sebal atas rengekannya. Tapi, aku juga tidak bisa marah karena ini memang hal yang baru bagi Sherina.

Kemudian, aku menggeser posisi dudukku sedikit menghadap ke arahnya lalu meraih kedua bahunya dan mengarahkan tubuhnya agar dia berhadapan denganku.

"Tatap aku, Sherina.", aku berkata padanya.

Mata Sherina melebar terkejut atas gerakanku yang tadi secara tiba-tiba memutar posisi tubuhnya.

"Sekarang, tarik napas dalam-dalam. Lalu, hembuskan secara perlahan.", aku memberinya instruksi.

Sherina mulai melakukan apa yang kukatakan.

"Lagi, lakukan itu berulang kali.", imbuhku.

Setelah beberapa kali mengontrol pernapasan, kini dia terlihat lebih tenang.

"Apakah sekarang kegugupanmu sudah sedikit mereda?"

Dia hanya mengangguk atas pertanyaanku.

"Sekarang, tersenyumlah."

Sherina menarik sudut bibirnya secara perlahan hingga membentuk seulas senyum. Walau tampak sedikit palsu, tapi itu lebih baik untuk menyamarkan kegugupannya.

"Jika nanti di sana kau kembali merasa gugup, lakukan kontrol pernapasan seperti yang sudah kuajarkan tadi. Dan saat kita keluar dari mobil ini, tetap pertahankan ekspresi ramah dengan tersenyum seperti itu. Kita harus bisa meyakinkan orang-orang bahwa kita adalah pasangan suami istri yang saling mencintai. Apa kau bisa melakukannya?", jika biasanya aku lebih sering menggertak dan memperingatkan, kini aku berkata dengan sedikit melembutkan nada bicaraku. Hal itu kulakukan agar dia tidak kembali merasa gugup dan tertekan.

"Aku akan berusaha.", balasnya seraya mengangguk.

Aku tersenyum tipis padanya. Kini, aku sedikit bisa mempelajari tentang dirinya. Sepertinya, Sherina adalah tipe orang yang perlu mendapatkan dorongan dari orang-orang di sekitarnya apabila harus melakukan hal-hal di luar kebiasaannya.

"Bagus. Sekarang, ayo kita turun dari mobil."

Aku mengulurkan sebelah tanganku untuk dia genggam. Tidak lupa, aku juga memasang senyum yang biasa kutampilkan di hadapan kamera. Setelah itu, aku dan Sherina keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung tempat acara.

***

Pada acara yang kuhadiri saat ini, aku memenangkan dua penghargaan, yang pertama adalah penghargaan sebagai penyanyi pria terpopuler dan yang kedua adalah penghargaan sebagai penyanyi dengan penjualan album paling laris di tahun ini. Tahun sebelumnya, aku juga mendapatkan kedua penghargaan tersebut. Namun, aku tidak menduga bahwa tahun ini aku kembali mendapatkannya. Mengingat tahun ini aku beberapa kali terjerat skandal dan gosip yang cukup mempengaruhi reputasiku. Walau begitu, aku tetap senang dan bersyukur. Karena penghargaan yang kudapatkan malam ini menunjukkan bahwa aku masih termasuk ke dalam jajaran penyanyi papan atas yang paling diminati di Amerika.

Setelah selesai dengan pengumuman pemenang penghargaan, kini dilanjutkan dengan acara non formal, yaitu makan malam bersama dengan seluruh undangan yang hadir. Dalam acara ini, tidak hanya penyanyi yang diundang, melainkan juga produser, komposer, penari latar hingga para perias artis dan penata busana ternama juga ikut diundang. Begitu pun dengan Selly, karena dia adalah salah satu penata busana yang terkenal di jajaran agensi musik yang ada. Namun, aku tidak tahu apakah Selly juga datang ke acara ini atau tidak. Karena setahuku, beberapa minggu ini dia sibuk berkeliling di negara bagian Amerika untuk mendampingi salah satu penyanyi di agensi kami yang sedang mengadakan tour.

"Cliff...", tiba-tiba terdengar suara Selly memanggilku.

Aku yang tadinya sedang mengobrol dengan beberapa komposer kenalanku, kini menoleh mencari sumber suara Selly tadi.

"Hei, Selly...", seruku senang saat melihat dia yang kini sedang berjalan menghampiriku.

Begitu kami sudah berhadapan, dia langsung memeluk dan mencium pipiku kanan dan kiri.

"Kupikir, kau tidak datang.", aku berkata padanya.

"Bagaimana aku tidak datang? Aku sudah menduga bahwa kau pasti akan memenangkan piala di penghargaan ini. Jadi, begitu selesai dengan konser yang ada di San Fransisco tadi malam, aku langsung terbang ke New York. Aku tidak mungkin melewatkanmu berpidato di acara penghargaan bergengsi ini."

Aku tertawa kecil karena ucapannya. Selain itu, hatiku juga terasa menghangat saat mengetahui bahwa Selly bersedia menyempatkan waktunya untuk melihatku mendapatkan penghargaan. Dengan sikapnya yang perhatian seperti itu, bagaimana aku tidak semakin menyukainya?

"Oh, kau pasti istrinya Cliff?", pertanyaan Selly langsung membuyarkan lamunanku.

Kini, Selly beralih menatap Sherina yang sejak tadi berdiri di sebelahku.

Aku pun berdehem dengan canggung karena tadi lupa memperkenalkan Sherina pada Selly.

"Ya. Benar, Selly. Dia adalah Sherina. Istriku.", aku memperkenalkan Sherina pada Selly.

Seketika, senyumku jadi kecut saat memperkenalkan Sherina pada wanita yang kucintai. Dan itu membuatku jadi berandai-andai jika saja keadaan tidak memaksa kami untuk saling menjauh, mungkin Selly-lah yang akan kuperkenalkan pada semua orang sebagai istriku, bukan Sherina.

"Sherina...", Sherina mengulurkan tangannya pada Selly.

"Selly McWoods. Senang berkenalan denganmu, Mrs. Warren."

"Aku juga, Ms. McWoods."

Aku jadi semakin merasa kesal karena Selly memanggil Sherina dengan nama belakangku. Walau itu tidak salah, tapi tetap saja aku tidak senang mendengarnya. Seharusnya, Selly yang menyandang nama belakangku. Bukan wanita lain.

Setelah berkenalan dengan Sherina, Selly kembali beralih menatapku.

"Oh ya, Cliff. Aku minta maaf karena minggu lalu tidak bisa menghadiri acara pernikahanmu. Saat itu, aku sedang berada di negara bagian yang dekat dengan Kanada dan sekitarnya. Jadwal tour antarkota sangat berdekatan. Aku tidak bisa meluangkan waktu kembali ke New York untuk sejenak karena jaraknya yang cukup jauh."

Aku tersenyum maklum padanya. Justru, aku senang karena Selly tidak datang.

"Tidak masalah. Aku mengerti kesibukanmu. Karena sekarang kau sudah menjadi penata busana ternama di sini. Jadi, bagaimana bisa kau bersantai?"

Selly tertawa lalu memukul pelan dadaku.

"Kau bisa saja.", dia menanggapi godaanku.

"Oh ya, apakah kau sudah makan malam?", aku bertanya padanya.

"Belum."

"Kalau begitu, kau bergabunglah dengan meja kami. Kita bisa makan malam bersama."

Selly tersenyum dan mengangguk.

Aku mengarahkan Selly agar berjalan lebih dulu menuju ke meja tempatku dan Sherina. Lalu, aku menoleh pada Sherina yang sejak tadi diam di sebelahku untuk memberinya kode agar berjalan mengikutiku. Dan setelah itu, acara makan malam pun dimulai.

***

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang