Bab 16

129 19 2
                                    

~SHERINA~

Aku baru saja selesai di-make up untuk acara interview yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi. Saat melihat penampilanku di cermin, aku sedikit tidak menyangka bahwa penampilanku akan secantik ini. Walau begitu, penampilanku yang cantik saat ini tidak bisa menurunkan rasa gugup yang kini kurasakan. Jadi, aku kembali melakukan kontrol pernapasan seperti yang diajarkan oleh Cliff padaku sebelumnya.

"Apa kau merasa gugup?"

Aku pun mendongak dan menatap pantulan diri Cliff yang kini sedang berdiri di sebelahku. Untuk beberapa saat, aku terkesima akan penampilan Cliff saat ini. Sekarang, dia mengenakan sebuah kemeja putih dengan jas dan celana abu-abu. Dua kancing teratas kemejanya tidak dikancingkan. Sehingga menimbulkan kesan semi formal atas penampilannya tersebut. Selain itu, tatanan rambutnya sudah rapi serta wajahnya juga sudah sedikit dipoles oleh dengan riasan. Sekarang, Cliff terlihat sangat tampan.

Walau sempat terkesima, tapi dengan segera aku menyadarkan diriku dari keterpesonaanku ini. Kemudian, aku memutar posisi dudukku hingga kini berhadapan dengannya.

"Ya.", aku menjawab pertanyaannya tadi seraya mengangguk lesu.

Dan tanpa kusangka-sangka, tiba-tiba Cliff berjongkok untuk memposisikan dirinya agar tidak lebih tinggi dariku lalu kedua tangannya memegang tanganku yang berada di atas paha.

"Jika kau merasa gugup, tarik napas dalam lalu hembuskan secara perlahan."

"Sejak tadi, aku sudah berulang kali melakukannya. Tapi, setiap kali mengingat bahwa ini adalah pertama kalinya aku akan tampil di televisi, aku merasa semakin gugup. Aku takut bila saat di-interview nanti, aku melakukan kesalahan."

Sebelah tangan Cliff mengelus bagian belakang telapak tanganku yang kini dipegangnya.

"Kau tenang saja. Walaupun interview ini akan ditayangkan di televisi, tapi ini bukan siaran langsung. Jadi, misalkan nanti kau melakukan kesalahan, aku akan berbicara pada produser agar mengedit dan menghapusnya. Semua akan baik-baik saja."

Aku menghela napas panjang lalu mengangguk atas ucapannya. Aku juga sedikit memaksakan diri tersenyum karena senang atas Cliff yang menenangkanku saat ini.

"Semuanya, shooting akan dilakukan satu menit lagi.", tiba-tiba seorang kameramen memberikan arahan.

Cliff langsung berdiri dari posisinya yang tadi berjongkok. Lalu, dia mengulurkan sebelah tangannya padaku untuk membantuku berdiri.

"Oke, yang akan melakukan interview pertama adalah Mrs. Warren. Apakah kau sudah siap, Mrs. Warren?", produser acara berbicara pada kami.

Aku hendak menjawab pertanyaan produser tadi. Tapi, sebelum itu Cliff tiba-tiba mendekatkan wajahnya padaku lalu berbisik tepat di telingaku.

"Kau pasti bisa melakukannya, Sherina.", bisiknya lalu mencium ringan sebelah pipiku yang dekat dengan telinga tempatnya berbisik tadi.

Seketika, aku membelalak terkejut atas tindakannya. Walaupun ciumannya tadi sangat ringan dan begitu cepat, tapi tetap saja hal itu membuat wajahku langsung memanas. Bahkan, kini jantungku juga semakin berdebar cepat, bukan berdebar karena merasa gugup. Melainkan, lebih ke arah berdebar karena senang. Aku menatap Cliff  selama beberapa saat seakan tidak percaya bahwa dia baru saja mencium pipiku.

Sedangkan, Cliff hanya tersenyum tipis padaku.

"Sekarang, ayo kita mulai rekaman.", ajaknya sambil menarik tanganku agar berjalan mengikutinya ke area shooting.

***

Setelah tadinya aku merasa sangat gugup saat hendak melakukan rekaman, tapi ternyata interview ini tidaklah semenakutkan yang kukira. Pembawa acara yang melakukan interview padaku sangat ramah serta dia membawakan acaranya dengan santai. Maka dari itu, kegugupanku jadi mereda. Selain itu, aku juga bisa menjawab dengan baik dan tenang pada beberapa pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara tadi.

"... Baiklah. Setelah tadi Anda menceritakan bagaimana awal pertemuan, masa berkencan hingga kehidupan pernikahan kalian hingga sejauh ini, sekarang saya ingin Anda menjelaskan tentang bagaimana sosok Cliff di mata Anda. Apakah dia adalah sosok suami yang baik? Dan hal apa yang membuat seorang Sherina ini bisa jatuh hati padanya?", pembawa acara bertanya padaku untuk ke-sekian kalinya.

Untuk beberapa saat, aku berpikir sejenak. Bagaimana sosok Cliff di mataku? Dan hal apa yang membuatku jatuh hati padanya?

Jika dibandingkan dengan beberapa pertanyaan sebelumnya, menurutku ini adalah pertanyaan yang paling sulit. Aku tidak yakin harus menjawab apa. Kemudian, aku mengalihkan pandanganku ke arah Cliff yang kini sedang duduk di hadapanku di belakang kamera sambil menunggu giliran rekaman.

"Hmm... Menurutku... Cliff adalah sosok yang sulit.", bukannya mengarang atau mencari jawaban dengan deskripsi yang baik atau romantis, entah kenapa justru kalimat itu yang terlintas di pikiranku dan langsung meluncur begitu saja dari mulutku begitu melihat dirinya.

"Cliff adalah sosok yang sulit?", pembawa acara tampak heran sekaligus geli setelah mendengar jawabanku.

Begitu pun dengan Cliff yang kini sedang memperhatikanku.

"Ya. Menurutku, Cliff adalah sosok yang sulit. Kalian semua tidak akan menyangka bahwa di balik penampilannya yang selalu tampak tenang, ramah dan percaya diri di hadapan kamera dan semua orang, sebenarnya Cliff adalah sosok pria yang cukup rewel. Selain itu, dia juga tipe pria yang tidak sabar. Apalagi, dalam hal makanan."

Pembawa acara langsung tertawa setelah mendengar penjelasanku.

"Benarkah Cliff adalah orang yang seperti itu?"

Aku mengangguk dan tersenyum.

"Ketika Cliff sedang merasa lapar, dia sering kali uring-uringan dan tidak sabar agar aku segera menyiapkan makanan untuknya. Dan semua makanan itu, harus lengkap dengan menu olahan sayur."

"Sebelumnya, saya juga pernah membaca sebuah artikel wawancara dengannya yang menyebutkan bahwa salah satu kunci agar tubuhnya selalu tampak bugar adalah dia rajin berolahraga dan selalu mengkonsumsi sayur. Kalau boleh tahu, menu sayuran apa yang menjadi makanan favorit Cliff? Apakah semacam salad?"

Aku menggeleng.

"Tidak. Cliff tidak suka dengan salad atau sayuran rebus yang hambar. Dan untuk menu olahan sayur favoritnya... kurasa dia paling suka dengan menu asinan sayur."

"Asinan sayur? Ini cukup menarik."

"Karena selama ini dia tidak pernah protes setiap kali aku menyajikan menu asinan sayur untuknya. Selain itu, dia juga selalu menghabiskan makanan pada porsinya bila ada menu asinan sayur di meja makan. Jadi, kurasa dia sangat menyukai asinan sayur buatanku.", jawabku sambil bergurau.

Pembawa acara ikut tertawa atas penjelasanku.

"Lalu, kembali pada pertanyaan saya tadi, hal apa yang membuatmu jatuh cinta pada seorang Cliff Warren? Selain visualnya yang sangat tampan, apakah ada hal khusus lain yang membuatnya istimewa di matamu?"

"Ya. Ada.", kemudian aku kembali menatap Cliff sambil memberikan jawaban. "Walaupun Cliff adalah sosok pria yang sulit dan cukup rewel, tapi di saat-saat tertentu, dia adalah sosok pria yang sangat perhatian padaku. Dia selalu tahu saat kapan dan di mana aku sedang membutuhkan dorongan keberanian untuk melakuan sesuatu. Dia tahu bagaimana cara menenangkanku. Dan dia melakukannya dengan cara yang sangat lembut. Selain itu, dia juga tidak lupa memberikan semangat dengan mengatakan bahwa aku pasti akan bisa melakukannya. Jadi, kurasa hal yang membuatku jatuh cinta padanya adalah kepekaan dan perhatian yang selalu dia berikan di saat aku sedang membutuhkan dorongan. Menurutnya, mungkin itu adalah sesuatu yang biasa saja dan normal dilakukan oleh setiap pasangan. Tapi, menurutku perhatiannya itu sangat berarti bagiku."

Jika beberapa jawabanku sebelumnya terdapat sedikit atau banyak kebohongan, namun untuk pertanyaan kali ini aku menjawab dengan jujur. Sudah sejak beberapa waktu yang lalu aku menyadari bahwa ada getaran yang muncul di hatiku setiap kali mendapatkan perhatian atau dorongan dari Cliff. Ditambah dengan bagaimana dia memberikan semangat dan menenangkanku sesaat sebelum memulai rekaman tadi, aku jadi sadar dan semakin yakin akan perasaanku. Sepertinya, aku memang sudah benar-benar jatuh cinta pada suami kontrakku itu.

***

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang