Bab 39

189 21 15
                                    

~CLIFF~

"Cliff, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja. Kau boleh bertanya apapun padaku, Sayang."

"Tapi, kau harus berjanji bahwa kau akan menjawabnya dengan jujur.", dia terdengar sedikit menuntut.

"Oke. Aku berjanji bahwa aku akan menjawab dengan jujur."

Kemudian, Sherina melepaskan dirinya dari pelukanku lalu ganti menatapku. Selain itu, kini wajahnya terlihat memerah.

"Apa yang ingin kau tanyakan padaku, Sayang?", aku kini merasa heran sekaligus penasaran.

"Saat berhubungan denganku... siapa yang kau bayangkan? Aku atau Selly?", tanyanya dengan wajah yang semakin memerah.

"Jadi, itu pertanyaanmu?", seketika aku menahan tawa karena geli atas pertanyaannya. Selain itu, nada bicara dan ekspresinya sangat lucu saat melontarkan pertanyaannya tersebut.

"Jawab saja, Cliff...!", Sherina jadi kesal seolah tahu bahwa dalam hati aku sedang menertawakannya.

"Tentu saja kau. Karena yang ada di hadapanku adalah dirimu. Bagaimana mungkin aku membayang Selly? Pertanyaanmu itu sangat lucu, Sayang.", aku pun tidak tahan lagi untuk mengeluarkan tawaku.

"Bisa saja kau membayangkan Selly saat berhubungan denganku. Buktinya, saat itu kau masih mengenakan liontin itu saat bercumbu denganku.", Sherina terlihat masih belum puas atas jawabanku.

Oh, sekarang aku tahu. Sepertinya, sekarang dia sedang merasa cemburu.

Aku yang kini sudah berhasil menghentikan tawaku, ganti menatapnya lembut sambil sebelah tanganku menangkup sisi wajahnya serta ibu jariku mengelus pipinya.

"Asal kau tahu, Sayang. Sejak dekat denganmu, aku sudah lama sekali tidak pernah memikirkan Selly. Kalau kuingat-ingat lagi, sepertinya sejak aku mengalami cidera dulu, aku tidak pernah lagi teringat pada Selly. Karena saat itu hanya kau yang selalu berada di dekatku selama dua puluh empat jam. Kau yang selalu ada dan merawatku. Karena itu, aku jadi terbiasa akan kehadiran dirimu. Aku mulai melihat dirimu sehingga tidak lagi teringat pada Selly. Kemudian, saat kita liburan ke rumah pantai yang ada di Manhattan, lalu kita berhubungan untuk pertama kalinya, yang kulihat hanyalah dirimu. Hati, pikiran dan tubuhku benar-benar menginginkanmu. Bukan Selly, atau wanita lain. Jadi, kau tidak perlu khawatir bila aku membayangkan wanita lain saat sedang menyentuhmu. Saat itu, memang benar bahwa aku masih mengenakan liontin itu, tapi aku sama sekali tidak ingat bahwa aku masih mengenakannya. Jika aku ingat, aku pasti akan segera melepasnya saat itu juga agar tidak menyakiti hati dan perasaanmu.", aku menjelaskan dengan lembut.

Sherina menatapku selama beberapa saat. Kemudian, dia tersenyum.

"Oke.", dari jawabannya, dia terlihat sudah puas dan tampak lega.

Aku pun mencium bibirnya sekilas karena merasa gemas. Lalu, aku menatapnya kembali berniat ingin menggoda.

"Jadi, kau bertanya tentang masalah itu tadi, apakah karena kau merasa cemburu, Sayang?", aku ganti bertanya.

"Tentu saja aku cemburu. Istri mana yang tidak cemburu dan khawatir bila suaminya membayangkan wanita lain?"

"Kau tenang saja, Sayang. Aku hanya melihatmu. Tidak ada wanita lain. Sungguh, aku tidak berbohong.", tegasku. "Ngomong-ngomong, aku senang kalau kau merasa cemburu. Karena itu berarti bahwa kau sangat mencintaiku."

"Aku memang mencintaimu, Mr. Warren.", Sherina menanggapi sambil memukul dadaku pelan dan sedikit gemas.

"Tapi, aku lebih mencintaimu, Mrs. Warren.", balasku.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang