~CLIFF~
"Ngomong-ngomong, kau terlihat luwes saat sedang memasak.", Sherina berkomentar terhadap diriku.
Setelah kegiatan mandi bersama pagi tadi, Sherina kembali ke kamarnya untuk berpakaian. Begitu pun denganku. Kemudian, kami ke dapur dan memasak bersama.
"Hey, jangan salah. Seperti ini pun, aku juga berbakat dalam hal memasak.", balasku dengan sedikit menyombongkan diri.
Sherina tertawa.
"Kupikir, kau hanya pandai menyanyi dan menari."
"Jadi, kau meragukan kemampuan diriku, Sherina?"
Sherina kembali tertawa dan menggeleng.
"Tidak. Bukan seperti itu. Maksudku, aku baru tahu kalau kau juga berbakat dan telaten dalam melakukan pekerjaan rumah seperti ini, di luar aktivitasmu sebagai seorang entertainer."
"Baiklah. Kalau begitu, mulai sekarang aku akan menunjukkan padamu apa saja bakatku. Dan tunggu saja, kau pasti akan terpesona setelah melihat semua kemampuanku itu.", aku bertekad dengan penuh percaya diri.
Sherina hanya tertawa kecil atas ucapanku.
Saat memasak bersama, kami juga mengobrol ringan sambil tetap melakukan pekerjaan masing-masing.
"Masakanku sudah matang. Apa kau ingin mencicipinya?", aku menawarkan pada Sherina.
"Boleh."
Kemudian, dengan semangat dia mengambil sendok lalu menghampiriku. Dia menyendok sedikit kuah masakanku lalu meniupnya sebentar. Baru setelah itu, dia mencicipinya.
"Hmm... Masakanmu benar-benar lezat, Cliff.", dia memuji dan tampak puas.
"Sudah kukatakan bahwa aku berbakat dalam hal memasak, bukan?", balasku berbangga.
Sherina tertawa.
"Ya. Sekarang, aku percaya.", ucapnya lalu kembali menatap masakanku yang masih ada di dalam panci dengan penuh minat. "Aku ingin mencicipinya lagi.", dia kembali menyedok sedikit kuah dan mencicipinya dengan cara yang sama. "Hmm... Ini sungguh lezat. Kurasa, aku bisa makan banyak jika menunya selezat ini."
Aku tertawa karena merasa gemas atas ekspresinya.
"Apa kau tidak ingin mencicipi masakanmu sendiri?", dia ganti bertanya padaku.
"Aku sudah mencicipinya saat kuahnya mulai mendidih tadi.", aku menjeda kalimatku karena kini malah salah fokus pada Sherina yang tengah menjilat tipis bibir bawahnya yang terkena kuah saat dia mencicipi masakanku sebelumnya. Dan hanya melihatnya seperti itu saja, aku sudah tergoda. Kemudian, aku mendekat ke arahnya. "Tapi, kurasa aku ingin mencicipinya lagi. Kali ini, dengan cara yang lain.", imbuhku sambil sebelah tanganku meraih pinggang Sherina hingga tubuhnya kini menempel padaku.
Sherina memekik terkejut. Dan seketika, wajahnya memerah.
"Cliff..."
Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, aku sudah membungkam bibirnya dengan ciuman. Aku pun melumat dengan lembut bibirnya yang ranum dan menggoda itu. Sungguh, sensasi dalam ciuman ini sangat memabukkan. Aku terus melumat dan mencecap bibirnya seakan tidak ingin berhenti. Barulah saat aku menyadari Sherina mulai kehabisan napas, aku melepaskan ciuman kami.
"Kau benar, Sherina. Itu tadi memang sangat lezat.", aku berbicara bukan tentang masakanku, tapi lebih pada rasa ciuman kami tadi.
Sherina yang masih terengah dengan wajah yang memerah, kini tersenyum malu sambil menepuk pelan dadaku.
"Dasar kau ini!", geramnya bergurau.
Aku pun jadi tertawa.
"Oh ya, masakanku!", tiba-tiba Sherina berseru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
RomanceCliff Warren adalah seorang penyanyi terkenal. Lalu, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Sherina Quinton.