Bab 20

140 17 0
                                    

~SHERINA~

Aku tidak berhenti menangis sejak melihat Cliff yang terus mengeluh kesakitan saat dia terjatuh tadi. Untung saja, para staff di agensinya langsung sigap dengan membawanya ke rumah sakit. Dan sekarang, Cliff sedang ditangani oleh dokter.

Sementara, aku, Bernard dan beberapa orang staff dari agensi menunggu di luar. Hingga beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka lalu terlihat seorang dokter dengan beberapa perawat keluar dari dalam sana. Aku pun langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Dokter, bagaimana kondisi Cliff? Apakah kakinya baik-baik saja?", aku langsung bertanya dengan masih terisak.

"Cidera yang dialami Mr. Warren cukup serius. Untung saja, pertolongan pertama yang diberikan sangat tepat dan cekatan sehingga tidak memperparah cideranya. Kami sudah melakukan penanganan serta membebat pergelangan kakinya. Kami juga memberinya obat pereda nyeri. Sekarang, kondisi Mr. Warren sudah cukup stabil. Bila Anda ingin melihat kondisinya, Anda bisa masuk ke dalam. Tapi, saya harap jangan banyak orang sekaligus agar Mr. Warren bisa beristirahat dengan baik."

Walaupun masih merasa khawatir. Tapi, aku sedikit lega karena penjelasan dokter tadi.

"Oh, syukurlah.", seruku senang. "Terimakasih, Dokter.", imbuhku.

"Sama-sama, Nyonya. Sekarang, saya permisi dulu.", kemudian dokter tersebut berlalu.

"Sebaiknya, Anda dulu yang masuk untuk melihat keadaan Cliff, Mrs. Warren.", Bernard berbicara padaku.

Aku langsung mengangguk karena setuju dengan apa yang dikatakannya. Lalu, aku pun bergegas masuk ke dalam ruangan.

"Cliff...", aku langsung berseru dengan suara yang bergetar begitu melihat Cliff yang kini sedang duduk sambil bersandar di ranjang rumah sakit. Selain itu, air mataku kembali mengalir. "Bagaimana kondisimu? Apakah kakimu masih sakit? Kau pasti kesakitan karena cidera yang kau alami.", aku terus memberondonginya pertanyaan sambil tetap terisak.

Untuk beberapa saat, Cliff tidak menjawab pertanyaanku. Melainkan, dia hanya diam sambil memperhatikanku yang terus menangisi keadaannya. Tapi, kemudian dia tersenyum.

"Kenapa kau malah tersenyum? Kau sedang kesakitan, Cliff.", kataku yang mulai sedikit kesal dengan sikapnya yang terlihat santai.

Cliff justru tersenyum semakin lebar setelah mendengar omelanku.

"Aku baik-baik saja, Sherina.", dia menjawab dengan tenang, sangat berbeda denganku yang sejak tadi menangis ketakutan.

"Tapi, kakimu..."

"Ini bukan pertama kali aku mengalami cidera. Aku sudah pernah cidera yang serupa beberapa waktu yang lalu. Dan pada cidera kali ini, tidak separah yang pernah kualami dulu. Dengan bantuan perawatan dari dokter, aku yakin bahwa cidera di pergelangan kakiku ini akan segera sembuh. Selain itu, obat yang diberikan oleh dokter tadi juga sangat efektif. Sekarang, nyeri pada pergelangan kakiku tidak lagi terasa mengganggu."

Aku memperhatikan Cliff sekali lagi. Saat ini, dia memang tampak baik-baik saja. Dia tengah duduk dan bersandar dengan santai layaknya orang sehat. Hanya pergelangan kaki kanannya saja yang tampak dibebat. Selain itu, dia juga tidak memakai infus atau peralatan rumah sakit yang lain. Meski aku bersyukur karena kini sudah mengetahui bahwa kondisi Cliff memang baik-baik saja, tapi entah kenapa aku malah menangis semakin keras. Mungkin, tangisanku kali ini merupakan luapan emosi yang sejak tadi merasa panik dan ketakutan memikirkan keadaannya.

Dan pada saat aku sedang menangis seperti ini, Cliff menarik pelan sebelah lenganku lalu membimbingku hingga kini aku duduk di pinggir ranjang rumah sakit yang ditempatinya. Kemudian, dia memelukku dengan posisinya yang juga masih duduk di ranjang.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang