Bab 27

125 15 0
                                    

~CLIFF~

"Kenapa beberapa hari berlibur di sini terasa begitu cepat?", Sherina berbicara dengan nada mengeluh setelah kami selesai memasukkan semua tas dan koper ke dalam bagasi.

"Apakah kau masih merasa kurang?", tanyaku geli.

Dia mengangguk.

"Ya. Aku sangat senang berada di sini. Suatu saat, aku pasti akan merindukan tempat ini.", katanya dengan ekspresi yang berubah menjadi sendu.

"Lain waktu, kita bisa datang ke sini lagi."

Sedangkan, Sherina hanya tersenyum tipis menanggapi ucapanku.

"Apakah sudah benar-benar tidak ada barang yang tertinggal?", aku bertanya memastikan.

"Tidak. Aku sudah mengemas semua barang yang kubawa dan kumasukkan ke dalam koper."

"Oke. Kalau begitu, kita berangkat sekarang."

Aku dan Sherina pun masuk ke dalam mobil dan kembali ke Brooklyn menuju ke rumah kami.

***

Setelah beberapa hari sebelumnya berlibur dan bersantai bersama Sherina, hari ini aku mulai kembali menjalani kesibukanku sebagai seorang penyanyi papan atas. Dan aku baru sadar bahwa kegiatanku selama ini sangatlah padat hingga terasa melelahkan. Karena itu, begitu sampai di rumah, aku langsung merebahkan diriku di sofa lalu dengan malas melepas sepatu beserta kaos kaki yang kukenakan.

"Apa kau merasa lelah?", Sherina yang sejak tadi menyambut kedatanganku lalu mengikutiku hingga ke ruang tamu, kini bertanya.

"Ya. Seharian tadi, aku sibuk rekaman dan kejar latihan koreografi untuk beberapa lagu."

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku menyiapkan air hangat untukmu sehingga kau bisa segera mandi dan menyegarkan diri?", tawarnya.

Aku memikirkan tawarannya sejenak.

"Itu boleh. Tapi, nanti saja. Sekarang, aku ingin agar kau menemaniku makan malam. Aku sangat lapar.", kataku sambil mengulurkan tanganku bermaksud agar dia membantuku berdiri.

Sherina pun tersenyum seraya menggeleng. Lalu, dia meraih tanganku dan menarikku hingga bangun.

"Sejak kapan kau jadi pemalas seperti ini?", tanyanya bergurau.

Aku yang kini sudah berdiri, hanya tertawa.

"Entahlah. Mungkin, karena beberapa hari sebelumnya aku terlalu banyak bersantai menikmati liburan denganmu, segala aktivitas dan kesibukanku sebagai penyanyi kini jadi terasa melelahkan."

Dengan tangan yang masih saling bertaut, aku dan Sherina pun berjalan ke ruang makan.

Seperti beberapa waktu belakangan ini, Sherina selalu menyiapkan makanan untukku. Lalu, dia duduk di kursi sebelahku. Dia tidak makan karena sudah makan malam lebih dulu sebelum aku sampai di rumah tadi. Jadi, kali ini dia hanya duduk menemaniku makan dan sesekali mengobrol.

"Sekarang, aku akan menyiapkan air hangat untukmu.", ucapnya saat aku sudah selesai dengan makananku. Dia berdiri dan hendak melangkah, namun tiba-tiba dia berhenti. "Oh ya, Cliff, apakah tidak apa-apa bila aku masuk ke kamarmu sendirian? Maksudku, aku belum pernah masuk ke dalam kamarmu sebelumnya.", dia bertanya dan tampak ragu.

"Tentu saja tidak apa-apa. Kau ini seperti orang asing saja.", jawabku ringan. "Kau boleh masuk ke kamarku kapan pun kau mau, Sherina."

Sherina tersenyum atas jawabanku.

"Sementara kau menyiapkan air hangat untukku, aku akan membereskan sisa makan malamku ini serta mencuci piring.", imbuhku kemudian.

"Tidak perlu, Cliff. Biar aku yang melakukan itu nanti setelah menyiapkan air hangat."

"Aku tidak keberatan.", tanpa berdebat lagi aku langsung berdiri dan membawa beberapa piring sisa makanku tadi ke wastafel.

"Baiklah, kalau kau bersikeras."

Aku hanya tersenyum begitu Sherina mengalah. Lalu, Sherina berjalan keluar dari ruang makan dan menuju ke kamarku.

Setelah beberapa saat, kini aku sudah selesai mencuci piring. Lalu, aku bergegas menuju ke kamar. Saat hendak mencapai kamar, pintu kamarku terlihat terbuka. Lalu, aku pun masuk ke dalam. Hingga kemudian terdengar suara gumaman Sherina dari arah kamar mandi. Karena penasaran, aku pun menghampirinya. Dan Sherina langsung menyadari kehadiranku.

"Cliff, maaf... Air hangatnya belum siap. Sejak tadi, aku kesulitan menyalakan fitur water heater. Karena water heater di sini berbeda dengan water heater yang ada di kamarku.", dia bercerita dengan raut yang tampak frustasi.

"Oke. Tidak masalah.", balasku seraya tertawa geli melihat ekspresinya.

Kemudian, aku pun mendekat ke arahnya untuk menunjukkan bagaimana cara menghidupkan water heater yang ada di dalam kamar mandi kamarku.

"Pertama, kau harus memilih menu ini dulu...", dengan tubuhku yang menempel pada Sherina, aku pun menjelaskan padanya tampilan menu dari water heater digital yang ada di hadapan kami. "... Baru setelah itu, kau pilih menu heater lalu atur suhu air yang kau inginkan. Begitu pengaturannya sudah sesuai, kau hanya perlu membuka kran dan air hangat pun akan keluar. Sekarang, apa kau sudah paham tentang bagaimana cara menyalakannya?"

"Y...ya, aku sudah paham.", balasnya dengan suara yang tiba-tiba terdengar gugup. Karena posisi kami yang kini sangat dekat, secara otomatis wajah Sherina langsung berhadapan dengan dadaku begitu dia berbalik. "Karena air hangatnya sudah siap, sekarang aku akan kembali ke kamarku.", dia kembali berbicara dan tampak semakin gugup.

Entah kenapa melihat Sherina yang gugup seperti ini sekarang menjadi kesenangan baru bagiku. Menurutku, dia tampak lucu dengan kepolosannya itu. Jadi, saat dia hendak bergerak menjauh, aku malah mendorong tubuhnya hingga mencapai pinggiran bath up sambil sebelah tanganku menahan pinggangnya agar dia tidak terjatuh.

"Kenapa buru-buru, Sherina?", aku malah menggodanya.

"Cliff... Apa yang kau lakukan? Kau harus segera mandi.", dia tampak berusaha melepaskan diri. Namun, usahanya tidak tampak berarti.

Aku pun menunduk lalu mengecup lembut bibirnya. Tapi, rupanya permainanku ini justru berbalik membuatku jadi tergoda olehnya.

"Tidakkah kau berpikir bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama di dalam kamar mandi ini, Sherina?", tanyaku setengah menggoda namun juga sudah bergairah.

"T...tapi, tadi kau mengatakan bahwa kau merasa lelah. Kurasa, sebaiknya kau segera bebersih lalu beristirahat."

"Aku memang lelah dengan segala aktivitasku di luar selama seharian tadi. Tapi, tidak ada kata lelah akan dirimu, Sayang."

Wajah Sherina semakin memerah setelah mendengar ucapanku. Dan itu membuatku jadi semakin tidak dapat menahan diri lagi. Tanpa menunggu respon darinya, aku kembali menautkan bibirku padanya dan memulai kegiatan panas kami.

***

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang