Bab 37

167 20 10
                                    

~CLIFF~

Aku terbangun dari tidurku saat mendengar suara seseorang sedang muntah. Kemudian, saat membuka mata, aku bingung karena Sherina tidak ada di sebelahku. Padahal, semalam aku tidur memeluknya. Seketika, aku sadar bahwa seseorang yang sedang muntah itu adalah Sherina. Dengan segera aku bangun dari ranjang lalu menyusulnya ke kamar mandi.

"Astaga! Sayang...", aku menghampiri Sherina yang tengah membungkuk di depan wastafel.

Untuk beberapa saat, Sherina masih muntah. Barulah ketika sudah merasa lebih baik, Sherina menyalakan kran lalu berkumur membersihkan mulutnya. Kemudian, dia berbalik menghadapku.

"Kau sudah merasa lebih baik?", tanyaku khawatir.

Sherina hanya mengangguk dengan ekspresi yang masih terlihat tidak nyaman. Selain itu, wajahnya juga terlihat sedikit pucat.

Lalu, aku mengajaknya berjalan keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar.

"Apa kau sakit? Kenapa kau bisa muntah-muntah seperti itu?", aku bertanya dengan masih merasa khawatir.

"Kurasa, itu karena aku mengalami morning sickness."

"Morning sickness? Apa itu?", tanyaku tidak mengerti.

"Gejala awal wanita hamil, seperti mual, muntah, pusing, lemas... semacam itulah yang disebut morning sickness."

Kini, aku jadi merasa bodoh karena tidak tahu hal-hal semacam itu. Sepertinya, mulai sekarang aku harus belajar lebih banyak lagi mengenai kehamilan pada wanita. Dengan begitu, aku bisa tahu apa yang harus kulakukan saat Sherina mengalami gejala yang dia sebutkan tadi.

"Sekarang, apa kau ingin minum, Sayang?", aku menawarkan padanya.

Sherina hanya mengangguk dengan napas yang masih terengah.

Dengan segera, aku bangun dari posisi dudukku. Kemudian, aku keluar dari kamar dan berjalan cepat menuju ke dapur. Tidak lama setelahnya, aku kembali lagi dengan membawa segelas air minum.

"Ini, Sayang...", kataku menyerahkan gelas tersebut pada Sherina.

Sherina meminum air tersebut secara perlahan. Baru setelah habis setengah, dia memberikan gelas itu padaku.

Aku meletakkan gelas tersebut ke atas nakas sebelah ranjang. Lalu, aku memperhatikan Sherina yang masih tampak mengatur napas.

"Kau terlihat pucat.", komentarku setelah memperhatikan wajahnya.

"Meski sudah muntah, tapi aku masih merasa pusing dan mual. Sekarang, aku ingin tidur lagi. Mungkin, setelah bangun tidur nanti keadaanku bisa membaik.", dia mengeluh dengan lemas lalu berbaring di ranjang.

Kemudian, aku ikut berbaring lalu memeluknya.

"Sejak kapan kau mengalami gejala kehamilan seperti ini, Sayang?", aku bertanya pada Sherina.

"Sejak beberapa hari yang lalu. Atau lebih tepatnya pada keesokan harinya setelah aku pergi dari rumahmu."

Aku mengingat kembali kapan Sherina pergi dari rumahku malam itu. Hingga kini, sudah terhitung seminggu.

"Lalu, apa yang kau lakukan dengan kondisimu yang seperti ini? Apakah kau menelpon ayah dan ibu terkait dengan kondisimu?", aku bertanya lagi.

Sherina menggeleng.

"Tidak. Aku bahkan belum memberitahu ayah dan ibu bahwa aku pergi dari rumahmu. Jadi, selama beberapa hari di sini, tidak banyak yang bisa kulakukan. Karena merasa sakit dan tidak nyaman, sehari-hari aku hanya berbaring di ranjang. Sesekali, aku keluar sebentar hanya untuk mencari makanan."

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang