육 • Enam

481 88 34
                                    

Vote dan komen yaa guyss, makasih🤍

***

Seoul, 2023.

Januari bersalju. Jalanan beraspal mulai tak terlihat warna aslinya karena diselimuti salju yang mulai menggunung. Selain itu es yang mengeras membuat trotoar melicin, banyak korban disebabkannya. Termasuk seorang nenek tua berwajah garang dengan dua kantung plastik berisi kubis putih di tangannya.

"argh.." nenek itu meringis nyeri. Dari arah jam sepuluh datang seorang pemuda bertindak cepat menolongnya.

"nenek baik-baik saja? Ada yang terluka?" Tanyanya cemas. Pandangannya memeriksa tubuh nenek tersebut.

Setelahnya yang terdengar kekehan sang nenek, "tidak apa, aku baik-baik saja. Walaupun sudah ringkih, aku masih kuat."

Myungsoo menghela lega. "syukurlah, lain kali lebih berhati-hati."

"aigoo.. anak muda yang baik, jarang sekali, lho anak jaman sekarang punya attitude baik. Begini, karena kau sudah menolongku, maka aku akan memberikan kubis-kubisku,"

Myungsoo menolak halus, "tidak usah, nek, kubisnya untuk nenek saja. Lagipula saya jarang memasak di rumah, akan sayang jika dibiarkan lalu membusuk."

Bukannya menolak rezeki, alasan Myungsoo memang suatu fakta. Untuk makan sehari-hari Myungsoo lebih memilih cara simple dengan beli lauk di restoran, lagipula menjadi detektif membuat hari-harinya sibuk dan tidak sempat memasak.

"begitukah? Baikalah, alasanmu cukup masuk akal," nenek itu tersenyum. Sama sekali ia tidak tersinggung.

"tapi karena aku jenis orang yang tidak enakan, maka aku harus memberimu sesuatu sebagai rasa terimakasih." Si nenek mencondong tubuh, berbisik ke telnga Myungsoo. "sebenarnya aku sudah hidup lebih dari seribu tahun, banyak yang tidak percaya ini tapi aku tidak berbohong."

Myungsoo menatapnya serius, dia bergeming dan berpikir nenek ini pikun.

"akan ku beritahu salah satu rahasia alam. Mendekatah." Lelu menyuruh Myungsoo memberikan telinganya lagi.

"di kehidupan sebelumnya, kau seorang Raja. Raja Goryeo." Seakan ucapannya adalah suatu kebenaran, nenek itu tidak berekspresi macam-macam. Selebihnya dia terlihat serius.

"Raja... Goryeo?" Myungsoo mengulang kata-kata si nenek dengan skeptis.

Nenek itu berangguk pelan. "Raja yang hebat. Hidupmu diberkahi."

Myungsoo tak menganggap ini serius, kadang para orang tua memang suka melantur jika sudah uzur. Ia hanya menimpal ramah dengan tawa pelan, "woah, kalau begitu harusnya aku menjadi milliuner sekarang jika memang dulunya Raja yang hebat."

"harusnya begitu, tapi kau menolak tawaran Dewa dan menginginkan kehidupan biasa-biasa di masa ini."

"saya bilang begitu pada Dewa? Akh, sayang sekali.." bersikap menghargai, Myungsoo menimpalinya santai.

"kau terlihat tidak mempercayaiku." Sergah si nenek dengan wajah datar.

"saya percaya, nek, saya suka dongeng ini karena saya digambarkan sangat luar biasa. Tapi yang mengganjal, kenapa saya menolak reinkarnasi di keluarga Chaebol? Harusnya saya berpikir dua kali, bukan begitu?"

Nenek itu menatap Myungsoo lamat-lamat dan cukup lama. "itu karena seorang perempuan. Keinginanmu untuk hidup lebih lama dengan perempuan itu tanpa adanya rintangan berat membuatmu meminta kehidupan yang biasa. Mungkin ini terdengar melantur, namun suatu saat kau akan mengerti."

Entah mengapa namun mendengar perkataan si nenek aneh ini membuat Myungsoo tercenung tanpa sebab. Ulu hatinya terasa linu, Myungsoo tidak mengerti, tapi yang pasti ia tidak menyukai dongeng ini. Terdengar tragis.

The Queen of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang