팔 • Delapan

503 97 20
                                    

***

Suzy tidak pernah mengerti, mengapa mereka--semua yang pernah Suzy sakiti--selalu memosisikan diri sebagai korban. Seolah-olah Suzy lah paling jahat di sini, padahal jika diingat lagi, Suzy tak pernah mengusik duluan jika tidak ada yang mulai. Konsep hidupnya seperti itu sejak dulu.

Mengambil contoh dari Nyonya Lim, ingat dia? Ya, istri Lim Jaemin, salah satu sugar daddynya yang menyiksa Suzy habis-habisan seakan Suzy makhluk paling menjijikan di muka bumi. Oh, Suzy tak serta merta merebut suaminya, Nyonya Lim lah yang lebih dulu mengusik hidupnya.

Well, perempuan paruh baya itu memiliki seorang putra yang sebaya dengan Suzy, namanya Lim Jaebum. Suzy dan Jaebum satu sekolah di SMA. Tidak, mereka tidak terlibat asmaraloka yang norak. Sebaliknya, Lim Jaebum kerap merudung Suzy dengan alasan yang entah apa. Suzy yang tidak tahan lantas membalas Jaebum dengan satu tamparan di wajahnya.

Nyonya Lim murka, ia mendatangi sekolah dan meminta Suzy dikeluarkan dan ya, Suzy di drop out ketika itu juga karena ternyata Nyonya Lim merupakan donatur terbesar di sekolah itu. Tiga tahun kemudian, Suzy pun melakukan balas dendam dengan mendekati Tuan Lim Jaemin, ayah si Jaebum sekaligus suami Nyonya Lim dan memoroti uangnya, menakjubkannya Nyonya Lim bahkan tidak mengingat wajahnya. Bodoh memang.

Contoh kedua, kasus Kang Hana yang menamparnya di klub malam. dia berkoar bahwa Suzy meniduri kekasihnya. Oh, god.. perempuan itu berlebihan. Hana lah yang lebih dulu merebut kekasih Suzy, dia jalang sesungguhnya tapi lagi-lagi Suzy yang disalahkan dan dihakimi.

Menegaskan sekali lagi, Suzy tak akan jahat kalau tidak dijahati duluan. Kenapa mereka selalu playing victim? Bahkan di jaman setengah purba--maskudnya Goryeo--pun begitu. Apa memang sudah termasuk watak manusia? Suzy juga manusia tapi tidak seperti mereka.

"kalau ini film hollywood, pasti sudah ada soundtrack All By Myself," Suzy mengerang sendiri di kamar tidurnya sambil menatap kosong ke sembarang arah. Di sampingnya ada Na Rae yang mendengarkan seksama meski tidak mengerti apa-apa. Dia gadis baik yang mudah memahami situasi.

"Na Rae mau tahu sesuatu? Medusa itu tidak jahat seperti yang diceritakan orang banyak, dia hanyalah korban perkosaan yang harus mendapat kutukan karena kecantikannya. Ratu kejam dalam Snow White pun tak serta merta mengutuk putri salju, dia sakit hati karena ayah putri salju, Sang Raja mengkhianati cintanya dan menikah dengan perempuan lain. Joker pun sama, dia hanya orang baik yang tidak mendapat keadilan di dunia. Semua ada sebab akibat, kenapa mereka tidak melihat dari sisi lain? Sejujurnya aku kasihan pada mereka."

Aku bisa merasakan posisi mereka karena aku pun merasa bernasib sama.

"Mama, meski hamba tidak tahu siapa orang-orang yang Mama sebutkan. Namun hamba bisa memahaminya. Hamba akan selalu ada di pihak Mama mau bagaimanapun. Hamba yakin sebenarnya Mama adalah orang baik," Na Rae memberikan senyuman tulus.

Suzy menggeleng lemah, "kau terlalu naif Na Rae, aku ini jahat. Seperti yang mereka bilang."

"tapi hamba tidak merasa begitu."

"keras kepala sekali. Nanti juga kau akan merasakan betapa jahatnya aku ini, dan mungkin satu minggu lagi kau tidak akan tahan dengan kelakuanku dan minta ganti jadi dayangnya si Ji Hwa."

"mana mungkin hamba mengkhianti Mama!" Na Rae melayangkan protes.

Suzy tergelak melihat mimik wajah Na Rae yang menggemaskan. Kadang kala Suzy merasa gadis itu seperti adik perempuan yang tak pernah ia miliki, meski katanya umur Na Rae sekarang 20 tahun, setara dengan umurnya di masa depan, tapi Suzy berpikir Na Rae masih jauh di bawahnya tapi mereka bisa jadi teman baik.

The Queen of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang