삼십 • Tiga Puluh

506 72 16
                                    

Vote dan komen yaa biar cefat up nya🥰

***

"Jusang-Jeonha, mengapa datang tanpa pemberitahuan lebih dulu?"

Air muka bahagia dari wajah Ji Hwa tak bisa disembunyikan tatkala indera pengelihatannya menangkap siluet Lee Hyun yang sudah duduk tegap di kediamannya.

Mungkin terdengar berlebihan jika Ji Hwa ingin berteriak saking senangnya saat ini. Namun sesuatu yang orang lain anggap sepele bisa menjadi suatu keistimewaan bagi orang lain. Seperti saat ini, menemukan Lee Hyun mendatanginya tanpa harus dipaksa lebih dulu. Karena sudah bisa dikatakan lama sejak Lee Hyun datang dengan keinginan sendiri untuk menemui Ji Hwa.

Bukan tanpa sebab, karena Ratu In Hye sudah mengakusisi pria itu secara tidak beradabnya.

Dengan anggun dan sikap sopan Ji Hwa duduk di sebrang Lee Hyun, bibirnya melengkung senyuman merekah dengan mata berpendar-pendar. Tiada yang membahagiakan selain menghabiskan waktu dengan pria ini.

Walau jujur saja belakangan ini Lee Hyun senantiasa membuatnya marah dan melakukan hal yang akan memerangi pria itu, perasaan berdebar di jantung Ji Hwa masih sama, iramanya masih sama seperti setiap melihat Lee Hyun. Berdegup dengan indah.

"sudah satu pekan aku tidak mampir karena sibuk dengan investigasi kematian Kasim Jung. Bagaimana keadaanmu dan... bayi kita?" bola mata Lee Hyun turun ke arah perut buncit Ji Hwa.

Selaras dengan itu Ji Hwa mengelus 'bayi'-nya dengan lembut bagai seorang ibu yang benar-benar sedang mengandung. "pangeran kecil sangat merindukan ayahnya. Dia sudah bisa menendang-nendang."

"menendang-nendang ya..." Lee Hyun bergumam sendiri. Wajahnya begitu serius sebelum matanya dan mata Ji Hwa bertemu, pria itu pun tersenyum. "boleh aku merasakan tendangan itu? Aku ingin berbicara dengan anakku."

Ji Hwa terkesiap ketika sadar kalau dirinya sudah salah mengambil topik pembicaran yang bisa mengantarnya pada kekeliruan fatal dan bisa membunuhnya. "dia sekarang sedang tidur. Mungkin lain waktu."

Lee Hyun terkekeh, "darimana kau tahu dia tidur?"

"Jeonha sungguh tidak tau intuisi antara ibu dan anak ya? Kami bicara lewat hati ke hati," kelakar Ji Hwa.

Lee Hyun menelisik sekali lagi kandungan Ji Hwa dari jauh dengan sangat teliti, ketika itu Ji Hwa kontan menutupinya dengan senyuman canggung. "apa Jeonha akan bermalam di sini?" ia mengalihkan pembahasan.

"hm?" Lee Hyun menengadah.

"pangeran kecil ingin tidur dengan ayahnya, begitu pula ibunya.." Ji Hwa tersenyum malu-malu.

Dan demikianlah Lee Hyun terdiam.

Dalam diamnya dia bergelut memikirkan keputusan yang harus ia ambil. Jika dia menyetujui untuk bermalam di kediaman Ji Hwa, maka peluang mengungkap kebenaran akan kandungan Ji Hwa bisa mudah terkuak, namun ada akibat lain yang akan timbul dari itu.

Ratu In Hye tak akan menyukainya. Kemarin Lee Hyun sudah berjanji akan memilih Ratu In Hye lalu mengeluarkan Ji Hwa dari istana. Jika perempuan itu mendengar tentang dirinya yang bersama Ji Hwa malam ini, bisa-bisa terjadi perang dingin lagi seperti waktu itu.

"Jeonha?" Ji Hwa menegurnya dari lamunan panjang.

Lee Hyun memusatkan atensi kembali pada Ji Hwa, sebelum matanya turun menatap kandungan itu lagi.

Jika ia memilih cinta, maka masa depan Goryeo bisa berada di ujung tanduk. Satu-satunya jalan dia harus mendekati Ji Hwa untuk mengungkap kebenaran dan menghancurkan Klan Seo yang terkenal kuat itu. Ji Hwa dapat menjadi gerbang pembuka untuk melancarkan aksi-aksi penghancuran Klan Seo lainnya.

The Queen of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang