십팔 • Delapan Belas

482 102 77
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan komen yah. Part ini panjang, semoga gak bikin ngantukz🙏

 Part ini panjang, semoga gak bikin ngantukz🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Istana Barat tempat Selir Gwi-in diasingkan selalu terlihat indah akibat sentuhan tangan ajaib ibunda Lee Hyun. Tanah gersang ia rubah menjadi subur, pohon kering melebarkan dedaunannya saat diberi perawatan, danau tak berair sekarang memancarkan pantulan cahaya dari airnya dihiasi beberapa angsa putih berenang kesana kemari. Niat hanya mengisi waktu kosong, tahu-tahu malah mengasah bakat yang selama ini terpendam, Selir Gwi-In telah berhasil membuat suasana murung menjadi damai dan ceria atas kebaikan dan ketulusan hatinya.

Entah mengapa sifat itu tidak menurun pada puta sematawayangnya, Lee Hyun. Ah, anak itu memang lebih mirip ayahandanya. Keras kepala, realistis dan kritis namun sebenarnya lembut di dalam, seperti buah nanas. Satu lagi kekurangan terbesar Lee Hyun, dia mudah termakan omongan orang lain. Menurut ibunya, sifat jelek itu yang paling harus diubah.

"kau kemari hanya ingin merenung?" Selir Gwi-in menegur Lee Hyun yang terduduk diam di paviliun tepi danau Istana Barat.

"aku tidak sadar kalau angsa-angsa itu telah beranak." Pria itu mengubah topik, melihat rombongan angsa yang membawa anak-anak mereka ke tepian.

"ya, mereka bahkan mengalahkan Raja," sindir ibunya. "kau tidak ingin seperti mereka? Berkeluarga."

"siapa yang tidak ingin? Sudah banyak yang mendesakku, bu. Hanya saja.. ibu tahu sendiri."

Selir Gwi-in tersenyum kecil, mengambil tempat di sisi putranya. "istrimu ada empat, tapi tak ada seorangpun dari mereka yang memberimu keturunan. Tapi mau memiliki keturunan bagaimana jika hanya Selir Hee Bin yang kau gauli. Sampai sekarangpun dia belum hamil, itu patut dipertanyakan."

"aku hanya melakukannya dengan perempuan yang aku cintai dan soal Selir Hee Bin, aku pun tidak tahu mengapa dia tak kunjung mengandung."

Tidakkah ada yang dia sembunyikan, nak? Pertanyaan itu hanya disimpan di benak Selir Gwi-in, dia merasa tidak dalam kapasitas menanyakan masalah sesensitif itu, biarlah Lee Hyun menilai sendiri watak istrinya. Kalaupun ada kejanggalan, lama kelamaan akan ketuak dengan alaminya.

"kenapa harus pupus harapan? Kau masih punya Jungjeon, yang lebih berhak mengandung anakmu. Lagipula ibu heran kenapa kau amat membencinya, apa karena dia merusak pertunanganmu dengan Selir Hee Bin?"

Lee Hyun menoleh, terkekeh sebagai jawaban pertama. Tangannya melempari pakan ternak ke arah danau. "aku tidak tahu apa selama ini yang ku rasakan itu benci atau bukan. Tindakanku hanya mengikuti fakta yang terlihat dengan mata kepalaku sendiri."

"lantas apa yang kau lihat hingga membuat hatimu gelap padanya?"

Sebenarnya Lee Hyun tidak ingin membahas masalah ini dengan siapapun, tapi yang kini duduk di sisinya adalah ibu kandungnya, yang selalu bisa memberinya setitik harapan dalam gulita yang Lee Hyun rasa. Dan apa yang Lee Hyun lihat empat tahun lalupun, tak pernah diketahui siapapun kecuali antara dirinya dan Ratu In Hye.

The Queen of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang