Jongin pikir harus segera mencari pekerjaan. Dia diberhentikan di tempat kerja sebelumnya, di usianya yang sekarang menginjak angka 29 Tahun.
Menjadi pengangguran bukanlah sesuatu tang bisa diharapkan ketika teman sebaya telah berkerja lama dan memiliki tabungan, tak sedikit pula yang mulai mempunyai hubungan asmara. Pokoknya pencapaian mereka lebih baik timbang dia sendiri.
Si Tan bahkan masih menyewa tempat tinggal dengan fasilitas seadanya.
Membuka kaleng bir entah ke berapa sembari terduduk didepan salah satu minimarket 24 jam pada pukul 2 Pagi.
Jongin hanya ingin mabuk demi melepas penat sekarang, sudah 3 perusahaan yang dia datangi namun hasilnya nihil tidak ada satupun lolos, terhenti pada seleksi wawancara."Aku yakin perusahaan itu sudah merekrut orang lebih dulu. Kau tahu kan? Sekarang ini banyak usaha yang menamakan lowongan pekerjaan sebagai ajang promosi saja."Cerocos Jongin mendengus kesal.
"Ayolah, aku yakin kau akan mendapatkan pekerjaan lebih baik. Belum waktunya saja."Ucap Baekhyun.
"Itulah. Aku sekalipun tidak pernah berharap banyak dari ucapanmu, Baek."Ucap Jongin menggelengkan kepala melihat teman seperjuangannya yang sedang mati-matian mengikuti Ujian PNS ke sepuluh kalinya. Benar, dan dua bulan lagi akan jadi ke sebelas jika gagal lagi.
"Mau bagaimana lagi ..."Ucap Baekhyun pasrah.
"Tapi bukankah lebih baik? Kau punya toko yang mungkin akan kau pegang sendiri."
Benar, selagi berusaha Baekhyun pun berkerja di minimarket milik ayah-ibunya. Di gaji sama persis seperti karyawan lain, dia bahkan harus membayar sewa kamar di rumah sendiri. Gila.
Mereka benar-benar pemuda gagal total yang tidak cukup memiliki keterampilan dan mengandalkan kegigihan saja.
Mendadak Jongin menelungkupkan wajah diatas meja meratapi nasibnya "Astaga, tahun depan umur kita 30 Tahun dan tidak ada perubahan signifikan pada karir kita."Ucap Jongin menghela nafas ke sekian kalinya.
Dirasa cukup mabuk,
Jongin berjalan lunglai melewati jalanan sepi dan sunyi. Baekhyun harus membersihkan toko sebelum ganti shift dengan ibunya pagi nanti.
Uang di rekening Si Tan menipis kian hari, melihat hanya ada beberapa ratus won yang Jongin sendiri tak tahu bisa bertahan sampai kapan.Sungguh frustasi. Tagihan ponsel menunggak dua bulan, tempat tinggal, listrik sampai tunggakan biaya sekolah sang adik. Benar, Jongin bisa dibilang tulang punggung keluarga.
Ayahnya sudah tiada. Rasa tanggung jawab besar membuat Jongin sendiri kesulitan. Ibunya bahkan tak tahu ada PHK besar-besaran di perusahaan tempatnya berkerja dulu.
Pada waktu seperti ini, Jongin sekedar sanggup berharap adanya keajaiban.
Lelah meratapi beban, Si Tan terduduk di bangku halte. Menatap ke sekitar sampai matanya menyadari satu hal, papan iklan tersebar di sana-sini.Layar LCD besar di sebuah bangunan tinggi. Ponselnya bahkan terkadang muncul iklan dari satu perusahaan sama. Jongin sudah pernah menaruh lamaran disana tetapi hasilnya pun mengecewakan juga. Dan ada satu hal yang benar-benar membuatnya menyesal menjadi pelamar kerja disana.
"Cih! Kudoakan perusahaan itu bangkrut. Sialan."Umpatnya menatap bengis papan iklan di samping kiri tubuhnya.
Melampiaskan kekesalannya pada benda-benda di sekitar, syukur saja tidak ada saksi mata namun CCTV selalu berjaga.
Keesokan harinya, di hari sial Jongin yang lain.
"Apa?!! 500 ribu won?!!! Huh!!!"Pekik Jongin setelah menerima panggilan dari polsek setempat karena tertangkap merusak fasilitas umum.
Sungguh, Jongin tidak pernah kehabisan hari sialnya.
Baekhyun berlari tergopoh-gopoh memasuki kantor polisi, mata sipitnya menatap mengedar ke seluruh penjuru sampai dia menemukan keberadaan Jongin yang hampir menangis karena harus menanggung denda yang menurutnya sangat-sangat membebani kaum kebawah dan bawah lagi.
Setelah menyelesaikan urusan, keduanya berjalan lesu.
"Maafkan aku, Baek. Aku berjanji akan mengembalikan uangmu setelah mendapatkan pekerjaan baru."Ucap Jongin memaksa potongan tahu masuk ke mulut.
Baekhyun mendengus "Ah, benar!"Pekiknya setelah mengingat sesuatu membuat mata Jongin melebar.
"Apa-apa?!"
Pria cantik itu meraih ponsel di saku celana kemudian menunjukkan sebuah halaman pencari kerja "Ini, kupikir itu cocok. Gajinya juga lumayan."Ucap Baekhyun.
Jongin merebut ponsel temannya menatap cukup lama memproses informasi baru "Kau kan punya pengalaman berkerja di Daycare. Ayo, cobalah."
"Kau yakin?"
"Coba saja dulu."
"Baek! Aku ini laki-laki. Mereka pasti akan menendangku sebelum aku sempat membuka mulut."
"Lalu kau mau jadi tunawisma? Kau mau adikmu putus sekolah? Ibumu kelaparan. Walaupun itu bukan urusanku juga."
Jongin melirik lagi tampak meragu tetapi memang tidak ada salahnya mencoba.
"Apa aku perlu menghubunginya?"Ucap Jongin akhirnya.
"Cepat. Sebelum orang lain merebutnya."
Si Tan mengangguk cepat, menulis kontak pencari tenaga kerja tadi sebelum menyambungkan sebuah panggilan.
"Halo?"
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
Mereka terus berbincang selama beberapa menit sebelum lampu hijau terdengar membuat Jongin kegirangan "Tidak masalah, mari kita bertemu di luar dan mulai membicarakannya."
Selepas mengatakan itu, panggilan terputus. Teriakan girang dari Jongin membuat Baekhyun lega "Baek!!! Kupikir tidak buruk juga."
"Dia meminta bertemu siang nanti."Sambungnya.
Keduanya kegirangan melompat sembari berpelukan manja. Sangat tidak lazim memang namun sedalam itulah persahabatan mereka.
TBC/END
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi