Ada waktu dimana situasi tidak selalu berjalan sesuai rencana. Baekhyun sudah berusaha menutupi semuanya, dia melakukan banyak cara demi menutupi keberadaan Jongin. Namun tidak ada seorang pun menyangka ketika Nyonya Kim tiba dengan perasaan marah serta nafas memburu.
"Lepaskan aku!!"Bentaknya marah menyentak tangan Baekhyun kasar, Chanyeol yang kebetulan berada disana menarik lengan Baekhyun memberi isyarat bahwa sebaiknya mereka diam. Ini bukan ranah dimana keduanya bisa ikut campur apalagi melihat bagaimana Nyonya Kim mencari putranya selama berbulan-bulan. Dan mengetahui ternyata teman putra-putranya berbohong akan keberadaan Jongin.
"Tidak. Lepas, Chan. Sebentar lagi Jongin melahirkan jika sesuatu yang buru--"Ucap Baekhyun panik tetapi suara Chanyeol memotongnya cepat.
"Dia ibunya, Baek. Kapanpun itu dia berhak tahu. Lagipula Bibi Kim tidak akan sampai hati melakukan sesuatu pada putranya sendiri."
"Itu karena kau tidak tahu apa-apa!"Pekik Baekhyun frustasi mengacak rambut berusaha menerobos masuk pintu gudang namun nihil, pintu terkunci dari dalam membuat Baekhyun semakin gelisah.
"Sialan."
Sementara itu, Nyonya Kim menatap tak percaya pandangannya sekarang.
Apa yang telah terjadi? Kenapa bisa terjadi? Sejak kapan? Bagaimana Jongin berakhir dalam kondisi ini?"Kim Jongin!!!"Teriak Nyonya Kim frustasi menangis terisak menatap kondisi putranya yang sangat jauh berbeda dari terakhir mereka bertemu.
"Siapa yang membuatmu seperti ini huh?! Dimana otakmu! kenapa?!! Astaga ..."Isak Nyonya Kim tangannya bergetar memegang bahu Jongin yang terus menunduk engan membuka suara.
"Jawab ibu!!"
Jongin terisak mengusap air matanya kehilangan suara dia terlalu terkejut untuk menjawab semua kekecewaan ibunya. Entah bagaimana wanita itu mengetahui keberadaannya, situasi sekarang bukan hal yang Jongin harapkan sama sekali.
Nyonya Kim masih berusaha membujuk menangkup wajah putranya memberikan tatapan menenangkan "Katakan, ceritakan semua pada ibu. Jangan takut."Ucapnya lembut menarik putra sulungnya dalam pelukan memberikan usapan lembut pada punggung memberikan kalimat kecil yang terdengar menghibur serta menenangkan Jongin.
Sementara air mata terus turun tanpa suara tangisan, Nyonya Kim menatap sekitar melihat Jongin bertahan di ruang sempit membuat hatinya tercubit.
"Sudah berapa bulan?"Tanya Nyonya Kim mencoba tetap terdengar tenang, tangannya bergerak ingin menyentuh perut Jongin dibalik hoodie namun penolakan dari Si Tan membuat wanita disana hanya bisa menghembuskan nafas.
"Baiklah, Tidak apa-apa. Ibu tidak akan memaksamu bercerita. Tapi mari kita pergi darisini. Ayo, pulang hm?"Bujuk Nyonya Kim mencoba mengeluarkan putranya dari tempat pengap itu.
"Aku akan bertahan disini sebentar lagi."Tolak Jongin mengabaikan tatapan ibunya.
"Jongin."
"Kenapa ibu datang? Seharusnya kau tidak kemari sekalipun tahu keberadaanku sejak awal."Ucap Jongin marah.
"Ibu mengkhawatirkanmu. Bagaimana bisa ibu tetap tenang saat dirimu menghilang tanpa kabar?"
"Lalu membuatmu harus melihatku dalam keadaan menyedihkan begini?! Ibu! Aku tidak suka, aku benci situasi ini juga. Tidakkah kau mengerti kenapa aku tiba-tiba menghilang? Hiks ..."Isak Jongin.
"Kenapa berusaha menyembunyikannya? Bukannya sebuah kejahatan apalagi dosa
Kau bisa berbagi pada ibu jika mengalami kesulitan apa itu terlalu sulit bagimu?""Iya!! Dan seharusnya kau tahu sejak dulu. Aku ingin melindungi ibu dan Jeno, aku berkerja untuk kalian! Aku sudah berjanji pada ayah. Mana bisa aku terlihat lemah dihadapan kalian, itu merusak harga diriku."Isak Jongin membuat Nyonya Kim makin merasa bersalah memeluk putranya erat.
"Seharusnya Ibu yang melakukan itu untukmu."
_____
Begitu Nyonya Kim keluar, Baekhyun segera menghambur menghampirinya dengan tatapan cemas. Wanita itu hanya memberikan helaan nafas "Terimakasih sudah menjaganya selama ini."Ucapnya tulus.
"Bibi, Maaf."
"Ya. Aku tahu, Kau tidak bisa menolak permintaannya."Ucap Nyonya Kim pasrah sedangkan Baekhyun hanya menundukkan kepala tanpa sadar merasa bersalah karena harus berbohong pada ibu sahabatnya.
"Bukankah kita harus membawanya keluar dari sana? Itu tidak akan baik untuk keduanya."Ucap Nyonya Kim meremat tangan merasa gelisah.
"Sebenarnya seminggu lagi jadwal operasi dilakukan."Cicit Baekhyun membuat Nyonya Kim tersentak untuk kesekian kalinya.
"Sudah selama itu kalian menyembunyikannya?"
"Bukan, bukan begitu. Mereka memang sudah waktunya keluar."Ucap Baekhyun semakin menundukkan kepala.
"Mereka?"
"Bayi kembar."Ucap Baekhyun pelan.
"Astaga, Ya Tuhan. Pantas saja dia berubah terlalu banyak, aku bahkan hampir tidak mengenalinya."Isak Nyonya Kim merasa terpukul.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Baekhyun menggeleng lemah belum siap mengatakan apapun "Lebih baik jika Jongin yang menjawabnya. Maaf, Bibi ..."
Nasi sudah jadi bubur, Nyonya Kim tidak bisa melakukan apapun selain memasrahkan semua. Merasa begitu tak berdaya karena hanya bisa terdiam tanpa bisa membantu, hati kecilnya terluka.
Malam itu, mereka hanya bisa termenung. Nyonya Kim masih sibuk menyalahkan diri sendiri, Baekhyun tidak tenang karena keadaan sedikit keluar dari kendalinya sementara Jongin terjatuh dalam perasaan depresi.
Rasa tanggung-jawab agar membuat ibu dan adiknya tetap tercukupi justru berubah menjadi beban bagi mereka saja.
Baik - baik saja apanya. Dari pilihan cerobohnya dia menjadi sangat dirugikan. Tidak pernah sekalipun pilihannya menjadi sebuah keuntungan, takdir bermain-main diatas hatinya, semua orang mendadak terlihat begitu kejam terhadapnya.
Kesialan yang tidak akan pernah berujung. Jongin menangisi jalan hidupnya sendiri.
_______
Sehun menatap lama layar ponselnya, terduduk didepan TV yang menyala namun fokusnya tidak ada disana. Benda pipih itu menarik perhatiannya lebih dari apapun.
"Pengadilan segera mengeluarkan surat putusan. Saya akan mengabari begitu mendapatkan hasilnya."
Punggung lebar itu bersandar meneguk winenya rakus mencoba menelan kesadarannya. Setiap dia mengingat kejadian buruk tangannya bergetar hebat, dirinya sendiri tak bisa mengendalikannya.
"Aku sudah berusaha ... Jika saja dari awal tidak ada sosok ayah. Rasa terlukaku takkan sedalam ini."
"Mereka hadir hanya untuk menjadi sebuah beban batin, membuatku seperti sekarang dan tanpa bisa mengendalikan akhirnya akupun sama dengannya."
"Ada penyesalan terbesar dari banyak hal, Dimana aku tahu itu salah tetapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku mengabaikan anak-anakku seperti ayah yang mengabaikanku dulu. Ini bukan salah mereka karena membuat diriku ada, bukan keinginanku juga untuk hadir diantara mereka. Tapi kenapa orang dewasa bisa sekejam itu?"
Maid Lee diam menepuk bahu Sehun pelan membiarkannya meluapkan perasaannya.
"Kau tahu? Aku selalu berpikir bagaimana isi otak mereka saat melihat seorang ayah yang memang benar-benar bertingkah seperti pahlawan didepan anak-anaknya."Ucap Sehun tertawa menghembuskan asap rokok melihat lagi dari ingatannya tentang apa yang baru saja dia ucapkan.
"Mereka bisa tetapi kenapa ayahku tidak? Apa yang sebenarnya menjadi pembeda."Ucap Sehun lirih.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi