Nanny's

989 184 66
                                    


Pertemuan penuh haru, Irene tak kuasa menahan tangisan begitu bertemu secara langsung dengan Jongin. Setelah dia tahu situasi yang sebenarnya rasa bersalah menghantuinya. Wanita itu memeluk Jongin erat mengucapkan ribuan kata maaf karena tidak bisa berbuat banyak pada situasi yang sudah terlanjur terjadi. Irene pun bahkan sampai membungkuk hampir bersujud didepan ibu Jongin bila saja Nyonya Kim tidak menahannya ikut merasa tak tega.

"Sudah-sudah. Kami telah memaafkan dan menerimanya."

"Andaikan saya sanggup mengganti kerugian yang kalian terima karena perlakuan putra saya pasti apapun itu akan saya penuhi."

"Kita sama-sama orang tua, saya tahu apa yang anda rasakan. Tidak apa-apa semua sudah terjadi menyesalinya takkan merubah apapun."Ucap Nyonya Kim mengusap punggung Irene yang bergetar masih terisak kuat.

Keempat orang dewasa terlihat percakapan cukup alot, Tapi dari sebagian besar pembicaraan hanya Nyonya Kim dan Irene saja yang bersuara. Jongin tak mau mengatakan apapun dan sekedar menunduk sedangkan Sehun memang dipaksa bungkam oleh sang ibu.

"Kami pasti bertanggung-jawab serta menanggung semua kebutuhan anak-anak sebagai bentuk kewajiban yang harus Sehun penuhi."Ucap Irene kemudian menatap sang putra memberi sinyal agar membuka suara.

Sehun berdehem menatap Nyonya Kim yakin "Maafkan saya. Saya yakin anda pasti sulit menerima kenyataan setelah semua kesalahan yang sudah saya perbuat. Ijinkan saya memperbaikinya dan memastikan takkan ada lagi satupun dari mereka terluka karena saya."Ucap Sehun terdengar serius, Nyonya Kim menghembuskan nafas lalu menepuk bahu Jongin agar putranya mau juga ikut andil dalam pembicaraan mereka. Ini mengenai dia dan anak-anak seharusnya Jongin yang lebih berhak memutuskan.

"Semua keputusan akan kuserahkan pada Jongin. Kerena memang ini semua berawal dari kalian berdua, aku sebagai orang tua hanya berharap bahwa kalian bisa memilih solusi serta jalan terbaik dari setiap masalah yang kalian akibatkan."Ucapnya membuat Irene mengusap air mata kesekian kalinya merasa sangat malu.

Jongin masih betah terdiam ketika ketiga orang sedang menanti jawaban darinya. Tangannya memilin ujung baju merasa kesulitan mencari ucapan yang tepat.

"Aku akan memberimu waktu lagi jika kau belum bisa memasukkannya."Ucap Sehun pelan.

Irene pun mengangguk tak mempersalahkan lagipula ini bukan perkara sepele dimana solusi bisa dicari dengan mudah. Tapi anggapan Nyonya Kim sepertinya berbeda "Kau ingin mereka menunggu sampai kapan? Anak-anak takkan berhenti tumbuh hanya karena dirimu terus mengulur waktu, Jongin."Ucap Nyonya Kim pelan membujuk Si Tan agar mau bersuara.

Jongin justru terisak memeluk ibunya, dia tidak bisa mengatakan apapun. Otaknya tidak mau berkerja ketika dia juga sangat menginginkannya.

Irene menghembuskan nafas berat mengalihkan wajah. Ini berat untuk semua orang.

_______

Di kamar suasana sangat berbeda.
Jeno yang harus mengurus kelima bayi agar tetap berada di kamar agak pusing melihatnya.

Triplet menatap dua temannya di Daycare dengan tatapan shock. Mana mungkin mereka sebenarnya keluarga, dilihat pun sangat berbeda.

Dua temannya itu sangat pucat, putih seperti susu sedangkan mereka hitam. Aneh.

Kalau saudara pasti sama persis.

Haowen menyeka ingusnya mengenakan tisu membenarkan letak beani hati-hati. Bocah itu memang tenang sejak bayi juga sama tenangnya.

Haechan bersama Ning-Ning terlihat berbisik menatap bocah yang lebih dewasa "Mana mungkin?! Tidak sama! Bukan sodala. Mama pasti boong."

"Benal, Chan hitam Icung putih. Beda kan Chun?"Tanya Ning-Ning pada Jeno yang duduk di kursi sembari membolak-balikkan buku materi pelajaran.

"Kalian sama."Jawabnya malas.

"Mana ada?!!!!"Protes keduanya.

"Tuh! Lihat disana."Tunjuk Jeno pada Taeoh yang terlihat sangat penasaran dengan Haowen. Mereka suka menggunakan topi pasti ada yang disembunyikan.

Taeoh beranjak menarik kuat topi milik Haowen sampai bocah itu terhuyung lalu menangis kuat.

Bayi gendut itu ikut shock jatuh terduduk "Ndak ada yambutttt!!! Mama biyang cudah besal ada yambut. Mama boong huaaaaaaaa!!!! Tae mo yambutttt ndak mau!!!!!!!"Tangis Taeoh ketakutan berlari kearah pintu yang terkunci dari dalam menggedor-gedornya kuat, bayi itu seperti kesetanan mengamuk mengeluarkan banyak tenaga yang jarang sekali di pakai untuk hal-hal berguna.

Haechan menganga, Ning-Ning menutup kedua mata "Sodala!!!"Pekik mereka bersamaan.

Haowen masih menangis tidak mengatakan apapun membuat Jisung menghembuskan nafas sebal "Jangan menangis!! Rambutnya pasti tumbuh. Jangan ikuti orang-orang berlebihan disana."Ucapnya kesal meraih topi sang adik kemudian memakaikannya.

"Ya, terserah kalian."Ucap Jeno malas memakai penyumbat telinga ketika amukan Taeoh sudah berada di batas maksimal. Meraih knop dan menggelantung disana mencoba membuka dengan bobot tubuhnya.








TBC

Nanny's ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang