Betapa malangnya,
Jongin memang bukan orang penyabar apalagi sekedar memikirkan konsekuensi tiap tindakan. Hal semacam itu sering menganggu pikirannya; entah merasa menyesal akan keputusan tiba-tiba maupun tumpukan rasa malu mendadak muncul oleh sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.Pada dua sisi itu, Jongin awalnya merasa telah melakukan hal benar segera saja terjatuh atas pilihannya sendiri "Apa tindakanku tadi sudah benar?"Tanya Si Tan pada panggilan ponsel. Terduduk di halte bus pukul 10 Malam.
"Mau bagaimana lagi? Ini sudah pilihanmu. Lalu kau akan tinggal dimana?"
Helaan nafas terdengar, selalu saja orang rendahan yang dirugikan.
"Aku akan mencari kamar sewa, Flatku dulu sudah di tempati orang mustahil kembali kesana lagi.""Baiklah, telfon aku kalau membutuhkan tempat tinggal. Kau bisa tidur di rumahku dulu sampai menemukan tempat lain."
"Tidak, Baek. Akan kuselesaikan sendiri, dirimu sudah banyak membantu lagipula rasanya sungkan pada keluargamu."
"Ayolah, jangan bertingkah seperti kita adalah orang asing."
Baru saja akan menjawab panggilan lain masuk membuat Jongin harus segera menyudahi sesi curhat bersama Baekhyun. Panggilan dari adiknya, tentu saja keluarga menjadi prioritas utama saat ini.
"Halo, Jeno. Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"Tanya Jongin.
"Ibu hanya mengkhawatirkanmu. Dia ingin bicara, apa hyung punya waktu?"
"Ya, berikan saja pada ibu."Ucapnya sebelum terdengar suara agak ribut. Teriakan Jeno memanggil sang ibu cukup kuat sampai akhirnya suara lembut seorang wanita terdengar menyapa.
"Halo, Jongin."
"Iya, Ibu. Apa kalian berdua baik-baik saja?"Tanyanya memastikan.
"Tentu saja, kita semua baik. Bagaimana pekerjaan barumu? Apa kau menyukainya? Sudah makan malam? Ibu ingin mengirimkanmu lauk."Ucap Nyonya Kim panjang lebar.
"Jongin sudah makan, pekerjaannya lumayan. Ibu tidak perlu mengirimnya dulu, bosku sekarang sedikit galak jadi sebaiknya ibu tidak perlu menghabiskan uang untuk mengirim makanan padaku. Aku bisa menjaga diri dengan baik."Ucap Jongin menenangkan.
"Sayang sekali, ibu membuat banyak sekali makanan kesukaanmu."
"Aku sudah makan sampai perutku mau meledak. Sebaiknya ibu membelikan daging untuk Jeno, dia harus banyak memakan makanan enak agar bisa mendapatkan nilai bagus."Jelas Jongin membuat Nyonya Kim tertawa pelan, Jika putra sulungnya melihat mungkin dia akan paham bagaimana wajah bangga itu berseri-seri.
"Katakan pada ibu jika kau menginginkan sesuatu, Ibu akan membuatkannya. Berkerja secukupnya dan jangan terlalu lelah."
"Hm, Aku mengerti. Bilang pada Jongin kalau uang kiriman sudah habis. Akan kukirim lagi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi