Jongin menatap kamar anak-anak yang dulu pernah dia asuh, bagian dalam sudah di rombak dan direnovasi. Menghilangkan sekat menggabungkan dua ruang.
Disisi kiri ada dua ranjang bertingkat dimana biasa Jisung serta Haowen tidur.
Kanvas dengan coretan sederhana anak TK juga rak-rak berisi mainan, buku-buku sampai peralatan sekolah lainnya.
Disisi Kanan ada ranjang bertingkat dua dan satu ranjang kecil yang didominasi warna pink. Rumah Barbie dan pernak-pernik tak jauh darisana."Aku menyiapkannya sejak lama."Ucap Sehun membuka lemari tiga pintu yang masih kosong tanpa isi.
Jongin berjalan menghampiri meletakkan tas yang dia bawa dari rumah berisi kebutuhan serta pakaian triplet. Ini terlalu besar.
"Tidak ada yang memintanya tetapi terimakasih."Ucap Si Tan memasukkan tumpukan baju ke dalam sana.
Sehun duduk diatas matras lembut bersandar pada pintu lemari yang tertutup "Apa kau tidak bisa memberikan kesempatan padaku juga?"
Jongin acuh tetap melakukan aktivitasnya tanpa terganggu sedikit pun "Jongin."
"Bisakah kita berhenti membicarakan ini? "Ucap Jongin terdengar muak dan kesal karena Sehun tidak pernah lelah menyinggung hubungan mereka.
"Apa tidak sesuatu yang bisa membuatmu sedikit memaafkanku?"
"Toleransiku cukup sampai disini. Berhenti mengungkitnya. Aku tidak mau kembali apalagi mengingat hubungan kita. Aku diam saja bukan berarti diriku pasrah pada keputusan yang kubuat sekarang. Aku hanya tidak punya pilihan lain selain kau bertanggung jawab menjalani peranmu tak lebih dari itu!"Ucap Jongin mengepalkan tangan memasukkan potongan baju terakhir lalu menutupnya.
"Jongin ..."Mohon Sehun. Matanya memang menatap penuh keseriusan, tatapan yang benar-benar berbeda tidak seperti dulu dimana dia masih begitu banyak keraguan dan rasa bencinya pada seseorang. Tapi sekarang situasinya berbeda, dulu Jongin sadar sekali telah begitu bergantung pada Si Pucat keinginan mempertahankan hubungan mereka pun kuat namun saat ini prioritas Jongin telah berubah, dipaksa memilih jalan lain pun hatinya sendiri tidak bisa melangkah.
"Aku ingin tetap seperti ini."Ucap Jongin tanpa ragu genggaman tangan Sehun yang tadi mengerat perlahan longgar.
"Ayolah, aku bisa memberimu waktu sebanyak apapun yang dirimu mau--"Bujuk Sehun tak lelahnya memohon agar Jongin kembali membuka hati terhadapnya.
"Jangan ijinkan Taeoh makan banyak dia pasti muntah-muntah dan sembelit."Ucap Jongin justru membicarakan hal lain menepis tangan Sehun perlahan kemudian berbalik pergi meninggalkan pria itu menghela nafas kasar, menatap tangannya yang lagi-lagi mengalami tremor parah.
Selepas meletakkan barang anak-anak Jongin menemui Irene yang sedang menemani mereka bermain bersama Nyonya Lee.
Si Tan tersenyum membungkuk seadanya "Aku harus pulang jam kerjaku sebentar lagi tiba."Pamitnya.
Irene beranjak "Kenapa buru-buru? Sudah lama kau tidak kemari. Tidakkah kau ingin bermain bersama Jisung juga Haowen. Mereka merindukanmu hanya merasa gengsi saja."
"Lainkali saja."Tolak Jongin halus membuat Irene tersenyum tipis tahu sebab Jongin menolaknya tentu karena dia masih sulit menerima keadaan yang berubah begitu banyak dalam waktu singkat.
"Setidaknya biarkan Sehun mengantar--"
"Tidak! Tidak perlu, Aku bisa naik taxi."Potong Jongin menggeleng beberapa kali agar Irene tidak bersikeras mewujudkan keinginannya.
"Baiklah, biarkan sopir saja yang mengantar jika begitu. Jangan menolak lagi, aku tidak sampai hati membiarkanmu pulang sendiri."Ucap Irene tegas.
Sebelum pulang Jongin berpamitan lalu sedikit memberikan petuah sederhana pada anak-anak.
"Ning-Ning jangan merusak barang orang. "
"Iya, mama cepat pulang saja."Ucapnya dengan nada mengusir, dia baru saja menemukan boneka Barbie premium yang bahkan sang ibu engan membelikannya.
"Haech--"
"Baik. Aku mengelti."
"Apa? Mengerti apa?"
"Pokoknya mengerti."Ucap Haechan lalu berbalik, Jongin mendengus lalu menatap biang onar di depannya.
Pria itu menarik Taeoh lalu memeluknya agak erat membisikkan sesuatu disana dengan disertai ancaman. Mulai dari larangan makan terlalu banyak, jangan dramatis berlebihan dan berkelahi juga menjahili Haowen secara frontal seperti tadi.
"Paham?"Tanya Jongin memastikan.
"Iya."
"Apanya?"
"Paham."
"Apa yang kau pahami?"
"Tidak banyak mamm."
"Lalu?"
"Sudah! Tae mau mamm!"Teriaknya berlari meninggalkan Jongin. Si Tan mengepalkan tangan mencoba menahan emosi agar tidak berteriak di rumah orang.
Jongin lalu menyalami Irene untuk terakhir kalinya sebelum menatap Sehun yang juga berada disana "Aku pamit."Ucapnya singkat.
"Hati-hati di jalan. Sampaikan salam pada ibumu, jangan lupa kabari jika sudah sampai."Ucap Irene mengikuti langkah Jongin menuju mobil.
Pria itu sudah duduk bahkan pintu tertutup namun Irene masih berada disana seolah tak rela.
Sehun menyenggol bahu sang ibu agar melepaskan Jongin sebelum dia terlambat masuk kerja, menarik bahunya lalu menyuruh wanita itu masuk saja karena anak-anak menunggu disana.
"Aku pasti menunggumu bahkan jika kau menolaknya. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu agar kita tetap seperti ini."Ucap Sehun berbalik lalu berjalan masuk engan mendengar penolakan lagi.
Sepanjang perjalanan hati Jongin terasa begitu sesak dan berat. Menempelkan ponsel pada telinga mendengar ucapan seseorang dari sebelah sana.
"Ya, aku bicara dengannya tadi. Kita juga butuh waktu karena selalu ada anak-anak, mana mungkin kita berkelahi didepan mereka."Jelas Jongin.
"Tentu sulit menemukan tempat dan waktu tepat untuk membicarakan hal seserius itu. Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?"Tanya Baekhyun. Sebenarnya Sehun dan Jongin sudah berusaha bertemu lalu bicara baik-baik namun waktunya selalu tidak tepat, mereka sama-sama berkerja sembari mengurus anak-anak. Mereka disibukkan oleh dunia sendiri tanpa bisa berfokus pada masalah yang terus mengikuti pikiran.
"Diriku tak menginginkan sesuatu yang lebih, aku menolaknya tetapi dia bersikeras agar kami bisa kembali."
"Lalu?"
"Entahlah. Aku pun tidak tahu apa yang akan dia lakukan."
"Jangan menyesali pilihanmu, aku berharap semua akan berjalan dengan baik."
"Terimakasih, Baek."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi