Jongin menatap mobil yang berhenti tepat didepan halaman rumahnya ketika seseorang turun dari mobil nampak membungkuk memberi sapaan "Tuan Sehun menunggu di dalam."
Meneguk ludah tangan mengepal memasukkannya pada saku hoodie menyembunyikan rasa gugup serta cemas. Tangannya perlahan membuka pintu kursi penumpang mendudukkan diri tepat disamping Si Pucat.
Dari setelan putihnya mungkin pria itu baru saja pulang kerja.
"Kita tidak sempat mengobrol banyak kemarin, kau mungkin juga terkejut."Ucap Sehun.
"Apa yang kau inginkan sekarang?"Tanya Jongin tanpa berbasa-basi.
"Menurutmu?"
"Jangan bermain-main, aku tidak datang untuk mendengar omong kosongmu."Ucap Jongin mengalihkan pandangan kearah luar.
"Aku sedang memohon belas kasihmu. Sejujurnya aku tidak pernah sungguh-sungguh mengatakan apa yang terjadi pada ibuku. Malam itu, aku hanya sangat kalut."Ucap Sehun mengepalkan tangan yang lagi-lagi tremor menyembunyikannya di balik saku jas kerja.
"Tidak ada satu pun dari diriku yang pantas untukmu. Aku memikirkan jalan lain, kau pasti akan mendapatkan lebih dari aku. Saat aku mengajakmu bersama tidak ada kebohongan disana hanya saja aku mungkin tidak siap melihatmu menderita karena orang sepertiku."Jelas Sehun.
"Aku tidak sanggup mengendalikanmu agar tetap bersamaku ketika diriku pun terkadang melakukan sesuatu diluar kehendak. Mana mungkin aku menjagamu disaat aku telah begitu banyak membuatmu terluka."
"Hanya itu yang bisa aku katakan, maaf karena menunggu terlalu lama untuk ucapan kosong ini. Aku tidak mau ada kesalahpahaman lagi."
Jongin menyeka air mata terdiam mendengar ucapan dari Si Pucat "Kenapa kau tidak menemuiku dari awal kalau nyatanya dirimu tahu keberadaanku?"
"Aku sedang memperbaiki diri. Bukankah kau pun membutuhkannya?"
"Apa lagi yang kau tahu?"
Sehun terdiam cukup lama tak yakin akan mengatakannya. Matanya menatap lurus, meneguk ludah cemas.
"Mereka ..."
"Hm, benar."Potong Jongin seolah tahu arah pembicaraan mereka.
"Aku ingin mengatakannya dulu tapi siapa yang bisa menduga kalau justru aku dilempar keluar."Sambung Jongin tersenyum getir.
"Jongin--"
"Jangan menyesali apapun. Itu semua sudah berlalu, mari kita lupakan saja. Temui mereka kalau memang kau menginginkannya tetapi aku tidak bisa menjamin bahwa hubungan kita akan seperti semula."
"Aku akan datang besok bersama ibu juga anak-anak."Ucap Sehun.
Jongin tidak menjawab tetapi tak ada penolakan juga. Hembusan nafasnya terdengar pasrah mengangguk singkat sebelum berlalu pergi meninggalkan Sehun yang tampak putus asa.
'_______
Pagi selanjutnya,
Jongin terlihat tak bersemangat juga lesu membuat Nyonya Kim mendengus menyiapkan banyak hidangan untuk tamu yang sebentar lagi mungkin segera tiba."Kalau tidak siap kenapa memaksa mengiyakan permintaannya untuk datang?"
"Siapa bilang?"
"Wajahmu itu mengatakan segalanya."Ucap Nyonya Kim menggerutu memasukkan potongan ayam ke dalam oven.
"Ibu itu sok tau."Ucap Jongin kesal beranjak pergi tanpa kata "Bantu ibu!!! Jangan lari dari tanggung-jawab."
Jongin acuh berlari cepat kearah kamar anak-anak membuat sang ibu semakin kesal, punya anak sama sekali tak bisa diandalkan.
Sudah tua masih saja bertingkah seperti anak-anak. Hari itu Jongin telah mewanti-wanti agar triplet tenang dan tak membuat banyak masalah karena mereka akan bertemu ayahnya sekaligus saudara serta neneknya yang lain.Mata mereka yang sudah bulat semakin melotot mengedip polos memikirkan sejak kapan mereka punya ayah?
"Tentu saja punya! Memangnya Mama bisa membuat kalian sendiri."Ucap Jongin kesal menepis tangan anak-anaknya agar berhenti menyentuhnya. Dia sedang sangat sensitif sekarang, merajuknya sama seperti triplet.
"Buat? Mana cala buatnya, Ma?"Tanya Haechan penasaran.
"Kalian terlalu banyak bertanya."Dengus Jongin melempar boneka ke sudut ruang.
TBC
Pendek dulu ya timbang gaada updatean
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi