3 Tahun Kemudian.
Waktu memang cepat berlalu, Ketika Jongin berusaha menyamakan langkah dengan orang lain. Satu demi satu menata ulang kembali kehidupannya, selepas melahirkan dia keluar dari gudang pengap. Tinggal bersama sang ibu dan satu adiknya.
Rumah kecil itu jadi lebih ramai dan kacau dalam waktu bersamaan. Jongin hampir menghabiskan separuh tabungannya untuk merenovasi ulang kamarnya menambahkan aksesoris dan dekorasi menggemaskan, membeli ranjang yang memenuhi separuh ruang.
Sukar menerima kenyataan tetapi syukur saja Jongin masih menyimpan sedikit kewarasan. Ketika dulu sang ibu menentangnya berkerja di Daycare dan diam-diam menjadi nanny lalu sekarang justru dirinya telah seutuhnya disebut sebagai orang tua tunggal. Mengurus keperluan anak-anak dengan penuh tanggung jawab walaupun terkadang Nyonya Kim merasa teriris menyangkal takdir.
Jongin sudah hampir sepenuhnya merelakan masa lalunya, melupakan secara perlahan. Menangisinya hanya membuat semangat Jongin pupus seolah tak mempunyai lagi harapan ketika ada anak-anak yang kini bersamanya.
Saat pagi Jongin memulai hari lebih awal bersama sang ibu, melakukan banyak tugas rumah berdua. Setidaknya ada sisi positifnya, waktu Si Tan bersama ibunya jadi lebih berkualitas.
Jongin tampak antusias pagi ini, mengeluarkan abalone dari lemari pendingin. Dia membelinya dengan harga lumayan mahal sore kemarin "Kenapa membeli bahan makanan mahal-mahal? Astaga ... Kau sangat boros."Gerutu Nyonya Kim sembari memotong bahan-bahan masakan untuk membuat sup.
"Hari ini Jeno ujian tentu saja memberikannya makanan enak bukan sesuatu yang perlu di sayangkan."Ucap Jongin membuat sang ibu berdecak. Seharusnya ketika keadaan berubah, status Jongin yang kini tidak hanya menanggung badan sendiri memanjakan adiknya bukanlah prioritas. Ada bayi-bayinya juga lebih perlu diperhatikan.
"Berhentilah mengkhawatirkannya. Ibu akan mengurusnya, kau fokus saja pada cucu-cucuku. Sudah berapa kali aku mengatakannya."Omel Nyonya Kim membuat Jongin justru tertawa geli.
"Aku hanya tidak mau adikku merasa cemburu pada anak-anak."
"Cemburu apanya. Jeno sudah sangat dewasa untuk memahami keadaan."
"Tidak, dia masih kecil. Sudahlah, berhenti mengomel merusak pagi saja."Ucap Jongin agak kesal.
Nyonya Kim mengerucutkan bibir berdecak kesal tetapi engan membalas memilih melanjutkan membuat sarapan serta bekal.
Menjelang waktu bangun pagi, Jongin dan ibunya telah menyiapkan semua termasuk sarapan. Si Tan memasukkan bekal ke tas anak-anak untuk dibawa ke Daycare nanti.
"Bangunkan mereka. Biar ibu yang menyelesaikan disini."
Jongin mengangguk berjalan menaiki tangga menuju kamar Jeno, mengetuknya beberapa kali sampai teriakan pemuda tanggung terdengar "Hyunggg! Jangan bangunkan aku sebelum alarmku berbunyi."Pekiknya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny's ✔️
FanfictionHunkai Sekai Kapal Hantu. lebih seram daripada kapal lintas agensi