Sunghoon keluar dari mobil, memberitahu pada supir jika dia akan menelepon saat sudah pulang. Saat berbalik, semua orang menatapnya dengan berbagai ekspresi.
Dia berdecak kesal. "Dasar orang iri." Dengan santai berjalan memasuki gedung fakultas nya.
"Bagaimana bisa Jake sunbaenim memilih orang sepertinya dari pada temannya yang dari fakultas kedokteran?"
Bukan marah, dia malah mengingat sesuatu. Dengan segera menelepon SinB, untuk menanyakan hal yang amat sangat penting. "Hallo."
"Ada apa, tuan?"
"Apa yang diberitakan media kemarin?"
"Tuan Park—"
"Katakan saja." Potong nya kesal.
"Sajangnim dikabarkan menyelingkuhi kekasihnya yang seorang dokter."
"Benar." Sunghoon menjentikkan jari. "Itu temannya." Ia berujar dengan semangat.
"Kenapa, tuan?"
Sunghoon melihat ke sekitar. "Berita itu dibuat oleh temannya yang mungkin masih menyukai Jake, dia tidak tau hubungan kami jadi membuat berita bohong."
"Maksud anda… orang terdekat sajangnim?"
"Entahlah orang terdekat atau bukan, cari tahu seseorang yang pernah dekat dengan Jake saat kuliah di Korea Selatan. Setelah itu, mari kita bermain dengan nya."
"Baik tuan, saya akan membantu anda."
Sunghoon tersenyum bangga. "Baik, lanjutkan pekerjaan mu dan jangan sampai Jake tau ini." Telepon diakhiri olehnya.
"Mari tunjukkan siapa Park Sunghoon yang sebenarnya." Benda pipih dengan logo apel itu ia masukkan ke dalam saku jaket, berjalan memasuki gedung besar itu.
Sunghoon memperhatikan isi amplop kiriman SinB. Dengan teliti membaca dan melihatnya, dengan hati terasa dongkol. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus tau bagaimana lawannya.
"Kim Yeumbi. Hebat juga tidak ada yang tau alasan sebenarnya dia berkuliah di luar negeri, tapi dia tidak sehebat ku. Cih cantik?" Dengan kesal merobek kertas di sana satu persatu.
Ia perhatikan beberapa lembar sobekan dengan wajah sang suami. "Ini lebih baik, sangat tampan. Sayang sekali hanya aku yang bisa melihatnya dengan jarak dekat dan mengandung anaknya."
Sunghoon melihat amplop yang dikirimkan seseorang tidak di kenal, sudah dipastikan isi nya aman. Tapi ternyata tidak, isi amplop tersebut berceceran setelah dilempar olehnya.
"Aish! Aku ingin mengumpat tapi bayi nya takut meniru." Dengan kesal ia menendang meja dihadapannya hingga barang-barang di atas terjatuh.
"Baik, jika begitu permainannya. Hanya aku yang bisa memainkan handphone Jake, bahkan sudah seperti handphone ku sendiri." Sunghoon tersenyum bangga.
Ia perhatikan kertas-kertas yang berceceran, sembari memikirkan apa yang harus dilakukan pada perempuan itu. "Kita ikuti saja permainan nya dahulu."
"Jake is only mine. If I can't, then neither can anyone else."
Jake baru saja pulang, ia melihat sang istri berada di dapur. Melingkarkan tangannya pada pinggang yang lebih muda, mengusap perut buncitnya.
"Tidak menyambut ku?"
"Aku sedang membuat susu." Sunghoon menunjukkan gelas berisi susu buatannya. "Bagaimana dikantor?"
"Semuanya mulai berjalan normal, lalu kuliah mu bagaimana?"
"Aku harus segera menyelesaikan tugas akhir." Sunghoon meminum susu yang telah ia buat.
"Baiklah, aku akan membantu mu."
"Tidak mau."
"Tidak, kau jangan terlalu kelelahan. Ingat kandungan mu." Jake menggendong yang lebih muda ke ruang tamu. "Kapan pemeriksaan kandungan mu?"
"Kemarin aku sudah melakukan pemeriksaan."
"Eiy, tidak memberi tahu?"
Chup
Sunghoon tersenyum lebar. "Aku pergi dengan eomma dan lupa memberitahu." Ujarnya dengan bibir manyun.
Jake tersenyum dengan tingkah kekanak-kanakan. Berbanding terbalik bukan dengan sifatnya sebelum mengandung?
To be continued….
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Replacement
Fanfiction: ̗̀➛ JAKEHOON🔞 Park Sunghoon yang harus mengganti kan kakak nya yang akan menikah dengan seseorang bernama Jake Shim. ✎15.01.23 - 23.03.23