AYYA menutup sebuah kotak yang berisikan alat-alat p3k. Lalu ia simpan kembali kedalam laci mobil yang berada di depannya. Ia kembali menatapku dengan tersenyum namun air matanya sedang jatuh melewati kedua pipinya."Kamu kuat kan Azz." Hanya anggukkan yang aku balaskan. Tubuhku benar-benar sudah tidak kuat untuk bergerak. Sedangkan Cera yang disebelahku. Sedang menagis dengan kesedihan yang terlihat dari wajahnya. Ia menangis, sembari mengobati luka-luka yang berada di wajahku. Sore itu mereka sedang mengantarku menuju rumah sakit.
Takdir begitu cepat memisahkan kita. Dengan sekejab merenggut seseorang yang disayang. Rasa kepanikan sekita kita rasakan. Mobil sedang melaju sedikit kencang. Didepan jalan sedang terjadi kemacetan yang diakibatkan lampu merah sedang terjadi. Namun mobil yang kita seketika tidak bisa dihentikan. Sang supir mulai panik. Mengetahui rem mobilnya blong. Kita yang berada dibangku penumpang pun ikut panik. Sang supir pun, masih berusahan untuk memelankan laju mobilnya. Namun kondisi mobil mereka semakin dekat dengan kemacetan yang berada didepan. Sang supir mencoba membelokan mobilnya kesisi kiri jalan. Agar tidak menabrak kendaraan yang ada didepannya. Tanpa sang supir ketahui. Ketika sang supir membelokan kesisi kiri. Ada kendaraan yang sedang melaju cukup kecang juga.
Kejadian itu begitu cepat. Perjalanan yang sebelumnya sangat tenang berubah begitu saja, menjadi sangat mencekam. Dengan sigap aku menarik Cera yang berada disebelahku dengan memaksakan sisa tenaga yang aku punya. Untuk menarik Cera mendekat ke arahku. Sebelum mobil kita menabrak mobil yang didepan kita. Tabarakan itu sangat cepat. Tubuh kita berdua seakan terpental menubruk bangku dari sang pengemudi. Aku tak dapat melihat apa-apa pada saat itu. Hanya mampu mempertahankan genggamanku pada Cera. Kejadian itu sangat cepat. Kecelakaan pun tak bisa kita hindari. Mobil yang aku dan sahabatku naiki. Menabrak mobil lain di jalanan itu. Mobil itu menabrak sisi kiri dari mobil yang kita naiki.
Aku menatap Cera yang sempat aku tarik. Luka yang ia dapati pun tidak terlalu parah. Namun ia tidak sadarkan diri. Aku mengecek denyut nadinya, dan ternyata masih ada. Dengan sedikit tenaga yang aku miliki. Aku mencoba untuk mengerakan tubuhku yang terasa kaku. Tubuhku terasa sulit untuk digerakkan. Aku melihat ke arah sahabatku Ayya, yang duduk dibangku depan. Tatapan aku sangat syok melihat keadaan Ayya. Kondisinya benar-benar yang terparah diantara kita. Setengah tubuhnya terhempit oleh bagian mobil yang sudah remuk, yang menghimpit tubuh Ayya. Wajah Ayya sangat pucat. Aku mencoba meraihnya, namun tenagaku pun sudah tidak kuat untuk menahan kesadaranku sendiri. Rasa pusing yang amat sangat menyakitkan memenuhi kepala ku. Tubuhku sulit untuk digeraki. Ditambah luka-luka yang sebelumnya aku dapati. Menambah kesakitan yang kini aku rasakan. Aku terus menatap Ayya. Yang kondisinya semakin melemah. Sesaat Ayya ikut menatap ke arahku. Ia berusaha tersenyum walau aku tau ia sedang menahan rasa sakit yang amat sakit di tubuhnya. Air matanya mulai jatuh. Tenaganya mulai terlihat sudah tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya. Ia mengelengkan kepalanya dengan pelan. Cairan merah pun ikut keluar dari mulutnya. Aku hanya dapat menangis disisa tenagaku melihat Ayya yang seperti ini. Rasa takut menghantuiku saat ini. Ayya terus berusaha seperti ingin berbicara kepadaku. Namun tenagannya sanga sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAST - (SELESAI)
De TodoTHE PAST Kembalilah Selagi Bisa Tentang kehidupan yang di lalui oleh gadis yang bernama Azkia Putri Dyvetta. Gadis sulung dari dua bersaudara. Orang-orang biasa memanggil Azkia atau Azz. Seorang gadis yang dibilang cukup pemberani, ceri, dan sedikit...