Saat jam pelajaran, aran fokus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pembelajaran.
Aran sangat giat dalan belajar, dia ingin di hari kelulusanya nanti aran mendapatkan nilai tertinggi.
Aran ingin membanggakan kedua orang tuanya. Dirinya juga yakin, dengan aran mendapatkan nilai tertinggi, pasti kedua orang tuanya akan memeluk bangga pada dirinya.
Tak lama bel iatirahat berbunyi aran menyimpan buku bukunya di dalam laci mejanya.
"Yok kenatin ran"aja aldo.
"Enggak deh, gw mau ke perpus"sahut aran.
Aldo berdecak."dari jaman kurcaci lu bilang begitu mulu. Kenyang lo ke perpus?!"kesal aldo.
"Gw mau belajar"
"Lo udah pinter aran, mau apa lagi yang lo pelajarin?!"ucap aldo kesal.
"Banyak, gw masih dapet rangking ke dua... gw mau pas lulus nanti gw dapet nilai paling tinggi"ujar aran.
"Jangan terlalu di paksa ran... lo dapet rangking dua aja udah oke banget"ucap ollan.
Aran terdiam sejenak."tapi gw pengen buat mama papa bangga"ucap aran pelan.
Aldo terkekeh kecil mendengar ucapan dari aran."mama papa lo udah pasti bangga. Nih ya ran... gw dapat rangking lima aja bokap nyokap gw bangga... apa lagi gw kayak lo"jelas aldo.
Aran tersenyum tipis mendengar ucapan dari aldo.
"Apaan ini! Belajar gini doang gak bisa! Dasar anak bodoh!"ucap Bobby mendorong tubuh kecil aran hingga tersungkur.
Aran hanya terdiam sambil menundukan kepalanya.
"Saya ga mau tau! Kamu harus bisa dapat rangking pertama! Kamu pikir dengan kamu dapat rangking kedua gini saya bangga sama kmu ha?!"ucap Bobby menampar kuat pipi aran.
Aran memejamkan matanya kuat. Ia meremas ujung bajunya.
Bobby menarik rambut aran ke belakang membuat aran mendongakkan kepalanya menatap ke arah Bobby.
"Di dalam keluarga harlan, ga ada yang namanya menjadi yang kedua. Mereka semua menajadi yang pertama!"ucap Bobby pelan, namun dengan penuh penekanan.
Aran tak menajwab ucapan dari papa nya, ia hanya menatap sendu ke arah Bobby.
"Jangan menatap ku sepeti itu!!!"ucap Bobby memukul kepala aran hingga terbentur ke lantai.
Aran memejamkan matanya menggelengkan kepalanya kuat saat pikirannya kebali berputar di masa lalu.
"Kenapa? Kepala lo pusing?"tanya aldo.
"Gak, ga papa. Kalau lo mau ke kantin yaudah. Gw tetep mau ke perpus"ujar aran, ia meninggalkan aldo sendiri di dalam kelas.
Aldo mendengus."dasar keras kepala"
🍃🍃🍃
Aran berjalan masuk kedalam perpustakaan. Ia mencari beberapa buku untuk ia baca. Stelah menemukanya ia berjalan menuju meja pojok.
Ia mendudukan dirinya di sana. Aran mulai membaca dengan serius.
"Ets!! Ada anak misquin di sini...."
Aran menoelh ke ambang pintu perpustakaan ia menatap ke arah ashel, dan di sebelahnya juga ada chika.
"Ashel!"desis chika pelan.
Ashel tidak memperdulikan chika, ia berjalan masuk lalu menghempiri aran.
Aran menghela nafsanya, ia tak menghiraukan ashel yang duduk di atas mejanya.
Aran fokus membaca bukunya. Ashel yang melihat itu hanya tersenyum miring.
"Heh anak misikin!"ucap ashel memukul kuat meja aran.
Aran tersentak, ia mendongakkan kepalanya menatap ke arah ashel.
Ashel terkekeh kecil."udah bayar bulanan sekolah lo?"
Aran hanya diam tak menajawab ucapan dari ashel.
"Ga malu apa tiap pagi di sebut mulu namanya untuk bayar spp sekolah"kekeh ashel.
"Ashel lo apa apan sih!"ucap chika.
"Apa sih chik! Orang gw mau ngasih tau kedia kalau dia itu ga pantes sama lo. Dah miskin masih aja belagu pacarin anak orang kaya"ucap ashel menatap jijik ke arah aran.
"Shel cukup ya! Lo apa apan sih!!"bentak chika.
Ashel tersentak saat chika membentaknya.
"Ayo keluar! Gw ga mau mulut lo yang tajem itu ngelukai hati aran!"ucap chika menarik ashel keluar dari perpus.
"Bye miskin!!!"teriak ashel.
Aran menghela nafasnya yang terasa sesak. Dirinya memang miskin, tapi apa dirinya serendah itu?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[PART SELANJUTNYA ADA DI NOVEL] (Proses Revisi) Tuhan menciptakan aku untuk membuat orang lain bahagia ~Aran~