18

1.6K 291 14
                                    

Aran memarkirkan sepedanya di belakan cafe mira. Ia berjalan masuk kedalam lewat pintu dapur.

Saat aran masuk, semua mata tertuju pada aran.

"Busat dah, kucel bet lu ran"ucap mira.

Aran menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, ia menyengir menangapi ucapan mira.

"Dari man lu?"tanya lulu.

"Habis narik angkot kak sama mang ujang"sahut aran.

"Kak mira, aran numpang mandi ya"ucap aran.

"Iya, gih buruan"ucap mira.

Aran berjalan ke kamar mandi. Untung saja dirinya tidi membawa baju ganti.




***





"Duh! Ngerusuh bet kelen. Untung beli kalau kagak udah gw usir lu berdua"omel mira pada ollan dan aldo.

Kedua pria itu nongki di cafe tempat aran berkerja. Mereka berdua sembari mengawasi aran, karena aran tidi setelah pulang sekolah tidak datang kerumah ollan untuk berkeja.

Hal itu membuat aldo dan ollan khawatir dengan ke adaan sahabatnya itu.

"Elah kak mira... jangan marah marah doang... tuh keriputnya tambah banyak, entar tambah tua"ujar ollan.

"Bukan tambah tua, emang udah tua dia"celetuk aldo.

Mira yang mendengar itu mendengus kesal, ia melepr es batu yang berada di gelasnya ke arah aldo.

"Adoh! Dasar opung opung!"pekik aldo menutupi tubuhnya dengan kedua tanganya agar tidak terkena leparan es dari mira.

Aran yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya saja.

Bunyi pintu dapur membuat mata aran teralih melihat lulu baru saja masuk ke area dapur.

"Ran... anterin pesenan itu ya ke meja no 8"ucap lulu.

"Deon..."panggil aran.

"Sibuk!"ujar deon yang fokus menatap layar handphonenya. Tanganya sibuk menggaruk pantatnya.

"Dih! Makan gaji buta lu"celetuk aran mulai berdiri dari duduknya.

Ia mengambil nampan yang berisi pesanan meja no 8.

"Jangan sampai kita gelut di sini ran"ujar deon.

Aran terkekeh kecil. Ia berjalan keluar dari dapur menuju meja no 8.

"Selamat menikmati"ujar aran.

Aran menaruh denga rapi makanan dan minuman di meja no 8.

Metanya beralih menatap seorang wanita yang sedari tadi menatap ke arah dirinya.

Bak di sambar petir. Aran terdiam membeku saat tahu siapa wanita yang sedari tadi menatapnya.

Aran merasakan tubuhnya menjadu berkeringat dibgin saat matanya bertatapan dengan wanita itu.

"M-mama"batin aran.

Shani indira. Wanita itu menatap aran dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia menatap aran dari ujung kaki hingga atas kepala.

Apakah anak ini berkerja sebagai pelayan cafe?. Batinnya.

"Aran sini!"teriak aldo dengan kepalanya yang menongol di pintu dapur.

Aran tersentak kaget, ia buru buru membawa nampannya.

"Permisi"ucap aran lalu pergi meninggalkan meja no 8.

"Lama bet lo nganter gitu doang"ujar ollan.

Aran hanya diam. Wajahnya memucat seperti baru bertemu dengan setan.

"Sakit lo ran?"tanya deon.

Aldo dan ollan menoleh menatap ke arah aran yang masih berdiri di ambang pintu dapur.

"E-enggak kok. Gw ga papa"ujar aran.

"Tapi lo pucet"ucap ollan.

"Ga papa gw. Em gw ke toilet bentar ya"

Mereka bertiga menatap kepergian aran.

"Aneh bet tuh bocah"ujar aldo.





****





Hari ini adalah hari minggu. Aran sengaja berlambat lambat untuk bangun dari tidurnya.

Pukul sudah menunjukkan jam 7 pagi. Tetapi neneknya ini sudah membangunkannya.

"Bangun ran"

"Nek aran masih ngantuk... 10 menit lagi ya..."ujar aran kembali memejamkan matanya.

"Ga bisa. Mama kamu tadi telfon nenek katanya mama kamu mau ketemu kamu di tempat biasa"ujar sang nenek.

Hal itu membuat aran langsung terbangun dari tidurnya.

"Mama bilang gitu ke nenek?"tanya aran tak percaya.

"Iya, udah sana mending kamu mandi siap siap. Jangan buat mama mu nunggu lama"tutur sang nenek.

Aran menatap kepergian neneknya dari kamarnya.

"Tumben mama ngajak ketemuan"gumam aran.



300 vote, gw lanjut ceritanya😁

Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang