10

2.1K 228 5
                                    

Pukul sudah menujukan jam setengah 6 sore. Aran sudah rapi bersiap siap untuk pergi menuju cafe dimana tempat dirinya berkerja.

Sebelem berangkat, tak lupa ia mencari neneknya terlebih dahulu untuk berpamitan.

Aran berjalan menuju ruang tv, bisanya sore sore gini neneknya menoton tv sembari menunggu azan magrib berkumandang.

Sesampainya di ruang tv, aran tersenyum melihat neneknya duduk tenang sembari menatap layar tv yang menampilkan sebuah acara berita.

Aran mendudukan dirinya di sebelah sang nenek.

Nenek sedikit tersentak, kemudian ia menoleh ke atah samping.

"Kamu udah siap siap mau berangkat kerja?"tanay nenek.

Aran menganggukan kepalanya."iya, nenti kuci aja pintunya nenek ga usah nungguin aran. Aran udah bawa kunci cadangan kok"

Walau pun aran tahu kalau neneknya pasti tidak akan pernah tidur duluan. Neneknya pasti akan menunggunya pulang.

Padahal suadah aran bilangi, kalau aran tak perlu di tunggu. Dan seharunya neneknya ini juga tidak pelu khawatir.

Mengingat cafe tempat aran berkerja tak terlalu jauh, mungkin sekitar 10 menit lah untuk menuju kesana dari rumah aran.

"Iya iya"jawab cepat nenek karena tak ingin berdebad dengan aran.

Aran menyalim punggung tanagan neneknya."nenek kalau ada apa apa telfon aran aja ya"

Nenek menganggukan kepalanya saja.

"Kalau gitu aran berangkat kerja dulu nek, assalammualaikum"

***

Aran mendudukan dirinya di depan kasir, di hadapanya ada mira yang sedang menghituang uang.

Tak lupa di samping mira ada lulu, gadis lebih tua 2 tahun dari aran. Gadis itu juga bekerja pada mira, lulu baru saja tamat sekolah tahuj semalam.

"Udah makan ran?"tanya mira yang masih fokus menghituang uang.

Aran yang matanya menatap ke sekeliling kafe yang sudah mulai sepi di karenakan jam sudah menunjukkan jam 10 malam.

Aran mengalihka pandanganya ke arah mira."belum kak"

Mira menghentikan kegiatan menghitung uangnya. Ia menatap wajah tampan milik aran.

"Kenapa belum, makan gih sana di dapur ada nasi sama ayam sambel"ucap mira.

Aran mengalihkan pandanganya ke arah lulu yang sedang fojus menatap layar handphone.

Sepertinya gadis itu sedang menghapal gerakan dance tiktok. Terlihat dari raut wajah seriusnya, mulut sedikit terbuka dan mata tak berkedip melihat layar handphone.

"Kak lulu udah makan belum?"tanya aran.

"Ha?"beo lulu.

Aran berdecak."kak lulu udah makan belum?"

"Udah gw mah, lu aja yang belum. Mending lo makan. Tuh liat badan lo udah kurus kering hih!"ujar lulu.

Aran menatap ke arah dirinya, menurutnya dirinya ini sudah lumayan berisi, bb dirinya saja 50kg, sudah termaksud orang orang yang berisi bukan?.

"Makan ran, mumpung sepi"ujar mira.

"Iya kak"sahut aran.

Aran berjalan menuju dapur, ia mengambil nasi serta ayam sambal. Setelahnya ia kembali berjalan menuju kasir.

Ia mendudukan dirinya kembali di hadapan mira. Sebelum makan tak lupa aran membaca doa, setelahnya ia dengan lahap menyantap makannya.

"Itung duit lu, gw kebelet boker!"ujar mira.

"Yah kok gw kak, deon tuh"ujar lulu menunjuk ke arah deon yang terduduk di pojok kafe sambari mengerok upil.

"Lagi sibuk gw! Ga usah nyuruh nyuru!"pekik deon.

"Lo sibuk apa emang!"ketus lulu.

"Nyari harta"sahutnya enteng sambil kembali mengerok upilnya.

"Udah elah itung duit aja beban banget kayaknya"ucap mira sebelum ia belari kencang ke arah dapur.

Aran tak memperdulikan perdebatan di ataran lulu dan deon. Ia hanya santai meyuapkan makananya kedalam mulutnya.

Ngomong ngomong soal deon, deon itu kariawannya kak mira juga, dia sebaya dengan aran, bedanya meraka tak satu sekolah.

Deon bisa di bilang sama seperti aran, dari kalangan orang susah. Sama sama cari uang buat biaya sekolah dan membantu orang tua.






Tbc

Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang