15

1.6K 245 12
                                    

"Gw denger denger hari ini bakalan ada kunjungan dari yayasan sekolah. Dan kemungkinan besar kita free les"jelas ollan yang tengah duduk di atas meja.

Aran hanya menatap ke arah ollan dengan sekilas, setelahnya ia kembali membaca buku pelajarannya.

Sangat tidak menarik sekali pembahasan ollan. Batin aran.

"Keren tuh! Nanti main game dah kita"usul aldo.

"Boleh boleh, tapi tuh bocah gimana?"ucap ollan menunjuk ke arah aran.

Aran yang merasa di bicarakan menoleh menatap aldo dan ollan.

"Apa?"

"Ah! Ga papa, belajar yang pinter ya nak"ujar ollan menepuk nepuk pundak aran.

Aran hanya menghela nafasnya, ia kembali membaca bukunya tanpa memperdulikan kedua sahabatnya.

"Em ran, kalau gw beliin lo handphone gimana?"tanya aldo.

"Ga penting juga benda itu"sahut aran acuh, matanya tetap fokus membaca buku pelajaranya.

"Anj! Ga penting pala otak kau!"ketus ollan meraup wajah aran.

"Emang ga penting, udah deh jangan ganggu gw belajar"ucap aran sedikit kesal.

"Aneh nih bocah"gumam aldo.

***

"Oke anak anak, ibu mohon saat yayasan sekolah masuk kesini jangan ada yang ribut ya"jelas guru tersebut.

"Iya buk...."

"Ran udah kali baca bukunya"ucap aldo.

Aran menghela nafasnya, ia menutup buku pelajarannya. Ia menatap ke arah depan di saat seseorang pria paru bayah masuk kedalam kelasnya.

Bola mata aran membulat sempurna. Mendadak tubuhnya terdiam membeku menatap pria parubayah itu.

"Oke anak anak, perkanalkan ini adalah bapak Bobby Harlan, beliau adalah yayasan di sekolah kita"jelas guru tersebut.

Semua murid di delam kelas memberikan tepuk tangan terkecuali aran.

Aran masih diam menatap wajah tegas bobby. Ya, bobby harlan adalah papah kandungnya.

Dirinya sangat merindukan pria tua itu.

Ingin sekali dirinya memeluk papahnya saat ini juga. Tapi dirinya seketika tersadar, dirinya adalah anak yang tak pernah di anggap.

"Selamat pagi anak anak, mungkin ini pertama kalinya kalian melihat saya di sini ya... Saya juga ingin meminta maaf kepada murid murid sekalian, apa bila ada ketidak lengkapan fasilitas sekolah..."jelas bobby.

"Kalau ada fasilitas sekolah yang kurang atau tidak ada di sekolah ini. Kalian bisa melapor ke saya ya? Mengerti?"

"Mengerti pak"ujar semua murid.

Bobby memberika senyum manisnya kepada murid murid yang berada di dalam kelas 11 ipa 2 itu.

Sampai pada akhirnya, senyumnya itu luntur saat melihat aran, duduk di pojok kiri barisan ke dua dari belakang.

Aran yang menayadari hal itu langsung membuka bukunya, menutupi wajahnya agar tidak terlihat oleh papa nya itu.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi"ujar bobby.

Aran menurunkan bukunya saat gracio keluar dari kelasnya.

Ia menghela nafas lirih menatap kepergian papa nya.

Tapi tidak apa, yang penting dirinya sudah dapat melihat papanya dari jarak yang lumayan dekat.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Aran dan kedua sahabatnya berjalan menuju parkiran sekolah dengan di selingi candaan dari ollan.

"He curut! Jangan lupa nanti dateng ke rumah gw! Kerja oke!"ujar ollan.

Aran menoleh semangat menatap ke arah ollan."bakalan bobgkar bongkar mobilkan?"

"Ya kagak lah! Main game sama gw! Itu kerjaan lo!"ujar ollan santai.

Aran mendadak lesu mendenga ucapan dari ollan.

Sedangkan aldo, pria itu terkekeh kecil. Ia mengelus lembut punggung aran.

"Seng sabar ndok"ucap aldo.

"Weh, apaan tuh..."ujar ollan menunjuk ke arah parkiran sekolah.

Aran dan aldo sontak mengalihkan pandanganya ke arah yang di tunjuk oleh ollan.

"Chika?"

Chika, gadis itu tengah bergandengan tangan dengan vito menuju mobil sedan hitam milik vito.

Aran tersenyum tipis melihat chika tertawa begitu lepas dengan pria lain.

"Ran cewek lu tuh"ujar aldo.

"Iya tau, kenapa?"

"Dih ege! Cewek lu lagi sama cowok lain! Masa lo kagak marah sih!"ujar aldo kesal.

"Kan tadi chika bilang kalau dia bakalan pulang sama temenya. Ya jadi yang di maksud chika itu si kak vito lah temenya"jelas aran.

Ollan menghela nafasnya."gw ga tau lo itu tolol atau begok atau beneran polos! Tapi, itu tuh liat si chika itu lagi selingkuh goblok!"

Aran mendengus mendengar ucapan dari ollan. Aran yakin chika tak selingkuh. Walau pun dirinya juga merasa sedikit tak terima melihat pacarnya itu berpegangan tangan dengan pria lain, bahkan saling merangkul sekarang.

"Yah bagus dong si chika selingkuh sama vito... lumayan berkelas dari pada temen lo itu"ujar ashel tiba tiba di semping ollan.

"Anjing! Cenayang lo tiba tiba di sini!"pekik ollan.

"Enak banget lo ngatain gw begitu!"ujar ashel tak terima.

"Diem lu nek lampir!"gumam ollan.

Ashel memutar kedua bola matanya malas.

"He! Miskin! Seharusnya lo itu sadar diri ya... udah miskin ga usah belagu pacaran sama anak orang kaya... mending tuh sana pegangi rumah nenek lu yang mau roboh itu!"ujar ashel sinis.

"Eh! Lu jaga omongan lu ya! Pedes banget tuh mulut kalau ngomong!"ujar aldo emosi.

"Apa lo?! Belain temen miskin lo itu?"ujar ashel terkekeh kecil.

"Gw heran sama lu berdua ya... kenapa coba mau temenan sama anak miskin yang ga punya apa apa ini.  Iiyyuuu... kalau gw mah jijik ya..."ujar ashel.

Aran?, pria itu hanya diam mendengar kata kata makian dari ashel untuknya.

Benar, dirinya itu miskin, ashel juga tak salah kok jika rumah neneknya saja sudah seperti mau roboh. Ashel juga gak salah kok, kalau ashel bilang aran itu ga cocok sama chika. Dan ashel juga ga salah kok menanyakan aldo dan ollan, kenapa mereka berdua mau berteman dengan anak miskin sepertinya?.

"Em, gw pamit pulang ya"ucap aran.

Ia pergi meninggalkan aldo dan ollan tanpa menunggu jaban dari kedua sahabatnya.

"Mulut lo itu ya!!! Hhhiiii! Pengen gw cabein tau gak!"kesal aldo.

"Gaje lo!"ujar ashel lalu pergi meninggalkan aldo dan ollan.

"Duh tuh aran gimana weh..."ujar ollan.

"Entar deh kita samperin ke rumahnya"ucap aldo.







Tbc...

Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang