Yok ngab, ini hari terakhir promu novelnya.
Yang mau beli silahkan di order. Besok besok harga sudah kembali seperti semula.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Di cafe mira suda tidak serama sejam sebelumnya.
Aran tengah duduk di depan kasir cafe. Miara sedang menghitung uang seperti biasanya.
"Lulu mana lulu?"tanya mira.
"Tuh, lagi tiktokan"sahut aran.
"LULU!!"teriak mira.
Lulu tersentak kaget, ia mematika handphonenya. Ia berlari menghampiri mira.
"Apa kak?"tanya lulu.
"Gw mau berak! Itung duit"ujar mira langsung lari kembelakang.
"Elah gw kira apa"ketus lulu.
"Kenapa gak lo aja si ran yang itung"
"Kak lulu yang di suruh kok"acuh aran.
"Sialan!"desis lulu. Ia mulai menghitung penghasilan uang hari ini.
Aran hanya terkekeh kecil, ia mengalihkan pandanganya ke arah luar cafe. Jalan raya terliahat padat dengan pengendara mobil yang berlalu lalang.
Ting!
Aran tersentak saat lonceng cafe berbunyi.
"Gw gw! Gw aja yang layanin entar lo yang anter pesenanya"ujar deon membuat aran mengalihkan pandanganya ke arah deon.
"Oke"sahut aran.
Aran berjalan menuju dapur menunggu deon membawa catatan pesanannya.
"Ran, nih pesenanya. Gw bantuin buat ya"ujar deon.
Aran menganggukan kepalanya saja, ia membuat makanan dan minuman yang di pesan.
Setelahnya aran mengantar maknan itu kemeja nomor delapan.
"Permisi, ini pesananya"ucap aran.
Kedua orang yang memesan itu menarap ke arah aran yang sedang menata pesanan mereka di meja.
Aran tak menyadari hal itu, setelah selesai, aran menatap ke arah mereka berdua. Ia sedikit terkejut, namun ia berusaha menetralkan wajahnya agar terlihat biasa saja.
"Selamat menikmati mbak, dan mas nya"ucap aran ramah.
"Terimakasih"sahut pria itu.
Setelahnya aran buru buru berjalan masuk ke dapur, ia taruh nampannya di atas meja, aran mendudukan dirinya di sana sembari mengusap wajahnya kasar.
"Kenapa?"
Aran tersentak kaget, ia menoleh ke arah sampingnya. Mira menatapnya dengan khawatir.
Aran menggelengkan kepalanya."ga papa kak"
"Lo sakit?"tanya mira lagi.
"Enggak kok kak, aran baik baik aja"ujar aran.
"Oke deh, kalau ada apa apa bilang sama gw ya"
Aran menganggukan kepalanya."iya kak, makasih ya kak"
Mira menganggukan kepalanya, setelahnya ia pergi menuju kasir.
Aran menghela nafasnya, ucapan ollan tadi sore kembali terngiang ngiang di dalam otaknya
"Percaya gak sih, kalau chika beneran cinta sama lo?"
Aran menggelengkan kepalanya kuat."mungkin kak kelas itu temennya chika. Ga boleh berfikiran buruk aran"ujar aran.
Aran berjalan menuju jendela yang terarah langsung ke delam cafe.
"Ran"
Aran menoleh ke samping, di luar jendela ada deon yang sedang duduk sembari memegang handphonenya.
"Apa?"tanya aran lalu mengalihkan pandanganyabke arah meja nomor delapan.
Meja di mana chika dan vito berada. Aran menatap lirih ke arah chika.
Tadi saat dirinya saling bertatapan dengan chika.
Chika langsung membuang mukanya ke arah lain, seakan akan dirinya tak pernah mengenal aran.
"Chika cinta kok sama gw. Aran pokoknya lo jangan mikir yang aneh aneh"gumam aran sembari terus menatap ke arah chika.
Saat tak sengaja chika menatap ke arahnya, aran langsung pergi dari depan jendela tersebut.
***
Pagi ini aran sudah menggayuh sepedanya menuju rumah chika. Pukul sudah menunjukan jam 06.10 pagi.
Tak membutuhkan waktu yang lama. Aran sudah sampai di sana.
"Pak..."sapa aran kepada satpam rumah chika.
"Eh, den aran. Mau ngepain pagi pagi kesini?"tanya satpam itu ramah.
"Bisa pak, mau jemput chika"ucap aran.
"Chikanya ada kan?"tanya aran.
Satpam itu terdiam, kemudain ia tersenyum tipis.
"Ada kok den, tapi..."
"Pak... bukain pagernya ya!!"
Triakan nyaring chika membuat pak satpam itu reflek membuka pagar rumah chika.
Aran menatap ke arah dalam rumah chika. Lagi lagi aran membuang pandanganya ke arah lain.
Aran menghela nafasnya, ia mendorong sepedanya untuk pergi dari sana.
"Den! Den aran..."panggil satpam itu.
Aran menghentikan langkahnya."kenapa pak"
"Den aran gak papa kan?"
Aran tersenyum manis,"gak papa kok pak"
Tin!
"Pak, pagarnya di kunci aja ya. Nanti chika bakalan pulang ke rumah saya. Sorenya baru pulang"jelas vito.
"Iya den"sahut satpam itu
"Eh, lo yang kemarin kan di cafe itu?"tanya vito pada aran.
Aran menganggukan kepalanya, mata aran menatap ke arah chika yang sendari tadi membuang pandanganya ke arah jendela.
"Ngepain di sini?"tanya vito.
"Em, itu... saya anaknya pak rido"ucap aran asal.
Sedangkan satpam itu terkejut, ia menatap ke arah aran.
"Oohh, ganteng pak anaknya"ujar vito terkekeh kecil.
Satpam itu hanya menganggukan kepalanya saja.
"Ya udah kalau gitu saya duluan ya pak dan..."
"Aran"sahut aran saat vito menatap ke arahnya.
"Ah ya, gw duluan ya"ucap vito lalu menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah chika.
200 vote aku lanjut!!!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[PART SELANJUTNYA ADA DI NOVEL] (Proses Revisi) Tuhan menciptakan aku untuk membuat orang lain bahagia ~Aran~