Aran menjagakkan sepedanya di halaman rumahnya. Ia berjalan tertatih tatih measuk kedalam rumahnya.
Pinggangnya masih tersanyeri, membuat dirinya sesekali meringis kesakitan.
"Assalamualaikum"ucap aran.
Ia mendudukan dirinya di sofa ruang tv, menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
Matanya terpejam menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Loh aran, kamu kemana kok kayak gini"panik neneknya.
Aran membuka matanya, ia tersenyum tetapi kembali meringis karena sudut bibirnya yang pecah.
"Aran tadi jatoh dari sepeda"bohong aran.
"Kok jatoh sampai bonyok semua gini sih?"
"Aran ngebut ngebut, terus sepeda aran ga sengaja nabarak batu lumayan gede, jadi jatoh deh"jelas aran berbohong.
"His... kamu ini ya, bikin khawtir nenek aja"ujar nenek marah.
"Kalau naik sepeda itu pelan pelan, jangan ngebut ngebut, apa yang kamu kejer ha?"omel sang nenek.
Aran hanya tersenyum tipis melihat neneknyang memarahi dirinya.
"Sini nenek obatin luka kamu"
Aran mendekat, ia meringis saat kapas yang di teteskan oleh betadin mengenai lukanya.
"Tumben pulang sekolahnya cepat"ucap nenek.
"Em, tadi ada yayasan dateng. Jadi ga belajar"jelas aran.
Neneknya hanya menganggukan kepalanya saja."udah, gih sana istirahat, nanti malem kamu kerja kan?"
Aran menganggukan kepalanya."iya"
Aran berjalan masuk kedalam kamarnya, ia meletakkan tas sekolahnya di meja belajarnya.
"Eh, chika kan bentar lagi ulang tahun. Aku mau kasih apa yah ke chika"gumam aran.
Ia mendudukan dirinya di tepi kasur. Aran mengambil kelander yang berada di nakas.
"2 minggu lagi..."gumam aran.
"Aku harus cari kerja tambahan lagi deh"ucapnya.
Dengan gerakan cepat, aran menganti baju sekolahnya dengan baju biasa.
Setelah selesai, aran berjalan keluar dari kamarnya.
"Nenek, aran pergi keluar sebentar ya"ucap aran.
"Loh... kamu itu istirahat dulu... baru aja sampai rumah udah mau pergi lagi"
"Ga papa nek, aran bakalan pulang jam 11 malem, nenek jangan nungguin aran pulang ya"ujar aran.
Aran bergegas pergi, ia mengayuh sepedanya menuju tempat mang ujang.
***
"Ealah ndok... mama mu itu loh apa gak ngasih uang jajan apa?"
Aran hanya tersenyum tipis mendengar perkataan dari mang ujang.
"Boleh kan mang aran ikut narik angkot sama mang ujang?"tanya aran lagi.
Mang ujang sedikit berfikir, ia menghela nafasnya menatap ke arah aran.
"Kamu apa ga kerja di cafe lagi?"
"Kerja kok"sahut aran cepat.
Lagi lagi mang ujang menghela nafasnya."ran... seharusnya kamu itu belajar dirumah, istirahat yang cukup. Liat tubuh kamu, kurus gitu"ujar mang ujang.
Aran reflek menatap postur tubuhnya. Tidak terlalu kurus. Lagi pula bb nya 50, tidak termasuk kurus itu...
"Mama sama papa kamu kan ada... mang ujang liat mama papa mu itu semakin kaya saja"lanjut mang ujang.
Mang ujang tau kalau aran itu anak dari keluarga yang lumayan berada. Tapi mang ujang tidak tau kenapa aran sampai berkeja ini itu untuk mendapatkan uang.
"Tapi mang, aran itu mau beli hadiah buat pacar aran... 2 minggu lagi dia ulang tahun"jelas aran.
"Uluh uluh! Masih sekolah udah pacaran aja"ucap mang ujang meraup wajah aran.
Aran mendengus."bau terasi mang tangannya"
"Ngatain saya nih bocah"gumam mang ujang.
"Ya udah deh, terserah kamu aja... kalau mau ikut narik ayo"ujar mang ujang.
Aran bersorak riang, ia langsung bergelantung di pintu angkot mang ujang.
"Ayo mang jalan"
"Sabar atuh! Nih anak semangat banget di suruh kerja"ucap mang ujang.
***
Aran duduk di pintu angkot sembari mengibas bajunya.
Terik matahari membuat tubuh aran berkeringat.
Mag ujang yang berdiri di sebelahnya sembari menghitung asil menarik angkot sejam yang lalu.
"Wes lumayan, ada untungnya juga kamu ikut narik"ujar mang ujang.
Aran hanya terkekeh kecil mendengar penuturan dari mang ujang.
"Nanti mang ujang kasih gajih tambahan buat kamu"
"Terserah mang ujang aja deh, aran mah ikut mang ujang aja"ucap aran.
Saat sedang melihat kesana kemari, tatapan mata aran tak sengaja terhenti melihat chika yang tengah menyebrang bersama vito, kakak kelasnya.
Aran tersenyum melihat kulit chika terpapa sinar mata hari. Lebih putih dari biasanya.
"Chika!!"panggil aran. Senyumnya yang manis menyapa pacarnya itu.
Chika yang terpanggil menoleh ke arah aran.
"Kamu kenal sama dia?"tanya vito.
Vito membukakan pintu mobilnya yang tak jauh dari angkot aran.
"Gak kenal. Udah ayo pulang"ujar chika cepat.
Vito menganggukan kepalanya, ia berjalan mengintari mobilnya lalu masuk kedalam pintu mengemudi.
Aran menatap mobil vito yang berjalan melewati dirinya. Senyumnya yang manis udah luntur saat ia mendengar ucapan chika kalau chika tak mengenal dirinya.
Aran menatap dirinya sendiri."oh iya, gw kerja. Pakaian gw kayak gembel gini"gumam aran pelan.
"Siapa ran?"tanya mang ujang.
"Temen"sahut aran bohong.
Ia tak ingin chika malu mempunyai pacar sepertinya.
Mang ujang menganggukkan keplanyamengerti.
"Sombong yah...?"ujar mang ujang.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[PART SELANJUTNYA ADA DI NOVEL] (Proses Revisi) Tuhan menciptakan aku untuk membuat orang lain bahagia ~Aran~