Di warung pecelel, sudah ada dua orang sejoli yang dengan tenang memakan makananya.
Ralat, chika yang kini melonggarkan dasinya lalu mengakat kakinya ke kursi sedangkan kakinya satu lagi dibiarkannya untuk tetap di bawah.
Gadis itu memakan pecelelnya dengan lahap. Aran sampai berfikir apa gadis ini tidak makan selama 2 bulan lamanya.
Chika sekarang sudah seperti preman sekolah kalau di lihat lihat dari penampilanya yang lumayan berantakan.
"Uhuk uhuk"batuk chika karena tersedak.
Dengan cepat aran menuangkan segelas air putih, lalu memberikanya pada chika.
Chika menenggak setengah air putih yang di berikan oleh aran.
"Huh! Kenapa kesedak sih"perotes chika tak terima.
"Kamu aja yang ga pelan pelan makanya"ucap aran.
Chika menatap tajam ke arah aran. Bisa bisanya pria ini menyalahkan dirinya. Jelas jelas ia tersedak karena pecel lele ini.
"Kok salah aku sih! Kan aku cuman makan. Ya sala lelenya lah!"marah chika.
Aran berdehem pelan saat dirinya menatap takut ke arah wajah marah chika. Apa yang ia ucapkan salah?.
"B-bukan, bukan salah kamu, tapi salah lelenya kok"ujar aran gugup.
"Emang!"sewot chika kemudian kembali memakan pecel lelenya.
Aran mengalikan pandanya ke arah pecelelenya, memakanya dengan diam. Dari pada dirinya kena amuk oleh kekasihnya lagi. Mending dirinya diam saja, istilanya... cari aman saja.
Setelah selesai makan, aran membayar pecelenya dan juga chika. Untuk membayar makan bagi aran sangat menyanggupinya. Tapi dirinya menjadi takut kalau chika meminta barang barang mahal yang seperti para sahabatnya miliki.
Ahk! Bukan para sahabatnya lagi, tapi chika sendiri juga memiliki barang barang mahal. Seperti contohnya, sepatu sekolah chika saja di perkirakan seharga 2,3 juta, itu kata ollan kemarin.
Mendadak saat mengingat harga sepatu chika, aran menjadi malu sendiri. Dirinya hanya seorang pria miskin yang bertahan hidup dengan neneknya. Dengan lancangnya juga dirinya memiliki seorang kekasih dari kalangan orang berada.
Memang cari mati si aran.
"Kenapa bengong?"tanya chika, membuyarkan lamunya.
Aran terkekeh kecil, ia memasukan dompet lusunya kedalam saku celanya.
"Mau pulang sekarang?"bukanya menajawab, aran malah mentarkan balik pertanyaan.
"Em..."chika sedikit berfikir tentang hal itu.
"Enggak usah deh, langsung pulang aja"jawab chika.
Aran menganggukan kepalanya. Ia menggandeng tangan kekasihnya menuju sepedanya.
"Naik"ucap aran.
Chika naik di jok belakang sepeda aran. Dengan sigap chika langsung memeluk pinggang aran.
Aran mulai menggayung sepedanya, semelir angin mulai menerpa wajah mereka dengan lembut.
Chika yang berniat berdiri membuat aran sedikit oleng.
Chika terkekeh kecil, sedangkan aran hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Mau mgepain berdiri berdiri gitu, nanti jatoh"ucap aran.
"Enak tau kena angin, sejuk udaranya"ucap chika memeluk leher aran.
Aran hanya tersenyum senang mendengar ucapan dari chika. Dirinya sagat bersyukur memiliki seorang kekasih yang dapat menerima dirinya apa adanya.
"Lain kali kita kayak gini lagi ya.."pinta chika, ia menaruh dagunya di kepala aran. Posisinya masih tetap sama, chika masih berdiri dan kedua tanganya melingkar di leher aran.
"Iya iya, kamu yang bener nanti jatuh"ucap aran.
"Enak begini tau..."
Tak berapa lama, mereka berdua sampai di depan rumah chika. Chika turun dari sepeda aran.
Ia tersenyum senang ke arah aran karena hari ini dirinya sangat bahagia. Sesederhana itu dirinya merasa bahagia bersama kekasihnya.
"Kenapa senyum senyum gitu hm!"ucap aran mencubit pipi chubby milik chika.
"Enggak papa, makasih ya untuk hari ini"ucap chika malu malu.
Aran terkekeh kecil."iya iya, udah gih sana masuk udah sore, aku juga harus kerja nanti malem"
Chika menganggukan keplanya mengerti."kamu jangan ngebut ngebut ya naik sepedanya"
"Iya sayang"ucap aran.
Pipi chika mendadak panas, menampilkan rona merah di sana. Dengan secepat kilat ia berlari masuk kedalam rumahnya meninggalkan aran di sana.
Bodo amat yang penting dirinya tidak ketahuan sedang salting.
"Lah di tinggalin"gumam aran.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia? (Chikara) [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[PART SELANJUTNYA ADA DI NOVEL] (Proses Revisi) Tuhan menciptakan aku untuk membuat orang lain bahagia ~Aran~