🌗
"Kau yakin dia akan datang kembali?"
Kepala Draco tidak beralih sedikit pun dari jendela yang ada di dalam ruang kerjanya. Sejak kembali bekerja, yang bisa dilakukannya hanya diam dan memandangi langit di luar.
"Sampai kapan kau akan diam seperti itu? Terlalu banyak yang harus kau kerjakan, Draco." Suara Blaise kembali terdengar yang mana kali ini seolah sudah lelah menghadapi Draco yang tak kunjung bersuara.
"Tinggalkan aku sendirian, Blaise. Aku sedang tidak semangat bekerja," sahut Draco yang kini justru memejamkan matanya dan berusaha mengabaikan apa pun yang terlintas di pikirannya.
"Pansy sudah menceritakan semuanya padaku, dan seperti dugaanku sebelumnya, kau mulai jatuh hati pada Luna. Tidakkah seharusnya kau lebih meyakinkan Luna agar dia mau kembali ke sini," ujar Blaise yang tetap bersuara walau mendapat tatapan tajam dari Draco.
"Oh, berhentilah berbicara, Blaise dan tinggalkan aku sendirian!" usir Draco yang tidak dipedulikan oleh Blaise.
"Kau tidak bisa mengusirku karena kau harus segera menyelesaikan pekerjaanmu, Draco. Kau tahu aku sudah tidak sanggup mengambil alih pekerjaanmu."
Bukannya merespon ucapan Blaise, Draco justru bangkit berdiri dan langsung memakai mantelnya. Belum sempat dirinya hendak berteleportasi, tangan Blaise dengan cepat mencegatnya.
"Mau ke mana kau? Tidakkah kau mendengarkan semua ucapanku sebelumnya? Kau harus bekerja, Draco. Banyak yang harus kau selesaikan," keluh Blaise yang tengah memprotes tindakan Draco barusan.
"Kau bisa mengurusnya untukku sementara waktu, Blaise. Aku percaya padamu," sahut Draco sembari melepas pegangan tangan Blaise dan langsung ber-apparated ke tempat lain.
Sebenarnya Draco tidak mempunyai tujuan. Yang dilakukannya hanya ingin menghindar dari pekerjaannya dan juga Blaise yang mana terus-terusan mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya. Dirinya butuh waktu sendiri sekarang.
Langkah kakinya berhenti tepat di depan kediaman milik keluarga Lovegood, tepatnya kediaman yang kini sepenuhnya menjadi milik Luna. Kedatangannya membuat Kreacher keluar dari dalam rumah dan langsung menghampirinya.
"Sepertinya aku salah memilih datang ke tempat ini," keluh Draco begitu melihat Kreacher menatap tajam ke arahnya.
"Kau belum menemukan keberadaan Miss Luna, Mr. Malfoy?" Suara ketus milik Kreacher kini mulai terdengar.
"Dia belum mau pulang ke sini. Beri dia waktu dan tinggalkan aku sendirian," jawab Draco sekaligus mengusir Kreacher.
Dari sebanyak peri rumah yang ditemuinya, hanya Kreacher satu-satunya peri rumah yang begitu ketus padanya. Kreacher hanya mendengarkan perkataan ibunya saja, dan Draco sedikit bersyukur peri rumah itu kini mulai meninggalkannya sendirian.
Entah apa yang membawa Draco pergi ke kediaman milik Luna. Dirinya butuh waktu untuk menenangkan dirinya sendiri, walau dirinya tidak tahu apa yang membuat dirinya tidak tenang.
"Sebenarnya apa yang aku harapkan dari gadis itu?"
Langkah kaki Draco pun membawanya ke hutan dekat dengan kediaman Luna. Hutan di mana dirinya secara tidak sengaja bertemu dengan Luna dan berakhir mengetahui kondisi kediaman gadis itu. Mengingat momen tersebut membuatnya mengembuskan napas berat dan memilih duduk dan menyandarkan punggungnya di salah satu pohon besar yang ada di sana.
"Mr. Malfoy!"
Mata Draco langsung terbuka begitu mendengar ada yang memanggilnya. Dirinya cukup terkejut karena matahari mulai tenggelam. Entah sudah berapa lama dirinya terlelap di bawah pohon tersebut dan menyadari Kreacher menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ditebaknya.
"Aku pulang, Kreacher. Terima kasih sudah membangunkanku," cetus Draco yang langsung ber-apparated kembali ke kamar miliknya.
Setelah seharian tidur di bawah pohon, Draco merasakan tubuhnya terasa cukup segar setelah dirinya selesai membersihkan dirinya. Rasa bosan tiba-tiba menghampirinya dan membuatnya memutuskan untuk mengajak teman-temannya berkumpul. Setidaknya ia bisa bersenang-senang, melampiaskan kegundahan hatinya.
"Kau sudah gila? Berapa banyak yang kau minum!" celoteh Pansy yang baru saja datang bersama Theo langsung menyambar botol firewhisky yang dipegang Draco.
"Lama sekali," keluh Draco yang kembali mengambil botol firewhisky yang masih baru.
"Awalnya aku tidak percaya dengan cerita Pansy, tetapi melihatmu seperti ini aku baru menyadari jika kau benar-benar tengah jatuh cinta," sahut Theo yang juga merebut minuman dari tangan Draco.
"Siapa yang sedang jatuh cinta, Theo. Aku tidak sedang jatuh cinta," racau Draco.
"Terus saja menyangkalnya, Draco!" keluh Pansy yang hanya menatap sinis ke arah Draco.
Tiba-tiba pintu ruangan yang dipesan Draco terbuka, membuat Theo langsung bangkit dan menunjuk ke arah Draco yang sudah hampir hilang kesadarannya.
"Lihat bosmu itu, Blaise. Entah sejak kapan dia menjadi lemah masalah cinta seperti ini!" protes Theo.
Melihat Draco yang mulai meracau kembali membuat Blaise memijat keningnya. Satu pukulan keras pun mendarat di lengan kiri Draco, membuat Pansy yang berada di sana cukup histeris.
"Astaga Blaise, bukannya kau terlalu berlebihan," sahut Pansy yang cukup khawatir melihat Draco yang menggosok lengannya karena pukulan dari Blaise barusan.
"Dia layak mendapat pukulan dariku!" Blaise lagi-lagi memukul lengan Draco membuat pemuda itu mengadu kesakitan. "Kau menyusahkan saja! Kau tahu besok kita harus rapat bersama klien dan kau mabuk seperti ini!"
Mendengar dan menyaksikan sendiri kekesalan Blaise tidak membuat Theo dan Pansy menghentikan pukulan-pukulan kecil dari Blaise. Theo hanya bisa tertawa, sedangkan Pansy hanya mengembuskan napas beratnya karena tahu jika Blaise pasti sudah sangat putus asa. Yang bisa dilakukan mereka bertiga hanya mengantarkan Draco pulang ke rumah, membiarkan kedua orang tua Draco yang mengambil alih kekesalan teman-temannya.
"Draco!" teriak sang ibu begitu ketiga temannya menghilang dari hadapan kedua orang tuanya.
Dalam keadaan mabuk berat sekalipun, Draco bisa merasakan amarah yang begitu besar dari sang ibu. Kepalanya sudah terlalu pusing untuk menghadapi amarah sang ibu dan memutuskan mencari cara untuk menghindar.
"Oh, aku muntah!" seru Draco yang langsung menghilang dari hadapan kedua orang tuanya.
🌗
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason to Stay
Fanfic[Draco Malfoy & Luna Lovegood] Lima tahun setelah perang melawan Voldemort, dunia sihir jauh lebih aman dibandingkan sebelumnya. Butuh waktu lebih dari dua tahun untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki kerusakan akibat perang. Semua tampak jauh...