26. Lambang Empat Bintang

79 14 2
                                    

"Empat bintang?" Windy mengambil stempel di tangan Saga dan melihatnya.

"Kalau begitu ayo kita berbicara." Jeremy terlebih dulu keluar dari ruang kerja Trezio.

"Ada apa sebenarnya ini?" Bisik Windy kepada Saga.
"Biar Putra Mahkota yang menjelaskan. Ayo keluar dari sini." Saga menarik tangan Windy dan akhirnya mereka keluar ruangan sambil membawa stempel milik Trezio.

Sesuai usul Windy,mereka akhirnya mengobrol di ruangan yang terletak tepat di sebelah kamar Windy.
Ruangan yang cukup gelap dengan ukuran yang tidak terlalu besar itu memang cocok sebagai tempat diskusi.

"Sekali lagi aku mohon padamu Yang Mulia,tolong rahasiakan ini dari siapapun." Ucap Jeremy.

Windy menganggukan kepalanya, "Aku berjanji."

"Kau ingat orang yang menyerang kami tadi?" Tanya Jeremy.
"Tentu saja. Aku yang membunuh mereka." Jawab Windy dengan enteng nya.

Saga sedikit meringis mendengar ucapan Windy yang dengan mudahnya mengakui telah membunuh seseorang.

"Dipakaian mereka ada sebuah lambang yang aku duga adalah milik orang yang menyuruh mereka." Jeremy mulai menjelaskan.

"Tunggu,"
"Jangan bilang bahwa lambang itu adalah..."

Windy menatap stempel karet yang dibawanya tadi dan mengamati nya dengan detail.

"Sayangnya itu benar. Lambang empat bintang di pakaian orang yang menyerangku dengan lambang cap milik Trezio itu sama persis." Jeremy mengangguk.

Putri Windy tentu saja tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Pikiran nya menolak percaya bahwa Pangeran Trezio adalah otak dari penyerangan Pangeran Saga dan Putra Mahkota.

"Kau tidak mempercayai ucapan Putra Mahkota?" Tanya Saga.
"Bukan seperti itu. Aku sangat terkejut mendengarnya." Jawab Windy.

"Wajar kau terkejut. Trezio adalah anak yang polos dan sangat baik. Lagipula aku harus terus menyelidiki ini agar semuanya bisa jelas." Sahut Jeremy.

"Aku penasaran,apakah setiap pangeran memiliki lambang khusus?" Tanya Windy.

Jeremy menganggukan kepalanya,"Setiap pangeran diberikan lambang masing-masing."

"Setiap lambang memiliki arti benda langit yang hadir di hari kelahiran nya. Putra Mahkota memiliki lambang satu bintang,aku bulan purnama,lalu Antonio dua bintang,Holland tiga bintang,Trezio empat bintang,James dengan lambang bulan sabit,dan Joshua dengan bulan separuh." Sambung Pangeran Saga.

"Woah,itu mengesankan. Kami disini hanya diberi ciri khas dari warna yang dimiliki oleh inti kekuatan kita. Sama hal nya dengan warna Giok yang diberikan oleh ayah. Putri Mahkota berwarna merah muda,Sherinn berwarna kuning,aku sendiri berwarna biru,Joanne berwarna hijau dan si bungsu dengan warna ungu." Balas Windy.

"Tak perlu merasa rendah diri Yang Mulia. Setiap orang memiliki ciri khas dengan keistimewaan yang berbeda." Ucap Jeremy tersenyum.

"Kalian sedang apa? Sepertinya pembicaraan kalian sangat serius."

Reve mengintip dari pintu dan tak lama ia terkena lemparan bebatuan dari tangan Putra Mahkota Jeremy karena terkejut dengan kehadiran nya.

"Oh sial. Kenapa setiap bertemu mereka aku selalu seperti ini?" Gumam Reve.

"Hei! Kau selalu mengejutkan kami!" Keluh Saga.

"Ya mau bagaimana lagi,wujudku memang seperti ini." Reve mengedikan bahu nya.

"Tak bisakah kau mengubah wujudmu? Misalkan jadi seekor binatang yang lucu?" Tanya Jeremy.

"Tidak! Reve adalah serigala! Tidak tidak tidak! Dia tidak boleh mengubah wujudnya!" Windy beranjak lalu mengelus kepala Reve.

"Kau bahkan tidak takut dengan nya?" Jeremy bergidik ngeri.
"Untuk apa takut,dia anak yang penurut walaupun terkadang menyebalkan." Balas Windy.

"Harga diriku sebagai pusaka Fiestar ketika bersama mereka mendadak hilang." Batin Reve.

"Yang Mulia,aku dan Kaisar akan pergi menemui Tuan Muda Harles dari bangsawan Karl. Daniel akan ikut bersama kami. Putri Yemi sedang melakukan kunjungan ke sebuah tempat,Putri Joanne masih di akademi dan Putri Sherinn tidak akan pulang malam ini. Tak apa kau sendirian?" Reve menatap Windy.

"Wahh rasanya aku seperti pengangguran disini. Tak bisakah ayah memberikan aku sebuah pekerjaan?" Keluh Windy.

"Apa keahlianmu selain bertarung Yang Mulia? Jujur saja kau masih harus mengembangkan banyak hal jika ingin secara resmi mendapatkan pekerjaan sebagai Putri Fiestar." Balas Reve.

Memang sedikit sakit,tapi apa yang diucapkan Reve ada benar nya.
Selama ini Windy hanya tahu cara bertarung dan membunuh orang. Hal-hal penting terkait dasar seorang Putri Kerajaan dia tidak terlalu menguasai apapun kecuali sihir penyembuhan.
Menjadi diam setelah mendengar ucapan Reve,Windy langsung meninggalkan Jeremy dan Saga lalu masuk ke kamar nya lalu membanting pintu.

Saat Saga akan menyusul,tangan Reve mencegah nya. "Biarkan dia sendiri. Dia perlu merenungkan banyak hal agar dia tidak lagi menjadi pribadi yang sembrono."

"Tapi..." Pangeran Saga ragu.

"Percaya padaku. Kau hanya perlu menjaga nya dengan baik. Putri Windy bukan orang yang akan memgambil tindakan bodoh ketika kesal. Jadi kau tenang saja." Reve tersenyum.

"Yang Mulia,bisakah anda tetap disini sampai Putri Mahkota dan Pangeran Trezio pulang?" Tanya Reve menatap Jeremy.
"Justru tujuan aku berkunjung adalah ingin mengunjungi Trezio. Jadi aku akan menunggunya pulang." Jawab Jeremy.

"Baguslah,aku dan Kaisar bisa pergi dengan tenang. Kalau begitu aku pamit. Sampai jumpa!"

Reve langsung menghilang setelah mengucapkan pamit. Kini tatapan Pangeran Saga terus berfokus pada pintu kamar Putri Windy.
"Apakah benar dia akan baik-baik saja?"

"Sudahlah,ayo kita diam di gedung samping. Dari sana kita melihat langsung ke arah kamar Putri Windy dari luar." Ajak Jeremy.

Setuju dengan ajakan Putra Mahkota,akhirnya Saga menurut dan mereka pergi berdiam diri di gedung sebelah sambil menyantap hidangan teh dan kue yang disajikan oleh pelayan kerajaan.

"Aku tidak yakin bahwa Putri Windy sebodoh itu." Ucap Pangeran Saga.
"Aku juga tidak percaya bahwa dia belum banyak menguasai dasar-dasar seorang Putri." Balas Putra Mahkota Jeremy.

Saat Pangeran Saga dan Putra Mahkota asyik mengobrol,terlihat dari arah kamar Windy sebuah cahaya berwarna biru bersinar terang menyatu dengan suasana sendu senja.

Pangeran Saga langsung beranjak lalu berlari dan nekad naik memanjat tembok menuju balkon kamar Putri Windy. Saat Pangeran Saga membuka paksa kaca jendela, ia melihat Putri Windy yang sedang duduk bersila dengan tangan yang terlipat di dada.

"Yang Mulia! Apa yang kau lakukan?!!"

TBC

Nah loh,Windy ngapain tuh?

Terima kasih sudah mampir membaca ya~
Jangan lupa untuk Vote,Comments dan Share cerita ini. Mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam pengetikan.
Thank You~

Dark Velvet ; All I Wanna Do [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang