After Five Years

100 3 16
                                    

Sebuah notifikasi muncul pada saat diri sedang bergurau pada teman-teman. Perhatianku teralihkan oleh ponsel itu. Lantas segera tersenyum karena melihat kontak Ayah yang mengirim pesan.

Ay, ini tulisanmu Nak?

Sebaris kalimat itu langsung membuat jantungku berdegup takut, takut kalau Ayah akan kecewa karena aku berani menuliskan kisah ini. Akhirnya apa yang kusimpan kelak akan ditemukan. Aku menduga bahwa Ayah mencari tahu buku itu melalui akun media sosial Kakak-kakakku, sebab Ayah tidak pernah tahu akun medsos yang kugunakan.

Maafkan ayah lahir dan batin, Nak. Ayah sungguh menyayangimu. Ada banyak hal yang ingin Ayah ceritakan padamu, namun tidak bisa.

Pesan itu kembali masuk. Aku hanya mampu membacanya dari balik layar ponselku. Permintaan maaf yang Ayah kirim tentu bukan pertama kalinya. Namun faktanya selama ini aku hanya mengiyakan tanpa penerimaan maaf yang semestinya diperjelas. Aku terlalu takut untuk memaafkan padahal hatiku masih sakit. Namun rasanya kali ini beda, rasanya sudah begitu lega juga tenang. Hubungan ini masih terjalin baik semenjak aku memutuskan untuk menerima semuanya. Ada satu kebahagiaan dimana aku mulai mendapatkannya kembali, yaitu sering bertemu Ayah, jalan-jalan kemanapun bareng Ayah, makan sate ayam kesukaan kita, dan masih banyak. Perasaan hangat yang sudah lama tidak kurasakan ini membuatku sadar kalau maaf itu harusnya sudah kuterima sejak dulu. Sakit hati itu berubah menjadi ikhlas yang lebih luas karena Ibu selalu menasehatiku. Perasaan menerima ini semakin muncul ketika sadar Ayah masih disini, menyayangiku, tetap menganggapku gadis kecilnya dan itu membuatku yakin kalau apa yang terjadi tidak akan mengubah kasih sayang Ayah untukku. Maka waktu itu, jariku bergerak membalas pesannya.

Ayra sudah memaafkan semuanya, Ayah.

Kalimat itu akhirnya kusampaikan setelah lima tahun. Kalimat yang mungkin Ayah tunggu-tunggu sejak dulu, dan aku baru berani membalasnya hari ini.

Terima kasih Nak, Ayah sangat berterima kasih atas keluasan hatimu. Maafkan Ayah sayang, kamu tetap jadi anak Ayah yang tersayang.

Tidak ada yang lebih bahagia daripada membaca pesan penuh lega itu. Kisah ini harusnya berakhir disini ketika tokoh anak dan Ayah saling menerima atas apa yang sudah terjadi. Percaya atas skenario indah yang sudah Allah berikan. Saat ini jauh lebih bahagia.

Palu, 18 Februari 2023

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang