"Sssttt.. Tenanglah, Kakak tau apa yang kamu rasa." ucap Kak Rizky pelan sambil mengelus punggungku.
"A..ay... Ta...kutt." ucapku terbata akibat tangisan yang belum reda.
"Berdoalah kepada Allah, pasrahkan semuanya. Tidak ada ujian yang dia berikan melewati batas kemampuan hamba-Nya."
Aku tidak dapat menghentikan tangisku, perkataan Kak Rizky seolah menyampaikan jika apa yang tadi kudengar benar-benar terjadi.
"Kita pulang ya, Ibu pasti sudah khawatir."
Aku melepaskan pelukan Kak Rizky dan menatapnya "Apa Ibu tau jika tadi Ay denger dia berbicara sama Ayah?"
"Insyaa Allah tidak. Ayo pulang!"
Aku dan Kak Rizky bangkit dari duduk dan berjalan meninggalkan ombak yang masih memanggil ke arah sana.
"Ay takut Kak." ucapku saat sampai di depan rumahku.
"Nggak apa. Ayo." Kak Rizky menjulurkan tangannya kepadaku.
Aku membalas juluran tangannya dan mengikuti di belakangnya.
"Ayra. Kamu dari mana? Kamu nggak kenapa-napa kan?" ucap Ibu khawatir.
"Ayra nggak apa kok Bu. Tadi dia cuma main di pantai sebentar. Untung aja nggak mandi, kalau mandi udah pasti aku jewer." ucap Kak Rizky mencoba mencairkan suasana.
Aku menatapnya dengan kesal.
"Kenapa mata kamu merah dan bengkak? Kamu habis nangis?" tanya Ibu lagi.
"Tadi main tantangan liatin bawang merah Bu, si Ayra nekat mau nurutin permainannya. Alhasil mata dia udah gini." lagi-lagi Kak Rizky yang menjawabnya.
Ibu mengangguk paham lantas menyuruhku untuk segera mandi dan dia segera meminta Kak Rizky untuk berbicara dengannya di ruang tamu. Aku tidak ingin mendengarkan atau mengetahui apa yang lagi mereka bicarakan.
Setelah mandi, kakiku melangkah ke ruangan belajarku. Aku berencana mengedit foto bersama teman-temanku di sekolah tadi.
Tok...
Tok.."Ay, dicariin Arafah tuh." Ucap Kak Rizky dari luar pintu ruanganku.
"iya." jawabku.
Aku meninggalkan pekerjaan yang belum selesai kukerjakan dan segera menemui Kak Ara.
"Kenapa Kak?" tanyaku sudah sampai di kamarku.
"Taraaa..!!" teriaknya yang langsung membuka sebuah kotak berukuran sedang berisikan kue ulang tahun.
"Ini buat siapa?" tanyaku polos.
"Buat tetangga kita." Jawab Kak Ara kesal.
"Trus kenapa dibawa kemari?"
"Buat kamu AYRA SHIRLY ALNAIRA!" ucapnya sedikit penekanan di namaku.
Aku tersenyum lantas memeluknya "terima kasih Kakak Arafah Mahfuza yang cantik, baik hati dan tidak sombong." godaku.
"Udah dramanya. Sana manggil Ibu sama Kak Rizky buat potong kue bersama."
Aku mengangguk dan memanggil Ibu yang sedang berbicara sama tetangga dan Kak Rizky yang sedang main Game online.
"Waahh!! Kelihatannya enak nih, beli dimana Ra?" tanya Kak Rizky.
"Di toko kue lah Kak, masa di toko baju."
Aku dan Ibu lantas tertawa mendengar jawaban dari Kak Ara. Sedangkan Kak Rizky hanya berdecak kesal.
"Oke, ini sudah selesai potongnya. Sekarang tinggal nyuapin." ucap Kak Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]
Non-Fiction[Cerita diangkat dari kisah nyata] Mereka bilang cinta pertama mereka adalah Ayah. Mereka bilang laki-laki yang tidak pernah menyakiti adalah seorang Ayah. Tapi kenapa tidak denganku? Kenapa justru Ayah adalah patah hati pertama dalam hidupku? Satu...