(32)

1.5K 79 0
                                    

"Umur kamu berapa, Ay?" Tanya Della yang sedang duduk di depan mejaku.

"Hmm. Besok tanggal enam Februari, berarti empat belas tahun empat bulan." aku memang selalu menghitung bulan setiap tanggal enam, karena tanggal itu special untuk diriku sendiri.

"Kamu hitungnya tiap bulan?"

Aku mengangguk.

"Kenapa?"

"Suka aja."

"Berarti makin tua dong."

"Ih kamu." aku mengerucutkan bibir, pura-pura kesal.

"Jadi kalo nambah sebulan lagi, ngapain?"

"Gak ngapa-ngapain. Cuma aku specialin tiap tanggal enam di bulan-bulan yang akan datang."

"Oh gitu?"

Aku mengangguk.

•••

"Ibu?" teriakku mencari keberadaan Ibu.

"Di kamar." sahut Ibu.

Aku langsung menuju kamarnya dan mendapati dia sedang merapihkan baju yang di dalam lemari.

"Ada apa?"

"Besok sidang kedua, kan?"

Ibu mengangguk.

"Apa Ay boleh ikut?"

Ibu menggeleng, "Besok Ay sekolah."

"Tapi Ibu bilang sidangnya harus dihadiri oleh anak kandung?"

"Sidangnya bakal diajuin tiga kali. Jadi Ay bisa pergi nanti sidang tiga kali aja."

"Kapan?"

"Besok baru ditentukan."

"Ya sudah, gapapa. Ay mau makan dulu."

"Makanya telur ceplok aja ya? Ibu tadi gak beli ikan sama tempe."

"Iya nggak apa."

•••

"Besok sidang kedua. Kakak pergi?" tanyaku pada Kak Ara.

"Iyalah."

"Tapi kata Ibu gapapa kalo nggak pergi, nanti sidang ketiganya aja baru dihadiri."

"Ya mau-mau Kakak dong perginya kapan aja."

"Ih kalo Kak Ara pergi, Ay di rumah sama siapa?"

"Kak Rizky."

"Kak Rizky nggak pergi?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Malas katanya."

"Ya udah deh, berarti besok Ay sama Kak Rizky gak hadir di sidang Ibu."

"Kenapa sih? Bukannya kemarin-kemarin nggak mau datang ke sidang? Kenapa hari ini kayak pengen banget kesana?"

"Ya aku mau pergi di anjungan nusantara Donggala, Kak. Disana tuh pemandangannya cantik, Ay suka. Aku yakin, kalau nanti Om Arif bakalan anter kita."

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang