(4)

2.3K 118 0
                                    

Hari ospek dimulai dengan game yang sangat membosankan. Sudah 2 hari ini, aku masih sulit dapat teman sekelas. Bad mood! itulah yang kurasa sejak pagi, namun karena aku menghargai kakak pengurus osis makanya mau tidak mau aku harus tetap main.

Sial. Gerutuku saat permainan game lempar kertas tepat jatuh padaku. Permainan itu adalah mengoper kertas dengan menyanyikan sebuah lagu, apabila lagunya telah habis dan berakhir dengan seseorang, maka seseorang itu harus digombal atau menggombal kakak pria/wanita Osis.

"Jatah kamu tuh Di." ucap salah satu teman Kak Adi.

Oh iya, yang bikin tambah moodku jelek juga adalah dia. Si Wakil Ketua Osis yang rela menukar namanya jadi pembina di kelasku. Sebenarnya dia adalah pembina ruang tiga, namun dia menggantikan posisinya sama Kak Dani yang jadi pembina di kelasku. Dan alasannya juga sudah tepat, karena ada AKU!

Dia menghampiriku. Aku menatapnya dengan ekspresi datar.

"Kenapa kamu gak balas chatku semalam?" tanyanya yang sudah duduk di kursi depanku.

"Kuotaku abis." jawabku dusta.

"Apaan sih Di, katanya mau gombal, kok malah nanya tentang chatan." kesal seorang Kakak perempuan yang namanya Ajeng. Aku tau karena melihat bros nama yang dia jepitkan di hijabnya.

"Suka-suka aku dong!" jawabnya ketus.

Dan itu membuatku hampir saja tertawa.

•••

Akhirnya masa ospek selesai. Ramadhan pun meninggalkan kita semua dalam waktu sebelas bulan kedepan. Aku bernafas lega plus senang, hari ini Aku, Ayah, Ibu dan juga Kakakku ke kota untuk beli perlengkapan sekolahku.

"Kamu mau beli buku yang gimana? Barbie? Doraemon? Bola? atau yang lain?" tanya Ayah menunjuk satu persatu buku yang di atas meja.

"Yang ini aja." jawabku sambil mengambil buku bergambar doraemon.

Ayah langsung membayarnya, kemudian melanjutkan perjalanan membeli seragam. Hal yang kutunggu akan terjadi, memakai putih biru selama tiga tahun dan meninggalkan masa merah putih enam tahun.

"Gak kebesaran tuh?" tanya Kak Ara saat aku mencoba baju yang di ambil oleh Ibu.

"Nggak kok Kak, ini udah pas di badan aku, menurut Ayah gimana?" tanyaku pada Ayah yang sedang memilih dasi.

"Cocok kok sama kamu."

"Tuh, Ayah aja jawabnya cocok. Mata Kakak kali yang rabun." tawaku diakhir kalimat.

"Terserah deh!"

Hari yang melelahkan pun selesai. Untuk waktu istirahat kami memutuskan untuk makan di sebuah warung dekat toko baju seragam sekolahku. Betapa senangnya aku saat melihat beberapa kali perlengkapan sekolah yang akan kupakai.

Cepatlah datang senin! ucapku dalam hati.

"Kamu mau makan apa?" tanya Ayah padaku.

"Disamain aja sama Ayah." Jawabku.

Aku satu meja dengan Ibu dan juga Kak Ara, sedangkan Kak Rizky dan Ayah di meja seberang.

"Bu, kalau aku perhatiin Ayah udah tua ya?" tanya Kak Ara memperhatikan Ayah yang sedang makan.

Aku menoleh ke Kak Ara, "Ayah emang udah tua, dan aku pengen cepet lulus biar bisa bahagiain Ayah sama Ibu." ucapku seraya tersenyum.

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang