(17)

1.7K 98 4
                                    

Aku mengira Ayah akan pulang seperti biasanya, hanya 2-3 hari. Namun ini kepergian terlamanya, seminggu sudah rasa bersalahku menumpuk karenanya. Seminggu sudah tidak ada yang tahu keberadaannya, bahkan Ibu dan Kak Ara saja tidak menemukannya dimanapun.

Apa yang sebenarnya Ayah lakukan? Dimana dia sekarang? Ayah berubah.. Ayah berubah.. Batinku.

"Malam ini Ibu akan pergi mencari Ayah. Kamu baik-baik sama Kak Rizky di rumah ya?" ucap Ibu sambil mengelus lembut pipiku.

Aku hanya mengangguk.
"Bu?"

"Iya."

"Apa Ayah akan meninggalkan kita?" lirihku.

"Tidak sayang. Ayah pasti akan pulang. Ibu akan berusaha untuk mencarinya."

Aku mengangguk dan berjalan masuk ke ruang belajarku.

"Dek." ucap Kak Rizky sambil menyembulkan kepalanya di pintu.

Aku menoleh, "apa?"

"Kakak keluar sebentar ya, nggak lama kok."

"Mau kemana?"

"Ke rumah temen, tapi bentar aja. Jaga rumah dulu ya."

Aku mengangguk dan melanjutkan menulis di buku diary milikku yang bersampul 'catatan Ayra' dengan perpaduan warna cokelat muda dan gambar teddy bear. Buku diary itu adalah pemberian Ayah sejak aku pertama kali mendapatkan prestasi pertama di kelas 1 Sekolah Dasar. Aku sebenarnya belum tahu jika aku mendapatkan prestasi pertama, namun ketika temanku tak sengaja bertemu dengan Ayahku dan memberitahu jika aku mendapatkan prestasi itu. Ayah yang pulang kantor langsung memeluk dan menciumku.

"Ayah kenapa begitu senang hari ini?" tanyaku saat itu.

"Selamat ya sayang."

"Selamat buat apa? Ulang tahun Ay kan masih lama."

"Nggak, bukan karena itu. Selamat karena kamu mendapatkan prestasi pertama di kelasmu. Ayah bangga sama kamu!"

"Prestasi? Prestasi apa yang Ayah maksud?" tanyaku polos.

Ayah tersenyum tipis mendengar pertanyaanku yang begitu polos dan berkata, "prestasi itu adalah tingkat belajarmu yang lebih unggul daripada teman-temanmu di kelas, dan kamu memenangkan itu."

"Benarkah?"

"Iya sayang."

"Kok Ay nggak tau?"

"Kamu kan sakit saat penerimaan rapor dulu, untung aja ada teman kamu yang memberitahu Ayah. Dan, karena kamu sudah berhasil membuat Ayah senang hari ini, Ayah memberikan kamu hadiah."

"Hadiah apa? Tapi Ay kan nggak minta hadiah."

"Ini bonus buat kesayangan Ayah, jadi walaupun nggak minta harus diberikan kepada orang yang tersayang."

"Horeee.. Berarti Ay boleh beli apa aja dong?"

"Ayah udah beliin."

"Yaa, kok udah dibeliin? Ay kan mau es cream, emang Ayah belinya es cream?"

"Nggak, tapi Ayah beliin ini buat kamu." ucap Ayah sambil menyodorkan buku diary bersampul teddy bear itu.

Mataku berbinar saat melihatnya, "ini buat Ay?"

"Iya."

"Kok Ayah tahu kalau Ay suka banget sama buku diary?"

"Kan kamu pernah cerita sama Ayah, kalau besar nanti kamu pengen jadi penulis novel dan puisi yang terkenal di dunia. Jadi, kamu bisa menulis apapun pada lembaran buku ini. Mencurahkan apapun dalam isi hati kamu ketika kamu tidak mampu menyampaikannya dengan lisan. Kamu mengerti sayang?"

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang