Hari libur telah tiba, dan itu artinya aku akan segera pergi liburan di rumah Tanteku.
Mungkin tidak disebut liburan, sebab yang aku datangi pun adalah rumah. Bukan pantai ataupun tempat wisata lainnya. Tapi biarlah, toh juga yang penting keluar desa.
"Semuanya udah ada dalam tas?" tanya Ibu yang membantuku mengemas pakaianku.
"Sudah Bu."
"Jam berapa Linda jemput kamu?"
"Jam 10. Setengah jam lagi dia bakal sampai."
"Kamu beneran nggak apa kalau ditinggalin Linda sendirian di rumahnya?" tanya Ibu kesekian kalinya. Pasalnya, Kak Linda masih masuk kuliah. Dan adiknya pun pergi liburan dengan teman-temannya, sedangkan Ayah dan Ibunya bekerja. Itu sebabnya hanya aku yang akan tinggal di rumah itu. Itu pun hanya berapa jam saja, jika sudah malam Tante Suci dan suaminya sudah pulang kerja. Kak Linda kadang pulang rumah kadang tidak, dikarenakan ujiannya akan sebentar lagi.
"Nggak apa Bu. Lagian kan aku nggak mungkin dibonceng Kak Ara sama Ibu. Entar bukannya sampe di rumah Tante Suci, kita bertiga malah ngadapin polisi di jalan."
Ibu mengangguk pelan.
"Ibu nggak usah khawatir, aku bisa tutup mulut untuk masalah ini."
Ibu menatapku lamat-lamat, detik kemudian dia mengangguk seraya tersenyum kepadaku.
•••
Kini aku sudah duduk di kursi depan dalam mobil bersama Kak Linda yang mengemudinya. Siap berangkat ke rumahnya dan menuju wali kota yang sudah berbulan-bulan tidak kudatangi. Ya, rumah Tante Suci ada di kota. Dan itu berarti jarakku dengan Ayahku pun sangat dekat. Tapi untuk situasi seperti ini, tidak mungkin jika aku meminta Kak Linda mengantarkan aku bertemu dengan Ayah. Entar masalahnya makin besar.
"Kak Ara sama Tante kapan nyusul?" tanya Kak Linda.
Aku menoleh dari pandanganku ke arah luar jendela dan menatapnya, "Minggu depan."
"Deket mana sih rumahnya Tia itu? Kok aku yang sekompleks dengannya nggak tahu, ya?"
"Deket banget kok dari rumah Kak Linda. Tapi kalo aku jelasin kayaknya susah deh. Nanti kalau mau putar ke lorong rumah Kak Linda jangan di lorong swalayan. Kita putar di lorong asrama putra aja. Biar nanti aku tunjukin mana rumahnya. Oke?"
Kak Linda mengangguk. Setelahnya dia memutar musik islami. Dan aku masih terus menatap lalu lalang kendaraan di jalan.
🌿🌿🌿
"Dek.. Bangun Dek. Udah sampe nih." Kak Linda menepuk-nepuk pipiku.
"Eunggh." aku mengucek-ngucek mataku dan melihat sekitarku.
"Loh? Udah sampe Kak?" itulah kebiasaan yang selalu tertanam pada diri ini. Jika sudah naik kendaraan dan bepergian, pasti aku akan tidur di perjalanan."Ngantuk banget ya? Nanti lanjutin tidur di kamar."
"Yahh, padahal tadi niatnya mau ngasih tahu Kak Linda rumah Kak Tia. Eh nih mata nggak bisa diajak kompromi, pake acara ngantuk lagi."
"Udah gapapa, lagian bukannya kamu selalu tidur di perjalanan ya?"
Aku menyengir kuda menanggapi perkataan Kak Linda.
Aku turun dari mobil dan membawa tas ranselku. Kulirik jam di handphoneku yang menunjukkan pukul 15.25
"Kamu langsung bersihin badan aja gih Dek. Aku mau masak dulu." ucap Kak Linda seraya melepaskan jilbabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]
Nonfiksi[Cerita diangkat dari kisah nyata] Mereka bilang cinta pertama mereka adalah Ayah. Mereka bilang laki-laki yang tidak pernah menyakiti adalah seorang Ayah. Tapi kenapa tidak denganku? Kenapa justru Ayah adalah patah hati pertama dalam hidupku? Satu...