(11)

1.7K 109 2
                                    

"Ibu kenapa?" tanyaku lirih.

"Ibu sakit?" tanya Kak Ara.

Ibu menggeleng cepat.

"Ayah kemana, Bu?" tanyaku yang sudah duduk disampingnya.

"Kantor."

"Apa ada urusan mendadak lagi?"

"Entahlah, Ibu juga tidak tau."

"Apa Ibu sama Ayah sedang marahan?" tanyaku.

Sontak Ibu dan juga Kak Ara menatapku bingung.

"Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Kak Ara.

"Ah. Tidak, mungkin aku terlalu kepikiran sampai ke situ." ucapku, belum saatnya aku mengatakan tentang mimpiku. Apalagi saat melihat Ibu yang sedang terpuruk seperti ini.

"Jika kamu mendengar Ayah dan Ibu bertengkar, Ibu mohon kamu jangan khawatir dan peduli. Mungkin saja pertengkaran kami adalah sesuatu yang lain, bukan yang seperti kamu pikirkan. Ay harus pikir belajar saja!" ucap Ibu pelan namun tegas.

"Iya Bu. Ay akan giat belajar." ucapku sambil tersenyum.

•••

Aku khawatir dengan keberadaan Ayah yang selama dua hari ini tidak pulang kerumah dan memberitahu siapapun dimana ia berada.

Apa Ayah akan meninggalkan Ay? Apa Ayah akan meninggalkan Ibu, Kak Rizky dan juga Kak Ara?

Pemikiranku segera kutepis. Tidak mungkin Ayah akan meninggalkan aku dan juga Ibu beserta Kakakku.

"Masuk sekolahnya kapan Ay?" tanya Ibu yang sedang melipat baju bersama denganku.

Aku mendongakkan kepala "minggu depan Bu."

"Nanti kalau Ayah belum pulang, kamu jalan kaki dulu sama Nadya dan yang lain ke sekolah ya."

"I..ya Bu." ucapku kelu.

"Apa kamu tidak merindukan Ayah?"

Aku menatap dua bola mata Ibu dengan siratan aku sangat merindukan Ayah.

"Kenapa kamu nggak menelpon Ayah saja?" tanya Kak Ara tidur di ranjang.

"Enggak apa. Aku cuma takut ganggu Ayah saja." Ucapku dusta. Padahal selama berapa hari ini aku terus menghubunginya namun handphone Ayah di luar jangkauan.

•••

Tidak biasanya Ayah seperti ini. Aku yakin Ibu pasti menyembunyikan sesuatu yang sama sekali tidak kuketahui. Awal dari kejadian Ayah pergi sepertinya mereka sedang bertengkar lagi. Namun Ibu tidak pernah berbicara apa-apa saat kami menanyakan kenapa Ayah pergi.

Ingatan mimpi dulu kembali datang menghampiriku. Aku memejamkan mata sejenak, mengusir mimpi buruk itu.

"Ay."

Aku menoleh "Ibu?"
"Kenapa?"

Ibu mendekatiku dan duduk di samping meja belajarku.

"Apakah kamu tidak curiga sama Ayah?" ucapnya dengan khawatir.

"Curiga? Curiga apa yang Ibu maksud?"

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang