(22)

1.6K 89 0
                                    

"Aku pergi." ucapku pada Kak Rizky yang mengantarku ke sekolah.

Kak Rizky mengangguk. Setelahnya dia melajukan motornya.

Baru saja kakiku melangkah ke gerbang sekolah, namun tiba-tiba manik mataku menangkap kedatangan adik kelasku dengan orang tuanya.

"Pa, nanti kalau aku dapet prestasi lagi. Mau dibeliin apa?" tanya gadis itu kepada Ayahnya sembari duduk di dekat pos satpam sekolahku.

"Rahasia dong." jawab ayahnya.

"Kok gitu sih? Aku kan maunya nentuin sendiri yang pengen kubeli nanti."

"Tahun-tahun kemarin kamu yang nentuin mulu. Tahun ini Papa yang bakal nentuin!"

"Emang Papa tahu selera hadiah buat anak gadis itu apa?"

"Tahu dong! Kamu kan gadis Papa, pastinya bakal tahu.".

Gadis itu seketika memeluk ayahnya dengan kasih sayang. Beberapa kali dia mengucapkan terimakasih dan juga ucapan keberuntungan karena memiliki ayah sepertinya.

Tes...

Aku segera menepis kasar air mataku saat melihat kedatangan Nadya dan sahabatku yang lainnya.

"Hai." sapaku dengan suara sedikit bergetar.

"Ngapain berdiri disini? Masuk yuk." ucap Aini.

Aku menganggukkan kepala.

"Kamu nggak dateng sama Ayahmu?" tanya Fitrah.

"A..ayahku masih ada kerjaan di kota." jawabku seraya memaksakan senyum kepada Fitrah.

"Ibumu?"

"Ibuku...juga ada urusan."

"Kakak-kakakmu juga begitu?" tanya Nadya.

Aku mengangguk pelan.

"Kenapa nggak minta Om kamu yang dateng?" tanya Fitrah lagi.

"Nggak sempet. Udah nanyanya."

"Eh Ayra, rapor nggak bakal di kasih kalau wali murid kamu nggak dateng." ucap Nadya.

Seketika langkahku terhenti dan menoleh kepadanya, "Siapa bilang?"

"Loh? Kamu nggak baca? Kan di bawah sisi kanan undangan ditulis 'wajib wali murid untuk menghadiri'. Tapi wali muridnya bisa siapa aja selain Ayah. Kamu satu aja nggak ada yang dateng."

Wajahku panik mendengar perkataan Nadya.

"Eh Ay mau kemana?" tanya Ika saat melihatku sudah berlalu meninggalkan mereka.

"Aku ke kelas duluan ya." ucapku seraya berlari.

🌿🍁🌿

Aku membuka pintu kelas, mataku mencari keberadaan Isni.

"Yan, lihat Isni nggak?" tanyaku kepada Hayan.

"Tuh ada di belakang kelas lagi main hp."

Aku segera mencari keberadaan Isni di belakang kelas.

"Isni." ucapku yang langsung duduk di sampingnya.
"tolongin aku dong!"

"Kamu kenapa Ay?"

"Aku nggak bawa wali murid."

"Kamu kenapa nggak bawa wali murid? Bukannya di undangan ditulis wajib, ya?"

"Justru itu, aku nggak baca. Terus semua orang di rumahku ada urusan pergi."

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang