(24)

1.6K 88 2
                                    

"Ibu bawa baju yang mana buat Ay pake di pernikahan Kak Tia?" tanyaku saat Ibu baru datang di rumah Tante Suci.

"Baju yang kamu pake di acara wisuda Kak Arafah."

"Kenapa baju itu? Itu kan udah pernah Ay pake."

"Bajunya kan baru sekali Ay pake. Orang disini juga nggak bakal tahu kalau Ay pernah pake itu ke acara wisuda Kak Arafah."

Aku diam tidak menanggapi perkataan Ibu, yang kulakukan hanyalah keluar kamar dan menemui Kak Ara yang saat itu sedang berbicara dengan Tante Suci.

Langkahku terhenti di jendela ruang tamu saat mendengar pembicaraan Tante Suci dan Kak Ara.

"Kenapa Ayah kamu nggak ikut sekalian? Bukannya pesta ini dari keluarga pihak Papanya?"

"Ayah...ayah masih ada urusan di kota Tan, makanya Ibu aja yang ngewakilin dia."

"Bagus dong kalau Ayah kamu di kota. Jadi tambah deket lagi dong. Terus kenapa nggak sekalian pergi aja?"

"Eh? Maksud aku Ayah lagi di luar kota Tan."

Setelah Kak Ara mengatakan itu tidak ada lagi sahutan dari Tante Suci. Aku pun mengurungkan niat untuk menemui Kak Ara dan pergi menemui Ibu kembali.

"Bu?"

Ibu menoleh, "Kenapa?"

"Jika nanti ada yang menanyakan keberadaan Ayah. Apakah Ay harus jawab jika dia ada urusan di kota atau dengan jawaban lain?"

"Bukannya selama ini kamu terus menjawab jika ada yang menanyakan Ayah kepadamu?"

"Sepertinya Ay tepat jika dijuluki seorang pendusta sedunia."

Ibu menatapku dalam kemudian berkata, "Maafkan Ibu jika harus membuatmu menutupi semua ini. Ibu hanya ingin keluarga kita yang tahu."

"Kenapa Ibu begitu yakin jika Ayah akan pulang bersama kita?"

"Ayah sangat menyayangi anak-anaknya, dia tidak akan tega meninggalkan buah hatinya. Terlebih lagi kamu."

"Jika Ayah menyayangiku, dia sudah pasti pulang sejak dulu dan menghadiri acara pembagian raporku. Ayah tidak menyayangi anaknya, sebab itu dia tidak pulang bersama kita."

"Ayra. Jangan bicara seperti itu, dia Ayahmu. Tidak ada Ayah yang tidak menyayangi anaknya. Dia hanya melakukan kesalahan, seseorang akan berubah dari kesalahan itu. Jadi Ibu mohon kamu harus kuat dan jangan pernah bilang kalau Ayah tidak menyayangimu."

Aku menunduk dalam. Apa yang dikatakan Ibu memang benar, dia memang Ayahku tapi kenapa dia tega melakukan ini. Kenapa dia tega melukai hati anak-anaknya. Kenapa dia tega menyakiti Ibu.

"Ayra ajak Ibumu makan. Linda sudah pulang dan membawa mie bakso."

Kedatangan Tante Suci membuatku terkejut. Aku menatap Ibu takut, Ibu hanya memberiku isyarat melalu matanya jika Tante Suci tidak mendengarkan apa yang baru saja kami bicarakan.

Aku menoleh dan berjalan mendekati Tante Suci.

"Kak Linda bawa mie bakso? Padahal sudah berapa bulan aku mengidam-idamkan makanan itu. Ayo Ibu kita makan dulu. Oh iya, Kak Ara mana Tan?"

"Bantuin Linda nyiapin makanannya di meja. Ayo Erzy, kau juga harus makan."

Kami bertiga berjalan mendekat meja.

"Wah, keliatannya enak nih. Sejak berapa bulan dipikirin akhirnya muncul juga." ucapku yang langsung saja mengambil mangkuk dan menaruh beberapa bakso ke dalam mangkukku.

"Lapar atau doyan dek?" ucap Kak Ara sengit.

"Dua-duanya boleh."

"Sudah-sudah. Arafah kau juga harus makan." ucap Tante Suci.

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang