(16)

1.6K 97 0
                                    

Hari wisuda Kak Ara pun telah berlalu, sebelumnya aku begitu takut menyuruh Ayah pulang untuk menghadiri wisuda Kak Ara. Namun perkataan Ibu berhasil membuatku harus melakukannya tanpa ada kata tidak mau lagi.

"Jika bukan kamu siapa lagi yang mau Ayahmu percaya? Ayahmu tidak akan percaya dengan kata Ibu dan Kak Ara. Jadi Ibu mohon, segeralah beritahu Ayahmu untuk pulang. Apakah kau ingin acara wisuda Kak Ara tanpa dihadiri oleh Ayah?" ucap Ibu denganku saat kami berdua dalam kamarnya.

"Ma..maksud Ibu apa? Kenapa Ayah tidak mempercayai Ibu dan Kak Ara? Kenapa harus aku?" tanyaku tak mengerti.

Ibu menghela napas sejenak, "Hanya kamulah yang satu-satunya orang tidak akan pernah Ayah lupakan dan selalu mendengarkan apa yang kamu ucapkan. Kamu adalah anak kesayangannya. Jadi Ibu mohon beritahulah dia."

"Ay tidak mengerti dengan apa yang Ibu maksud. Kak Rizky dan Kak Ara pun juga anaknya. Kenapa harus aku yang menjadi kesayangan Ayah?"

"Baiklah kalau begitu. Kita hadiri acara wisuda Kak Ara tanpa Ayah." ucap Ibu dingin.

Aku tercengang oleh perkataan Ibu, sungguh perkataan Ibu seperti ancaman yang besar. Seolah aku adalah senjata bagi mereka. Yang satu-satunya bisa membunuh para penjahat sedangkan mereka hanya berlindung di belakangku.

•••

Aku pikir dengan pulangnya Ayah karena wisuda Kak Ara akan bertahan di rumah. Namun itu sama sekali khayalku saja, Ayah malah pergi lagi setelah acara wisuda telah selesai.

Belakangan ada kecanggungan yang tercipta antara kami berdua, aku pun tidak tahu kenapa begitu. Ayah seolah menghindariku, atau aku saja yang merasa dihindari?

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, aku beranjak ke kamar.
Langkahku terhenti di depan pintu kamar Ibu saat mendengarkan dia dan Kak Ara sedang membicarakan sesuatu.
"Apa kita perlu mencarinya? Jika kita hanya berdiam diri, apa yang akan menyelesaikan semua ini?" Ucap Ibu.

"Aku setuju dengan Ibu, tapi kita tidak bisa bergerak hanya berdua saja. Kita membutuhkan orang lain untuk melacak keberadaan Ayah dimana. Terlalu kecil kemungkinan kita bisa mendapatkannya di hari esok. Tapi akan lebih baik jika kita bergerak cepat." Ucap Kak Ara antusias.

"Bagaimana dengan Ayra?"

"Dia pasti mengerti, dia sudah dewasa. Dia tahu mana yang baik dan buruk, jika kita menyimpan semuanya darinya dia pasti akan lebih merasa terkhianati, dia akan bisa menanggung semuanya. Namun sebelum itu, biarkan langkah kita yang menjawabnya dulu."

Sejak saat itu aku tidak lagi mengatakan tentang Ayah dihadapan Ibu dan berkata "ayah pasti akan suka masakanku jika dia sedang disini bersama kita." atau "Ayah kapan pulang Bu?". semua kalimat Ayah terhapus dari bibirku sejak saat itu, seakan menghindar dari kata itu. Aku hanya ingin memastikan kebenarannya langsung dari Ibu, bukan dengan orang lain.

"Kak, besok bisa antar Ay ke rumah Diyah? Ada tugas kelompok yang harus diselesaikan." basa-basiku saat Kak Ara masuk ke kamar.

"Kakak besok ada urusan, jadi sama Kak Rizky aja perginya."

"Urusan apa?"

"Ada lah pokoknya, sepulang dari rumah Diyah jangan keluar rumah lagi."

"Urusan apa sih? sama siapa perginya?" ucapku lagi memancingnya.

Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang