Semenjak insiden hari dimana prestasiku jatuh, aku selalu berjanji pada diriku sendiri untuk selalu berusaha dan tekun belajar. Aku tidak ingin melihat raut wajah kecewa dari Ibu, apalagi Ayahku.
"Ay, bawa jaket dong sayang, hujan deras di luar." Ucap Ayah sambil memakai sepatu kerjanya.
"Nanti juga reda, Yah." jawabku.
"Kalau di kasih tau demi kebaikan tuh didenger."
"Iya, iya. Ay ambil dulu jaketnya."
Dengan langkah malas aku kembali ke kamar untuk mengambil jaket."Sudah?" tanya Ayah yang sudah duduk di atas motor.
Aku hanya mengangguk.
"Masuk ke dalam jas hujan Ayah!" Ucapnya lagi.
"Buat apa? Kan Ay udah pake jaket, masa pake jas hujan lagi."
"Jaket kamu tipis, mudah masuk angin. Buruan! Nanti telah loh."
Karena tidak ingin membantah, akhirnya aku menyembunyikan sebagian tubuhku di punggung Ayah dengan balutan jas hujan yang ia pake.
"Jadi iri sama kamu, tiap hari dianter jemput sama Ayahnya." Ucap Della, saat aku masuk kelas.
"Jangan ngomong gitu ah Del, kita semua punya Ayah kok, hanya takdir Allah saja yang memisahkan." ucapku dengan senyum, berharap apa yang dialami Della tidak begitu menyakitkan baginya.
Aku mendudukkan tubuh di kursiku. Sudah lima belas menit berlalu, namun tanda-tanda Guru masuk tidak ada.
"Kenapa Guru mata pelajaran hari ini enggak masuk ya?" tanyaku pada Arinda.
"Enggak tau," Arinda mengendikkan bahunya, "Padahal Guru mata pelajaran hari ini yang rajin banget masuk kelas." lanjutnya.
Sudah pukul 10.00 bel istirahat pun berbunyi. Aku masih penasaran kenapa Guru yang seharusnya mengajar di kelasku hari ini malah tidak masuk dan tidak ada kabar.
"Ay, ke kantin yuk!" ajak Nadya saat aku keluar kelas.
Aku mengangguk semangat.
"Eh Ay, kamu tau enggak kalau Bu Nada lagi operasi?" ucap Nadya sambil memakan camilannya.
"Bu Nada? Bu Nada yang mana sih?"
"Ya Allah Ay, udah mau setahun kamu sekolah disini tapi enggak tau yang mana wujud Bu Nada?"
"Habisnya guru disini jarang masuk kelas, tapi setau aku guru mata pelajaran yang hari ini masuk di kelasku itu rajin banget. Eh enggak tau kenapa hari ini tiba-tiba enggak masuk."
"Jangan-jangan yang aku maksud itu Guru yang kamu maksud juga."
"Maksud kamu Bu nada?" tanyaku.
Nadya mengangguk semangat.
"Ya Allah, Nad, iya benerr. Aku baru ingat nama dia. Astagfirullah, semoga operasinya lancar ya Nad." ucapku saat mengingat nama Guru-guru yang dipajang depan kantor Guru.
"Aamiin, masuk kelas yuk, udah bel masuk." Ucap Nadya
Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju kelas.
Kenapa aku ikut dia? Karena kelas dia bersebelahan dengan kelasku.•••
"Ay, kamu pulang sama siapa?" tanya Della saat aku mengemas barangku ke tas sekolah.
"Biasa lah." jawabku singkat.
"Biasanya tuh siapa?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kecil Ayah [SUDAH TERBIT]
غير روائي[Cerita diangkat dari kisah nyata] Mereka bilang cinta pertama mereka adalah Ayah. Mereka bilang laki-laki yang tidak pernah menyakiti adalah seorang Ayah. Tapi kenapa tidak denganku? Kenapa justru Ayah adalah patah hati pertama dalam hidupku? Satu...