Sepulang sekolah Biyana pergi menuju ke parkiran sekolah, padahal ia tak membawa kendaraan. Ternyata ia hanya ingin melihat Jian apakah pemuda itu sudah pulang atau belum dan atau ingin mengajaknya pulang bersama.
Namun dari kejauhan Biyana melihat sosok Jian yang sedang memakaikan helm dikepala seorang gadis. Gadis itu adalah Nadyra, sahabatnya sendiri. Biyana kemudian menatap tajam keduanya dari kejauhan.
"Kak Jian banyak yang liatin, aku malu tau.. " kata Nadyra yang memerah pipinya.
"Biarin, biar semua orang tau"
"Tau apa?" tanya Nadyra bingung.
"Tau kalo aku suka kamu" batin Jian.
"Dah, ayo" kata Jian setelah selesai memakaikan Nadyra helm.
Gadis itu mulai menaiki motor sport Jian, namun ia merasa sedikit kesusahan karna badannya yang sedikit pendek. Jian yang melihatnya pun dengan inisiatifnya menggendong Nadyra dan mendudukkannya di jok belakang membuat gadis itu terkejut atas apa yang dilakukan oleh Jian.
"M-makasi Kak.. " kata Nadyra gugup.
Jian kemudian menaiki motornya dan menyalakannya lalu kemudian pergi meninggalkan area parkiran. Biyana kemudian menatap nanar kepergian Jiandra dan Nadyra. Ia tak menyangka jika Jian menawarkan tumpangan pada Nadyra, adik kelas sekaligus sahabatnya yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Padahal rumah Nadyra berlawanan arah dengan rumah Jian, namun pemuda itu lebih memilih mengantarkan pulang Nadyra daripada pulang bersamanya. Biyana menundukkan kepalanya sedih, menatap kerikil dibawah sana sambil meneteskan air matanya.
"Kak Jian jahat.. " lirih Biyana yang menendang kecil beberapa kerikil didepannya.
"Nana!"
Dari kejauhan, Mahesa memanggil Biyana yang sedang berdiri ditengah parkiran sambil menundukkan kepalanya. Biyana yang mendengar namanya dipanggil langsung menyeka air matanya dan menengok kearah orang yang memanggilnya.
"Kak Mahes? Kenapa?"
"Kamu yang kenapa? Kamu abis nangis?" tanya Mahesa khawatir saat melihat mata Biyana yang berkaca kaca.
Biyana tak menjawab pertanyaan Mahesa, ia kembali menundukkan kepalanya dan terisak pelan. Mahesa yang iba melihatnya pun langsung memeluk tubuh Biyana.
"Jangan nangis ada aku disini, okay?" kata Heeseung menyeka air mata yang mengalir di pipi Biyana, gadis itupun kemudian mengangguk.
"Ayo kita pulang" kata Mahesa menggandeng tangan Biyana.
❯───── ✾์ ─────❮
Bukannya pulang kerumah, Mahesa lebih memilih mengajak Biyana ke taman yang berada di dekat rumahnya. Kemudian ia membeli dua es krim kesukaannya dan Biyana.
"Ini.. " kata Mahesa menyodorkan sebuah es krim matcha kesukaan Biyana.
"Makasi Kak Mahes"
"Makan yang banyak ya, kalo kurang bilang aja. Oiya abis ini jangan nangis lagi ya?" kata Mahesa membuat pinky promise pada Biyana. Gadis itu mengangguk senang dan menautkan jari kelingkingnya dengan Mahesa.
"Gitu dong, kan cantik kalo senyum.. " kata Mahesa mengusak surai Biyana.
Belasan detik berikutnya, hening mulai menyelimuti keduanya. Mahesa ingin memulai percakapan, namun ia ragu karna gugup dan bingung harus berbicara apa.
"Kak.. " panggil Biyana.
"Hm? Kenapa?"
"Makasi ya buat semuanya dan.. maaf.. "
"Maaf untuk?"
"Untuk itu.. " tunjuk Biyana pada luka yang telah mengering di sudut bibir Mahesa akibat berkelahi dengan Jian beberapa waktu lalu.
"Gapapa kok ini bukan salah kamu"
"No! Ini salahku. Maaf.. "
"Ini bukan salahmu tapi salah Jian" kata Mahesa membuat Biyana menatapnya heran.
"Ini salah Jian, dia ngebentak kamu, ngacuhin kamu, dan gak menghargai perasaan kamu sama sekali. Dan kamu, masih suka dan berharap sama dia?" tanya Mahesa.
Biyana tak menjawab pertanyaan Mahesa, ia lebih memilih diam dan menatap langit sore yang sebentar lagi mengelap.
"Kata orang, usaha tidak akan menghianati hasil. Jadi aku bakal berusaha sekuat mungkin buat perjuangin dia yang sekarang mungkin belum bisa bales perasaan aku" kata Biyana menghela napasnya pelan.
"Dia mungkin gak suka sama aku, tapi aku yakin Tuhan yang membolak balikkan hati setiap manusia. Aku percaya suatu saat nanti pasti dia bakal suka aku juga" kata Biyana lagi menatap Mahesa di sebelahnya.
Mahesa menatap Biyana tak percaya. Sebesar itukah cinta Biyana pada Jiandra? Kenapa harus dia yang mencintai Biyana sendirian sedangkan Biyana sendiri mencintai orang lain.
Jika saja cinta Biyana untuk Mahesa, mungkin ia akan menjadi orang paling bahagia didunia. Mahesa sangat tak menyukai Jian karna laki laki itu mengabaikan perasaan Biyana yang begitu tulus mencintainya.
Seharusnya sesorang harus menghargai perasaan orang lain jika orang itu menyukainya, bukan mengacuhkan dan mengabaikan perasaannya. Bayangkan jika kamu berada di posisi itu, pasti tidak mau bukan? Itulah yang dirasakan oleh Mahesa saat ini.
Dirinya menyukai Biyana, namun Biyana menyukai Jian. Siapa yang harus disalahkan dalam hal ini? Apakah perasaannya yang seharusnya tak jatuh cinta pada Biyana yang menyukai orang lain? Entahlah, Mahesa bingung.
"Udah mau malam, ayo kita pulang" ajak Mahesa setelah terdiam cukup lama. Biyana mengangguk dan bangkit lalu kemudian berjalan mendahului Mahesa. Mahesa dibelakangnya pun hanya bisa menatap kecewa punggung Biyana yang berjalan didepannya.
"Seandainya kamu tau perasaan aku Na. Kalo kamu udah mulai lelah berjuang untuk dia, ada aku dibelakang kamu. Aku siap jadi sandaran kamu disaat kamu butuh.. "
❯───── ✾์ ─────❮
To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/335447693-288-k830645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [✓]
Fanfiction[ ⎙ ; ❛ lokal au :: Karina ; 카리나 ❜ ] ⚠ , relationship , friendship . ❝ Melepaskan orang yang kita sayang memang menyakitkan, tetapi jika bertahan kepada orang yang kita sayangi itu dan dia tidak pernah peduli terhadap perasaan kita itu jauh lebih m...